“Anya!” Langkah Anya terhenti mendengar suara Abinawa memanggilnya, mengerucutkan wajah—Anya meringis karena memiliki dosa terhadap pria itu. Tapi Anya tidak bisa menghindar karena Abinawa kini sudah berada di belakangnya. “Capt. ....” Anya menyapa sungkan. “Apa yang kamu lakuin sama saya kemarin malam?” Anya mendongak. “Maaf Capt. Saya mabuk tadi malam, jadi itu ... kita ....” Anya menunduk malu. “Kamu enggak mikir kalau kita melakukannya sambil mabuk lalu apa yang akan terjadi nanti?” Anya mendongak memberikan seulas senyum berpikir Abinawa tidak keberatan dengan apa yang mereka lakukan tadi malam, pria itu hanya berpikir dampak buruk yang akan terjadi ke depan karena cerobohannya. “Saya biasa minum pil KB Capt. jadi, aman.” “Kamu yakin?” Abinawa menaikan satu alisnya. Anya mengangguk disusul helaan napas Abinawa. “Kita ... jangan pernah lakukan lagi
Jantung Ayara berdetak kencang saat pintu mobil terbuka dari luar oleh Revan. Perlahan dengan tubuh sedikit bergetar—Ayara turun. Wajahnya pucat pasi dengan pendar di mata menyiratkan banyak kekhawatiran. “Dhika.” Ayara bergumam lalu menyeret langkahnya menuju sebuah pintu ganda. “Siapkan cek,” intruksi Nicholas kepada Revan. Sang sekertaris mengangguk sebagai balasan lalu membawa tasnya turun dari mobil. Revan berjalan di belakang Nicholas yang melangkah dengan gagah dan tubuh tegap disertai sorot mata tajam memindai rumah besar bergaya romawi disapu cat putih mendominasi. Jika bukan karena tidak ingin dijodoh-jodohkan sang Mami, Nicholas tidak sudi mengurusi kehidupan Ayara yang merupakan karyawannya di salah satu perusahaan yang ia pimpin. Langkah Nicholas berhenti tepat di belakang Ayara yang kemudian mundur saat pintu terbuka nyaris menabrak Nicholas jika saja refleks pria itu tida
Nicholas tidak mengerti kenapa dirinya harus melakukan ini, bukannya ia seorang pemimpin perusahaan yang waktunya adalah uang? Tapi setengah hari ini yang semestinya ia habiskan untuk menyelesaikan pekerjaan malah mengurusi kehidupan calon istri pura-puranya. Jika saja ia mengetahui akan kedatangan Ayara ke kantor, lebih baik ia pulang ke apartemen dan beristirahat setelah perjalanan panjang kembali dari pulau pribadi milik sang kakek. “Semua sudah di urus oleh pak Jaka, Pak ... tadi beliau menghubungi orang suruhannya agar memberikan fasilitas terbaik untuk Radhika.” Revan menginformasikan. Nicholas menganggukan kepala kemudian berdiri dari kursi ruang tunggu di sebrang kamar adik Ayara. “Apa Bapak mau pulang sekarang?” “Ngapain kita di sini, pulang!” Revan berseru dingin dan mulai menarik langkah pergi dari sana. Di dalam kamar kelas VIP yang difasilitasi Jaka, Ayara masih menangis meski Radhika te
Nicholas mengembuskan napas, bergerak turun dari mobil dan mulai melangkah elegan penuh wibawa dengan kedua tangan ia sembunyikan ke dalam saku celana.Revan tidak bisa mengingkari moralnya, pria itu sudah lebih dulu turun menyusul Ayara ketika mobil berhenti sempurna.“Ini ada apa Om ... Tante? Kenapa mami dibiarkan jatuh?” Ayara bersimpuh memeluk Paramitha yang tengah menangis.“Dia yang ngejar kita pake sapu, ya kita lari ...,” adu Yanti kepada Ayara dan mendapat anggukan dari Salman, Adam juga Sara.Revan ikut membantu Ayara membawa Paramitha berdiri.“Kami hanya bermaksud menagih hutang kami, Aya ... tapi ibu kamu malah emosi.” Salman menjelaskan.“Gimana saya enggak emosi, kalian mendesak sambil menghina-hina saya dan meminta saya menjual rumah ibu saya sendiri... padahal saya udah bilang kalau Dhika dipukulin dan disandra sama Jaka ... kalian enggak ada yang mau ngerti apalagi kasian sama Dhika ... apa kalian lupa kalau Dhika itu keponakan kalian.” Paramitha mengatakannya
Ponsel dalam saku jas Nicholas lantas berdering, terdapat satu pesan masuk dari sang kakek.Grandpa : Undang orang tua Ayara ke rumah akhir minggu ini, kita bicarakan pernikahan kalian.Sebuah perintah dari sang kakek yang Nicholas dapatkan.“Bu, saya melunasi hutang-hutang mendiang ayah Ayara karena ingin menikahi Ayara ... apakah Ibu bersedia merestui kami?”Sekalian saja Nicholas mengutarakan maksudnya karena sang kakek mendesak terus. Sekalinya bicara panjang lebar, pria itu meminta restu Paramitha untuk meminang putrinya.Ayara sampai melongo takjub, tiba-tiba pipi Ayara bersemu.Padahal Ayara tau jika Nicholas mengatakannya bukan dari hati.“Oh gitu? Betul begitu, Aya?” Paramitha menyerongkan posisi duduknya agar bisa bersitatap dengan sang putri.Ayara tersenyum tipis lalu mengangguk.“Kamu beneran mau nikah?” Paramitha mencari keyakinan dari mata Ayara.Ayara mengangguk lagi.“Kalau begitu, Nak Niko panggil Mami aja jangan Ibu ya ... kaya ibu-ibu kesannya kalau Ma
Radhika dan Paramitha menoleh ke arah pintu yang dibuka dari luar, sosok Ayara muncul dengan senyum manis khasnya.“Utang papi semua udah lunas, ya Tuhan ... legaaaa banget.”Ayara melangkah gontay lalu duduk di sisi ranjang yang kosong.Bebannya seakan terangkat dari pundak usai melunasi hutang ke Bank dan sekarang Ayara resmi terbebas dari semua hutang mendiang papinya.Paramitha yang sedang mengupas buah untuk Radhika memberikan senyum namun sorot matanya tampak sendu.Sedangkan Radhika yang bersandar pada kepala ranjang yang ditegakan malah memberikan tatapan tajam.“Kakak jual diri ya?” tuduhnya tanpa tedeng aling-aling membuat Ayara memelototkan matanya terkejut karena sang adik berani menuduhnya seperti itu.“Kamu ngomong apaan sih Dhika!” seru Ayara tidak terima meski hatinya membenarkan.“Kalau enggak jual diri trus namanya apa, Kak? Enggak mungkin ada orang yang tiba-tiba mau bayarin hutang papi ... jumlahnya bukan puluhan atau ratusan juta ... ini Milyaran, Kak ...
“Dhika, mukanya dikondisikan ya ... Kakak enggak mau ngeliat muka jutek kamu nanti di depan keluarga pak Niko.” Ayara memberi ultimatum.“Iyaaaa ...,” balas Radhika memanjangkan kata menjawab malas-malasan.Jawaban sang adik justru berhasil menyulut emosi Ayara.“Kakak tulus menafkahi mami sama kamu juga membiayai kuliah kamu ... tapi Kakak cuma minta kamu menjaga sikap aja tapi kamu jawabnya ngeselin gitu.”Radhika melirik tajam ke arah kakaknya. “Ngeselin mana ngedenger Kak Aya yang manggil pacarnya sendiri dengan sebutan Bapak ... jelas banget ‘kan kalau hubungan kalian itu enggak beres.”Ayara mungkin bisa membohongi Anya dan Elza tapi tidak dengan orang terdekat yang sehari-hari hidup bersamanya dan mengetahui seperti apa kesehariannya.“Dia atasan Kakak, sengaja Kakak membiasakan manggil seperti itu biar enggak kelepasan pas manggil dia di kantor di depan karyawan yang lain.” Ayara beralasan.“Bohong aja terus, Dhika enggak percaya sampai Dhika ngeliat dengan mata kepala
Perjalanan satu jam yang diisi dengan celotehan Paramitha itu pun berakhir juga.Telinga penumpang mobil tersebut sudah panas apalagi Nicholas yang baru mengenal Paramitha dan tidak terbiasa dengan oceha wanita paruh baya itu tapi Nicholas berusaha bertahan demi menghargai Paramitha yang akan menjadi ibu mertuanya.Jika Nicholas sudah memutuskan sesuatu maka ia akan melakukannya dengan sepenuh hati.Termasuk sabar dalam menghadapi keluarga Ayara dan bersedia menjemput Ayara beserta keluarganya.Mata Paramitha membulat sempurna ketika melihat gerbang besar dengan ukiran indah di depannya terbuka secara otomatis.Seorang security berdiri di sisi gerbang, membungkukan sedikit tubuh ketika mobil yang dikemudikan Nicholas melewatinya.“Ini rumah Nak Niko?” Paramitha bertanya dengan nada tidak percaya.“Bukan Mi, ini rumah kakek dan mendiang nenek saya.” Nicholas menjawab singkat.“Be ... besar sekali, Nak Niko anak orang kaya ya?” Paramitha m
“Moza dan May sudah tidur, aku akan pulang.” Malvino pamit kepada mantan istrinya.Cindy hanya menganggukan kepala, melangkah lebih dulu mengantar Malvino hingga pintu depan.“Apa kamu ada rencana menengok Ayara dan bayinya?” Malvino bertanya basa-basi.“Mungkin weekend ini ketika anak-anak libur sekolah.” Cindy menjawab singkat lalu membuka pintu rumah.“Cindy,” panggil Malvino yang sudah berada diambang pintu.Cindy mendongak menunggu Malvino mengatakan sesuatu.“Apa masih ada harapan untuk kita bisa bersama lagi?” Malvino melirih.“Lalu bagaimana dengan Sera dan anak itu? Sudahlah Malvino, jangan menyesali ini ... apa ketika kamu sedang bergulat di atas ranjang dengan Sera, kamu tidak berpikir akan berujung seperti ini?” Cindy bersarkasme.“Aku minta maaf Cindy,” ucap Malvino tulus terlihat dari sorot matanya.“Aku sudah memaafkanmu dan tolong jangan kamu datangi para pria yang sedang mendekati aku ... bukan hanya kamu yang memiliki hasrat, aku pun begitu ... biarkan aku menemukan
Nicholas menutup pintu ruang rawat Ayara setelah mengantar atau lebih tepatnya setengah memaksa anggota keluarganya pergi.Ayara butuh istirahat untuk masa pemulihan pasca melahirkan sementara kedua orang tua, kakak juga sang kakek bisa kembali besok.“Ayaaaang.” Ayara memanggil Nicholas dengan nada manja.Pria berperawakan jangkung bertubuh atletis itu mendekat, duduk di sisi ranjang menghadap Ayara kemudian meraup tubuh Ayara dalam pelukannya.Sudah sejak tadi Nicholas ingin memeluk Ayara tapi tidak pernah sempat karena gangguang Dokter yang ketika mereka berada di ruang operasi memberi beberapa informasi dan ketika sampai di ruang rawat—keluarganya merecoki dengan memberi selamat kepada Ayara dan berbincang mengenai masa depan si buah hati yang diberi nama Niscala Ejra Lazuardy.Ayara membalas pelukan Nicholas dengan memberi usapan lembut telapak tangannya di punggung pria itu.“Anak kita pasti setampan kamu, segagah dan dan sepintar kamu,” cetus Ayara yang menganggumi karakter sua
Keduanya duduk bersisian di kursi taman, semenjak pernikahannya kandas dengan Cindy—hidup Malvino sangat berantakan. Sera memang sekertarisnya yang biasa melayani semua kebutuhan Malvino tapi tetap saja, rasanya tidak benar jika ia bersama Sera sementara sang berlian ia lepaskan. “Belum berhenti menyesal?” sindir Nicholas membuat Malvino tersenyum kecut disertai hembusan napas panjang. “Gue lagi berusaha balikan sama Cindy, itu kenapa gue di Eropa ... biar deket sama anak-anak juga.” Malvino mengaku. “Perusahaan lo?” “Ada lah yang ngurus, gue juga sambil kerja dari sini ... gue hancur, Niko.” Nicholas mengangguk mengerti, segala sesuatu yang dimulai tidak benar maka akan berakhir buruk. “Gue berulang kali minta maaf sama Cindy dan menyesali perbuatan gue tapi Cindy bilang kalau apa yang gue lakukan adalah karakter dan gue akan mengulangi hal itu lagi,” curhatnya pada sang adik. “Lalu Sera
“Kenapa harus dandan?” Pertanyaan Nicholas tersebut terdengar tidak bermutu bagi Ayara.Wanita hamil yang sedang uring-uringan itu hanya memberikan delikan tajam.“Babe,” panggil Nicholas lagi yang kemudian duduk di belakang Ayara, kedua tangannya melingkar di pinggang Ayara dengan dagu bertumpu di pundaknya.“Aku dandan biar enggak kalah cantik sama suster-suster yang suka ngeliatin kamu kaya kelaperan gitu,” gumam Ayara yang kini beraut sendu.Ya Tuhan, perkara cemburu ini kapan akan berakhir?“Tapi kamu lebih cantik dari mereka,” ujar Nicholas setelah memberi kecupan di leher Ayara.Jika situasinya tidak seperti ini mungkin Ayara akan tersipu.“Kamu bohong! Aku gemuk, naik sepuluh kilo ... paha aku besar, bokong aku besar, pipi aku bulat dan leher aku menghitam karena hormon mengandung anak laki-laki ... aku je ... hiks ... leeeek.”Tangis Ayara pecah membuat Nicholas panik seketika.“Ssstttt ... tapi aku enggak melihat kamu seperti apa yang kamu katakan tadi, aku melihat kamu sepe
Author Note :Gheeeeenks, maaf kemarin salah publish hahaha…Jadinya spoiler kan, duuuh ….Authornya banyak pikiran, padahal tinggal publish aja sampe salah ya…Tapi udah diganti kok, jadi temen-temen yang sudah buka bab sebelum ini silahkan dibaca lagi ya.Sekali lagi Author mohon maaf atas kesalahan publish di hari kemarin dan terimakasih atas pengertiannya.***“Kamu siap?” Abinawa bertanya kepada Candy yang tampak gelisah duduk di sampingnya.Wajah perempuan itu pias sambil terus mengusap bagian perut.“Sakit enggak ya, Capt? Enggak akan terjadi sesuatu sama bayi aku, kan?” Candy begitu khawatir.“Kamu menyayangi bayi itu?” Abinawa bertanya.Candy menganggukan kepala. “Cuma dia satu-satunya keluarga aku di dunia ini.”Abinawa jadi merasa iba.“Yuk, kita turun ... Ferdi udah ada di dalem sama Elza ....”Candy membuka sitbelt lalu turun dari mobil, berjalan di belakang mengikuti Abinawa.Pagi ini Candy mual muntah parah, selain morning sick—Candy juga sedang dalam kondisi stress seh
Nicholas sedang melakukan rencananya, ia membawa Ayara ke suatu tempat untuk menunggu persalinan. Sebuah rumah sakit milik ayah dari sahabatnya menjadi pilihan Nicholas sehingga semua data tentang Ayara bisa disembunyikan dari keluarganya. Dokter yang menangani Ayara pun merupakan seorang Dokter terkenal dan terbaik di Negara itu. Biaya kamar rawat inap sebesar dua puluh delapan juta permalam tidak menjadi masalah bagi Nicholas agar istrinya bisa melihat taman yang indah dan menenangkan dari jendela kamar selain itu juga fasilitas lain yang diberikan adalah koki bintang lima yang siap sedia selama dua puluh empat jam untuk memenuhi kebutuhan gizi Ayara. Sayangnya Kanjeng Mami tidak bisa ikut karena menemani Alana yang sedang ujian, sekarang Kanjeng Mami memiliki anak gadis yang harus dijaganya ketat. Selain itu, Kanjeng Mami adalah sahabat kental Danita sehingga Nicholas pun tidak terlalu antusias mengajak mertuanya ikut menamani Ayara melakukan proses persalinan. Tapi bagi
Anya menutup wajahnya dengan kedua tangan, bagai tersambar petir di siang bolong ketika mendengar informasi yang diberikan Abinawa barusan.Seluruh keluarganya telah bersiap menyambut keluarga Abinawa dan sekarang bagaimana ia memberitau keluarganya perihal berita yang disampaikan Abinawa tersebut?Abinawa meraup tubuh Anya, memeluknya erat.Anya menangis tersedu dalam pelukan Abinawa. “Aku minta maaf, Anya ... aku baru tau berita ini beberapa hari lalu.”Anya meronta, mendorong dada Abinawa dengan kedua tangannya.“Itu salah kamu, andaikan kamu bisa menahan hasrat kamu mungkin enggak akan terjadi seperti ini ... kamu harus tanggung jawab sama perempuan itu, nikahi dia dengan benar dan besarkan anak kalian berdua ... lupakan aja mimpi kita.” Anya beranjak dari sisi ranjang, hendak menyambar tas tapi Abinawa menahan.“Anya please ... jangan pergi, kita masih bisa diskusikan ... aku akan tetap tanggung jawab menafkahi anak itu tapi kita tetap menikah.”“Mas, kamu enggak kasian sama pere
“Kemarin aku udah ijinin kamu dengan sangat terpaksa bertemu Abinawa, walau seharusnya kamu enggak perlu mencampuri urusan Candy ... sekarang kamu minta aku mempekerjakan Candy di perusahaan padahal aku mecat Candy biar kamu enggak perlu cemburu lagi sama dia.”Nicholas menaikan intonasi suaranya membuat Ayara menundukan pandangan menatap kedua tangan yang saling meremat di atas pangkuan.“Aku kasian aja sama Candy, Yang ... aku enggak tau kalau dia punya masalah hidup sepelik itu,” balas Ayara bergumam.“Aku punya prinsip, Babe! Aku enggak bisa plin-plan kaya gitu ... aku minta kamu cukup ngurusin kehidupan Candy, biar dia menjadi tanggung jawab Abinawa atau Ferdi.” Nicholas berujar tegas, toleransinya sudah melebihi batas kepada Ayara.“Maaf,” ucap Ayara melirih. “Aku duluan ya, Yang.”Ayara bangkit dari kursi meja makan, berjalan tergopoh-gopoh memasuki kamar.Dengan sangat perlahan duduk di sisi ranjang kemudian membaringkan setengah tubuhnya, membenamkan wajah pada bantal lalu me
Pria yang masih mengenakan seragam Pilot itu menjatuhkan bokongnya di kursi, tertunduk lesu menutup wajahnya dengan kedua tangan.Abinawa baru saja tiba di apartemennya dan langsung disuguhkan dengan berita Candy yang diduga tengah mengandung anaknya.Hembusan napas terdengar panjang dari mulut Abinawa.Respon Abinawa diluar dugaan mereka yang kini seolah sedang menyidangnya atas perbuatan pria itu beberapa minggu lalu di pesta pernikahan Elza.Ayara, Elza, Ferdi dan Candy tidak ada yang bersuara.Mereka berpikir, mungkin seperti itu jika pria dewasa sedang mendapat suatu musibah yang menimpa dirinya, mengambil napas sejenak untuk menenangkan diri sambil mencerna apa yang baru saja ia dengar lalu berpikir bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.Tidak seperti Ferdi yang langsung histeris, marah, emosi lalu menangis.“Berapa usia kandungan kamu?” Abinawa akhirnya bertanya.Dan mulai sekarang ia akan tobat. Menyesali perbuatannya meniduri banyak perempuan.“Empat minggu,” jawab Candy t