Gangsa menarik Najma masuk ke dalam pelukannya, lalu berbisik "Selamat ulang tahun," dengan lembut.Gangsa menatap Najma dengan penuh kasih sayang, sambil merapihkan rambut Najma yang sedikit menutupi wajahnya. Wajah Najma begitu memerah saat ini, dia malu pada Genta, melihat kemesraan Gangsa padanya."Karena sudah malam, lebih baik kita masuk ke kamar." Ucap Gangsa.Najma menoleh ke arah Genta, mendengar ucapan Gangsa."Gangsa benar, makan lah kue itu di dalam kamar!" Ucap Genta."Tidak! Tidak baik mau tidur. Makan yang manis banyak-banyak," ucap Gangsa."Kita simpan kue ini di kulkas, besok kamu makan lagi." Lanjut Gangsa, sambil mengambil kue itu dari tangan Najma, lalu segera menyimpannya dalam kulkas.Najma menatap ke arah Genta dengan tatapan bersalah dan tidak enak."Sudahlah, yang di katakan Gangsa memang benar, malam-malam begini kamu tidak boleh terlalu banyak makan kue tart," ucap Genta, untuk menghibur Najma."Ayo kita ke kamar!" Ajak Gangsa menarik tangan Najma, meninggal
Getaran ini membuat hatinya, terasa hangat. Rasa hangat yang selama ini dia cari. Hangat yang membuat dirinya begitu merasa santai."Malah melamun!" Sentak Najma, mengejutkan Gangsa.bGangsa tersenyum pada Najma, membuat Najma terkejut, untuk pertama kalinya, Gangsa membalasnya dengan senyum."Ayo! Jangan bilang kalau kamu yang takut." Ucap balik Gangsa. Najma melotot mendengar itu, dia kemudian berjalan mendahului Gangsa dan dengan cepat duduk di atas wahana yang kosong mendahului Gangsa, Gangsa senyum kembali melihat tingkah Najma yang seperti anak kecil itu.Najma menahan tawa nya, saat melihat Gangsa sedikit oleng, saat turun dari wahana. Sebenarnya Najma juga merasa sedikit pusing karena wahana yang mereka taiki berputar-putar."kita duduk di sana!" ajak Najma, memapah Gangsa ke arah bangku tersebut."minumlah!" ucap Najma. Mereka beristirahat sampai keadaan membaik, lalu berjalan-jalan lagi.Gangsa dan Najma setengah hari itu, menghabiskan waktu di taman hiburan tersebut. Setelah
Gangsa menatap Najma yang sudah tertidur lelap di atas tempat tidur. Wajah polos Najma begitu membuat hatinya merasa sangat damai. Gangsa menghela nafas, saat ingat mulai besok, Najma akan merawat Genta."Semoga, semua baik-baik saja." Harap Gangsa dalam hatinya.Gangsa tersenyum melihat bibir tipis Najma bergerak-gerak sambil bergumam tidak jelas. Gangsa perlahan menarik Najma masuk ke dalam pelukannya, meletakkan kepala Najma agar bersandar di dadanya.Dengan begini, dia bisa merasakan hembusan nafas hangat Najma di dadanya, membuat hatinya bertambah santai."Selamat malam, mimpi indah sayang." Bisik Gangsa, lalu memejamkan matanya."Tidak! Dia milikku!" Teriak Genta."Jangan konyol kamu, dia istriku!" Bentak Gangsa."Kamu telah merebut nyawa kakakku, sekarang aku ingin Najma!" Balas Genta."Tidak! Itu dua hal yang berbeda! Aku tidak sengaja melakukan itu." Protes Gangsa."Aku tidak mau tahu, serahkan Najma atau aku serahkan kamu ke polisi!" "Tidak!" Teriak Gangsa.Najma terbangun
Genta benar-benar tidak menyangka, Saras akan menerobos masuk ke dalam kamar mandinya."Apa yang kamu lakukan bodoh!" Teriak Genta lagi saat melihat Saras tetap berada di tempatnya.Saras seperti tidak memperdulikan teriak Genta barusan, bahkan tidak terlihat ekspresi takut atau terkejut melihat keadaan Genta yang polos saat ini."Tuan terlalu lama di kamar mandi!" Ucap Saras."Itu urusanku mau lama atau tidak,""Bahaya bagi tuan, yang sedang terluka seperti itu," lanjut Saras."Ambilkan aku handuk!" Pinta Genta akhirnya, dia jadi merasa canggung sendiri polos di depan seorang wanita, yang notabene seorang perawat.Saras segera mengambil handuk yang di minta Genta, lalu membantu Genta keluar dari kamar mandi."Ambilkan aku baju, cepat!" Sentak Genta kesal.Saras mengabaikan kekesalan Genta padanya, dengan berjalan ke arah lemari pakaian Genta."Mau pakai kaos atau kemeja?""Kaos saja, itu yang warna biru!" Tunjuk Genta.Saras pun membantu Genta memakai baju dan celananya. "Apa mau ma
Ada perasaan takut yang amat sangat di dalam hati Gangsa, karena tidak mengetahui keberadaan Najma saat ini, sesaat Gangsa terdiam, ia ingat perasaan putus asa seperti ini pernah dia rasakan. Tapi di mana, kapan dan kenapa, dia lupa. Gangsa pun ingat dia pernah berjanji tidak akan membiarkan Najma pergi sendirian lagi, tanpa dirinya.Gangsa mengacak-acak rambutnya, kepala nya terasa sangat pusing saat ingatan-ingatan tidak jelas ini bermunculan di otaknya. Tidak, Najma pasti baik-baik saja, batin Gangsa."Ya Tuhan! Di mana dia!" Teriak Gangsa di dalam mobilnya. Gangsa melihat handphonenya menyala, dia langsung melihat handphonenya, berdoa agar Najma yang meneleponnya. Dan benar saja yang meneleponnya saat ini adalah Najma."Halo," ucap Gangsa cepat, ketika nama Najma yang tertera di teleponnya.Namun tidak ada jawaban dari balik telepon, membuat Gangsa merasa aneh. Najma menelepon namun dia tidak bicara, rasanya kan jadi aneh."Halo, Najma!" Teriak Gangsa sekali lagi. Sekali lagi tida
Gangsa terdiam, begitu bayangan itu pergi, dia menatap Najma dengan penuh rasa tidak percaya, bagaimana mungkin Najma bisa tenang berpisah dengannya setelah mereka berhubungan suami dan istri."Katakan padaku, aku tahu kita menikah untuk membuatku sadar, selain menikah kurasa ada syarat lain, untuk membuatku sadar, iya kan?" Tanya Gangsa.Najma yang sedang berkonsentrasi bekerja, seketika berhenti. Namun kemudian meneruskan pekerjaannya tanpa menjawab pertanyaan Gangsa tadi."Kamu tidak menjawab, berarti iya kan? Apa syarat nya?" Lanjut Gangsa.Najma mempercepat gerakan tangannya di atas laptop, berpura-pura tidak mendengar ucapan Gangsa barusan."katakan padaku!" ucap Gangsa."Tidak! Aku tidak boleh menjawab pertanyaan Gangsa itu, aku tidak ingin dia tetap bersama dengan ku, hanya karena hutang budi padanya." Pikir Najma, sambil terus pura-pura tidak mendengar karena berkonsentrasi pada pekerjaan.Gangsa merasa heran kenapa Najma tidak mau menjawab pertanyaan nya. "Aku mau turun s
Saras berdiri di depan cermin yang ada di lemari, dia menyentuh bibirnya yang tadi di cium oleh Genta. Rasa nya sudah lama sekali dia tidak merasakan ciuman dari seorang pria pada bibir, setelah bercerai.Saras ingat bagaimana Bram mantan suaminya, sering menciumnya di awal-awal pernikahan. Namun setelah setahun pernikahan, hanya karena dirinya tidak kunjung hamil, Bram berubah dan akhirnya menceraikan nya, lalu menikahi wanita lain. Saras mengusap air matanya yang menggenang di sudut matanya, rasanya peristiwa menyakitkan itu belum lama terjadi padahal hal itu sudah lima tahun lamanya berlalu.Saras setelah merapihkan baju nya ke dalam lemari, keluar dan masuk lagi ke dalam kamar Genta, yang ternyata sudah selesai sarapan.Tanpa berkata apapun Saras segera mengambil bekas sarapan Genta, dan membawanya keluar."Ada apa dengannya?" Batin Genta bertanya dalam hati, melihat ada raut sedih di mata Saras."Apa dia menangis karena tahu dia akan di pecat besok!" Ucap Genta, sambil tersenyu
Gangsa membanting pintu kamar Genta dengan kuat. Bagiamana mungkin dia bisa membiarkan Najma merawat Genta, padahal dia tahu Genta itu menyukai Najma, walaupun Genta adiknya apalagi dia ingat Genta menyimpan dendam padanya"Dia itu memang bodoh! Tidak tahu jika orang sedang bersandiwara di depan matanya." Umpat Gangsa lagi.Gangsa berjalan menuju mobil dan keluar dari rumah itu, dia merasa sangat pusing memikirkan hal ini.Di lain pihak dia memang tidak bisa mengabaikan Genta yang butuh seorang perawat untuk merawatnya, tapi dia juga tidak mau Najma yang merawat Genta, lagi pula dia yakin ada maksud tertentu yang Genta sembunyikan meminta hanya Najma yang menjadi perawatnya.Jika saja kedua orang tuanya kemarin tidak pergi, mungkin ibu bisa menggantikan Najma merawat Genta.Gangsa melarikan mobilnya ke arah sebuah cafe yang biasa dia datangi jika butuh minuman pahit yang dapat menyegarkan otaknya.Gangsa duduk di tempat biasanya dia duduk di tempat itu. Gangsa mengeluarkan sebatang
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter