Teriak Gangsa kesakitan saat terjatuh dari sofa akibat ulah nya bersama Fanny. Fanny terkejut langsung membantu Gangsa berdiri, namun ternyata luka di pinggang akibat terbentur lantai, membuat Gangsa sulit berdiri, hingga akhirnya Fanny terpaksa membawa Gangsa pergi ke dokter."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Fanny heran, bisa-bisanya Gangsa jatuh dari sofa, hingga jadi seperti ini, kalau begini apa yang di harapkannya terjadi tidak akan pernah terjadi."Maaf, aku jadi merusak hari libur kita," ucap Gangsa dengan wajah sedihnya."Sudahlah, kamu duduk di sini! Kamu jangan terlalu banyak bergerak kata dokter,""Apa lebih baik kita pulang saja?" Tanya Gangsa."Iya, tapi besok saja!" Jawab Fanny, dengan wajah kecewa.Keesokan harinya akhirnya Fanny dan Gangsa batal liburannya, mereka pulang dan membuat semua orang di rumah menjadi heboh.Nurma menatap tajam Fanny, lalu menghela nafas panjang, "jika sudah seperti ini bagaimana? Apa kamu mau merawat nya?" Tanya Rumi pada Fanny."Tentu saj
"Najma!" Teriak Gangsa lagi, ketika melihat orang itu kini sudah masuk ke dalam kamar Najma.Najma yang mendengar namanya di panggil segera keluar dan melihat apa yang terjadi.Najma terpaku melihat Gangsa yang berdiri di depan pintu rumahnya, dia bisa melihat dengan jelas jika memang Gangsa yang berada di depan pintu rumahnya, kenapa dia datang malam-malam begini, terus kenapa juga dia teriak-teriak."Cepat buka pintu!" Teriak Gangsa, di belakang kamu ada orang!" Teriak Gangsa.Najma segera membuka pintu, lalu melihat ke arah belakang, mencari orang yang di maksud Gangsa, sambil membawa sapu di tangannya.Najma menatap Gangsa dengan tajam, dia tidak melihat satu orang pun ada di rumah ini."Aku tidak bohong! Aku bahkan melihat pria itu masuk ke dalam kamar mu!" "Lalu mana pria itu?" Tanya Najma, melotot pada Gangsa.Gangsa mencari pria itu masuk ke dalam kamar Najma, dia memeriksa lemari dan semua kolong atau tempat yang mungkin di jadikan pria itu untuk bersembunyi, Gangsa terdiam
Karena semalaman tidak bisa tertidur dan baru bisa tidur menjelang pagi, membuat mereka sampai matahari sudah terik seperti saat ini, belum juga terbangun.Najma menggeliat ketika merasa sesuatu yang berat menindih perutnya, Najma lalu membuka kedua matanya, Najma sedikit terkejut, saat melihat Gangsa yang masih tertidur di sampingnya, bukannya dia harus bangun pagi dan pergi ke luar kota."Bangun! Bangun! Sudah siang!" Teriak Najma membangunkan Gangsa. Gangsa membuka kedua matanya, lalu mengambil handphonenya untuk melihat jam, Gangsa menaikan alisnya melihat jam berapa sekarang. Lalu menarik nafas dalam-dalam, dia sudah sangat terlambat saat ini."Kita tidur lagi, saja." Ucap Gangsa, sambil kembali menarik Najma agar kembali tidur."Tidak bisa!" Ucap Najma, sambil mencoba untuk bangun namun tidak bisa karena di tahan oleh Gangsa."Aku bukan bos seperti dirimu! Pasien ku banyak menunggu." Gangsa melepaskan tangannya dari tubuh Najma sambil mendengus kesal. Gangsa membiarkan Najma
Gangsa membuka matanya, saat merasa hembusan nafas Najma sudah terasa teratur olehnya, yang berarti Najma sudah nyenyak tidur.Gangsa menatap wajah Najma, sambil tersenyum bahagia. Gangsa sebenarnya merasa sedikit tidak percaya bisa tidur sedekat ini seperti saat ini dengan Najma kemarin malam, hingga membuatnya enggan untuk pergi bekerja keesokan harinya, saat kemarin dia terbangun dan melihat wajah Najma yang cantik masih tertidur lelap, dalam pelukannya hingga akhirnya membuat Gangsa enggan turun dari tempat tidur, dia malah merapatkan pelukannya pada Najma, lalu tidur lagi, hingga akhirnya dia terlambat bangun.Gangsa terus menatap wajah Najma, Gangsa jadi penasaran selama menjadi suami dan istri apa pernah terjadi sesuatu diantara mereka? Gangsa merasa gemas melihat wajah Najma yang begitu polos malam ini, berbeda dengan fanny yang selalu memakai riasan di wajahnya."Apa aku pernah mencium nya? Pasti pernah rugi jika tidak, masa aku tidak tertarik pada istri cantik seperti in
Fanny dengan kesal keluar dari rumah Gangsa, sedangkan Genta masih terpaku terdiam di tempatnya. Dia sejak tadi hanya menatap ke arah Najma, yang sejak tadi hanya diam membisu."Ibu senang kamu kembali ke sini!" Seru Nurma memeluk Najma erat."Ayah juga," ucap Surya, Najma tersenyum lebar mendengar hal itu."Aku juga senang bisa bertemu dengan kalian lagi," balas Najma."Kurasa Najma perlu istirahat untuk menenangkan diri, aku akan membawa Najma ke kamarku," ucap Gangsa, sambil menarik tangan Najma agar mengikutinya.Genta yang masih berada di tempatnya, menatap kepergian Najma yang berjalan bersama Gangsa menaiki anak tangga menuju kamarnya."Aku harus pergi ke kantor! Ada rapat. Istirahatlah!" Ucap Gangsa, saat mereka sudah berada di dalam kamar.Najma mengangguk tanpa bicara, dia hanya menatap Gangsa keluar dari kamar itu. Sepeninggalan Gangsa Najma menarik nafas lega, namun baru saja dia merasa sedikit tenang, seseorang masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu hingga membuatnya terke
"Aku mengantuk sekarang, lain kali saja!" Jawab Najma."Tapi!" Gangsa mencoba membangunkan Najma, namun Najma tidak meresponnya, membuat Gangsa akhirnya menarik nafas panjang. Ada rasa sedikit menyesal karena hal ini dalam hati Gangsa."Aku tidak boleh membuang waktu enam bulan milik Najma ini, dengan sibuk dengan pekerjaan nya sendiri," batin Gangsa. Gangsa pun tidak kembali ke mejanya, dia memilih tidur dan memeluk Najma. Gangsa merasa aroma tubuh Najma, selalu bisa membuatnya tidur dengan pulas.Keesokan harinya, Gangsa menatap Najma yang sedang merias diri di depan cermin, karena kejadian semalam hari ini Gangsa akan memberikan waktu pada Najma, untuk lebih dekat dengannya.Najma yang telah selesai berias, mengerutkan keningnya saat melihat Gangsa belum memakai bajunya, bukankah dia harus segera pergi ke kantor."Kamu belum bersiap?" Tanya Najma."Apa waktu itu, kamu yang selalu memakai kan baju ku?" Tanya Gangsa."Iya, lalu kenapa?" Tanya Najma dengan bingung."Pakaikan aku baju
Gangsa baru menyadari ternyata dia banyak melupakan cerita dalam hidupnya, bahkan Gangsa merasa cerita hidup nya yang dia lupakan lebih menarik dengan cerita kehidupannya yang dia ingat.Dalam kehidupan yang dia ingat, dia merasa selalu sendirian. Namun di cerita kehidupan yang dia lupakan dia banyak bertemu orang, dan bergaul dengan mereka.Gangsa menatap Najma, sepertinya dia benar-benar harus banyak meluangkan waktu berdua dengan Najma."Maaf, bos. Meeting segera di mulai." Ucap sekertaris nya."Mmmm," balas Gangsa."Ayo, kita pergi ke ruang rapat," Ajak Gangsa pada Najma.Najma mengikuti Gangsa, sampai di ruang rapat kedua nya melihat ruang rapat sudah penuh terisi, hanya tinggal bangku mereka berdua yang kosong.Gangsa langsung memulai rapat itu, sedangkan Najma duduk di sisinya, Najma begitu memperhatikan saat Gangsa bicara, karena hal ini yang paling dia suka dari Gangsa, Gangsa begitu terlihat keren di matanya. Mendengar Gangsa menerangkan sesuatu Najma begitu terpesona, karena
Gangsa menarik Najma masuk ke dalam pelukannya, lalu berbisik "Selamat ulang tahun," dengan lembut.Gangsa menatap Najma dengan penuh kasih sayang, sambil merapihkan rambut Najma yang sedikit menutupi wajahnya. Wajah Najma begitu memerah saat ini, dia malu pada Genta, melihat kemesraan Gangsa padanya."Karena sudah malam, lebih baik kita masuk ke kamar." Ucap Gangsa.Najma menoleh ke arah Genta, mendengar ucapan Gangsa."Gangsa benar, makan lah kue itu di dalam kamar!" Ucap Genta."Tidak! Tidak baik mau tidur. Makan yang manis banyak-banyak," ucap Gangsa."Kita simpan kue ini di kulkas, besok kamu makan lagi." Lanjut Gangsa, sambil mengambil kue itu dari tangan Najma, lalu segera menyimpannya dalam kulkas.Najma menatap ke arah Genta dengan tatapan bersalah dan tidak enak."Sudahlah, yang di katakan Gangsa memang benar, malam-malam begini kamu tidak boleh terlalu banyak makan kue tart," ucap Genta, untuk menghibur Najma."Ayo kita ke kamar!" Ajak Gangsa menarik tangan Najma, meninggal
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter