Ayara berdiri mematung beberapa langkah dari Nicholas, pria itu baru tiba pukul tiga pagi padahal menurut Elza—pesawat yang ditumpangi Revan dan Nicholas bertolak dari Surabaya pukul empat sore.
Lalu ke mana suaminya pulang setelah tiba di Jakarta?Kenapa baru sampai di rumah pukul tiga dini hari?“Aya.” Satu kata itu yang keluar dari bibir Nicholas dengan ekspresi datar di wajahnya yang tampak lelah.Ayara melangkah mendekat, mengambil alih tas dan jas dari tangan Nicholas.Tanpa berucap, Ayara membalikan tubuh membawa tas beserta jas ke kamar.Kening Nicholas berkerut melihat perbedaan prilaku istrinya, tidak kah Ayara merindukannya?Nicholas berpikir jika Ayara akan berhamburan memeluknya dengan memberikan banyak kecupan.Namun sekarang Nicholas terlalu lelah untuk berdebat jadi mengabaikan sementara sikap acuh istrinya.Sampai keduanya berada di atas ranjang pun, tidak adaAyara menoleh ke samping ketika Nicholas hendak mencium bibirnya membuat bibir Nicholas mendarat di pipi. Tangan Nicholas terangkat mengapit dagu Ayara mempertemukan kembali tatapan mereka. Ayara menatap Nicholas kesal tidak seperti Nicholas yang sorot matanya tampak teduh. Mata Nicholas tertuju pada bibir Ayara, beberapa hari ini Ayara menghindarinya, raut wajah cantik Ayara pun selalu masam. Ia merindukan bibir Ayara juga tubuhnya, desahannya, Nicholas merindukan ada di dalam Ayara menghentak tubuh sexy itu kuat-kuat. Nicholas jadi berhasrat memikirkan bagaimana panasnya mereka ketika bercinta. “Apa salahku, Aya?” Pertanyaan Nicholas itu semakin membuat Ayara kesal. Ayara mendorong dada Nicholas hingga mundur beberapa langkah. “Kapan Pak Niko mau masukin gugatan cerai?” Ayara bertanya sambil membelakangi Nicholas. “Kenapa? Kamu ingin bersama Abinawa lagi?” tuduh
“Pak Niko,” gumam Ayara melihat suaminya ada di dapur. Bukannya Nicholas berada di rumah sakit? Ayara tidak mengira, Nicholas akan pulang karena ini weekend. Ia pikir Nicholas menginap sampai Vania diijinkan pulang. Nicholas membalikan badan tiba-tiba dengan satu cangkir kopi di tangan. “Udah bangun?” Dan pria itu bertanya dengan santainya. Ayara tidak menjawab, membalikan badan masuk kembali ke kamar untuk membasuh wajah di kamar mandi. Jika di masa lalu Nicholas yang malas menjawab pertanyaan Ayara, sekarang sebaliknya. Ayara enggan sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan Nicholas yang semestinya tidak perlu ditanyakan. “Ya ampun, mata aku bengkak.” Ayara membasuh lagi matanya dengan air dingin berharap bengkak tersebut hilang. “Kenapa mata kamu bengkak? Mau ke dokter?” Suara bariton sexy itu membuat Ayara menoleh dengan mata melebar. Sejak kapan Nicholas berdiri d
“Ya, Van?” Nicholas menjawab panggilan Revan sambil melangkah keluar dari ruang makan diikuti Ayara yang hendak mengantar hingga pintu.Meski sedang perang dingin, tetap saja Ayara melayani suaminya dengan baik.Mungkin karena amarah di hatinya berhasil diredam oleh perasaan cintanya yang lebih mendominasi.Terlebih di sisa umur pernikahan mereka, Ayara ingin sempurna dalam melayani Nicholas.“Pak, maaf saya terlambat ke kantor ... saya sedang di kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan.” Revan menginformasikan.Nicholas menghentikan langkahnya. “Apa yang hilang, Van?”“Saya dijambret, Pak! Hari ini saya pergi ke kantor menggunakan MRT lalu saat hendak turun dari MRT saya dijambret ... tas berisi Ipad, dompet dan beberapa berkas yang saya bawa pulang ke rumah dibawa lari oleh dua orang penjambret beruntung saya menyimpan hape di saku jas bagian dalam.” Revan menjawab kental dengan perasaan bersalah.“Apa kamu terluka?” Nicholas lebih concern kepada Revan dari pada Ipad dan semua
“Kemarin Revan bilang katanya si mantan tunangan pak Niko memang nyusulin pak Niko sampe ke Surabaya tapi pak Niko enggak tidur satu kamar karena Revan yang booking kamar untuk si perempuan itu dan membelikan tiket pesawat keesokan harinya ... kalau kata Revan sih, pak Niko keliatan kesel sama perempuan itu sampe sarapan pagi enggak mau nemuin,” tutur Elza memberitau apa yang diceritakan Revan.Mereka sedang berada di sebuah Mall termewah di kota Jakarta, mengunjungi banyak butik mencari gaun untuk pesta ulang tahun Bagaskara.“Oh gitu Mbak?” Ayara sampai menghentikan langkahnya, menghadapkan tubuh pada Elza dengan sempurna.“Mbak enggak bohong, kan?” Ayara mencengkram kedua tangan Elza erat mencari keyakinan.“Ngapain gue bohong, Ra ... lo jangan sedih ya, pak Niko memang beneran sayang sama lo ... kayanya mantan tunangannya itu datang karena tau pak Niko udah nikah ... sama kaya Abinawa, sekarang dia ngebet banget sama elo karena tau lo udah nikah, jadi tantangannya lebih besar aja
“Jangan pergi, Nik.” Vania memohon.Nicholas yang sedang mengancingkan kemejanya di depan cermin kemudian berbalik.“Aku sudah mendapatkan kemeja ganti, jadi aku sudah bisa pulang.”Nicholas mendapat telepon dari Ayah Vania yang mengabarkan bahwa Vania muntah-muntah hebat, entah karena efek obat atau karena hal lain.Nicholas yang kebetulan baru saja meeting dengan klien dan berada tidak jauh dari rumah Vania langsung datang tanpa pikir panjang.Vania masih muntah-muntah ketika Nicholas datang hingga muntahan Vania mengenai kemejanya.Akhirnya Nicholas meminta Revan membelikan kemeja baru dan selama menunggu Revan, Nicholas bersedia menemani Vania yang masih terlihat lemas padahal sudah dinyatakan sehat sehingga diperbolehkan pulang oleh dokter.Nicholas bersedia menggendong Vania ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual, Nicholas juga mau menyuapi Vania makan siang dan menemaninya tidur.Untuk Vania, ia relakan waktu setengah hari. Hanya demi kisah cinta mereka yang indah di masa l
Kali ini Ayara menaiki privat jet Nicholas bukan sebagai Pramugari melainkan sebagai penumpang.Elza dan Anya yang mengetahui pemutusan kerja itu langsung berhamburan memburu Ayara yang baru saja menaiki tangga pesawat.“Kenapa tiba-tiba resign, Ra?” Elza langsung bertanya mewakili para air crew.Abinawa sampai keluar dari kokpit untuk mendengar penjelasan Ayara.Ayara menggelengkan kepala. “Gue enggak tau salah apa tiba-tiba dapet surat itu.”Ayara terduduk lemas selemas-lemasnya di kursi sementara yang lain berdiri mengelilingi Ayara masih belum puas dengan penjelasan Ayara tadi.“Pak Niko enggak bilang apa-apa, Ra?” Ferdy yang bertanya dan gelengan kepala yang ia dapatkan dari Ayara.“Masa suami istri enggak cerita? Lo kali yang enggak mau nanya sama pak Niko ... pak Niko pasti punya alasan, mungkin karena merasa udah waktunya aja lo berhenti ... lagian lo istri pemilik perusahaan ini masa jadi Pramugarinya pak Niko.” Yogi mengemukakan pendapatnya.“Kamu tau sendiri kalau pak Niko
“Niko!” seru Vania memanggil.“Ya,” balas Nicholas dengan mata dan jari yang masih sibuk dengan ipadnya.Nicholas memang gila kerja, hidup satu tahun bersama Nicholas sudah tidak aneh lagi bagi Ayara melihat Nicholas yang selalu menempel dengan gadget canggih itu bahkan ketika mereka selesai bercinta—terkadang Nicholas akan kembali kepada Macbook atau ipadnya.“Niko! Kamu dengar aku, enggak?” Vania meninggikan nada suara karena diabaikan Nicholas.Nicholas mendongak dari layar ipad. “Mau apa?” tanya Nicholas lembut penuh kesabar.“Mbak Vania enggak liat pak Niko lagi kerja apa?”Nicholas sampai menoleh takjub ke arah sang istri yang duduk di samping karena berani speak up membelanya.“Diam kamu, hanya istri kontrak lagaknya udah kaya istri beneran.” Vania sama sekali tidak menahan suaranya.Elza yang saat itu baru saja memberikan selimut untuk Ayara langsung menghentikan langkah dan Alana yang tidak benar-benar tidur seketika membuka penutup mata, menegakan tubuh dan membelalakan mat
Sesampainya di resort, keduanya tidak banyak bicara meski berada dalam cottage yang sama.Ayara dan Nicholas membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara yang akan digelar setelah malam tiba.Mengetahui jika seluruh keluarga telah berkumpul membuat jantung Ayara menaikan tempo debaran.Ayara khawatir Vania akan menggila dan membongkar semuanya, apa sebaiknya ia pura-pura sakit dan tidak menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara?Melihat kecemasan di wajah istrinya, Nicholas pun mendekat lalu berdiri tepat di depan Ayara.“Kamu udah siap?” Nicholas bertanya seraya menyentuh pipi Ayara dengan punggung jarinya.Ayara menggelengkan kepala kemudian rasa mual tiba-tiba mendesak perutnya merangkak naik ke kerongkongan.Ayara berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual.“Kamu gugup, Aya ... kamu terlalu takut dengan ancaman Vania.” Nicholas memijat tengkuk Ayara tanpa enggan melihat muntahan yang keluar dari mulut istrinya.“Keluar, Pak ... ini menjiji
Ferdi mengusap punggung Candy yang terlihat membungkuk duduk di bangku taman depan rumah orang tuanya.“Maafin Bunda ya, Bunda enggak bermaksud begitu ... beliau lagi terguncang karena kita menikah dengan kondisi seperti ini,” ujar Ferdi sedang berusaha mengobati hati Candy yang ia ketahui sedang terluka oleh ucapan sang Bunda.Rencana pernikahannya dengan Candy ditentang keras oleh keluarga dan kedua orang tuanya.Mereka terang-terangan mengatakan bahwa tidak menyukai Candy, hal itu membuat hati Ferdi juga terluka.Terlepas dari cinta atau tidak tapi Candy adalah ibu dari anaknya.Beberapa minggu terakhir tinggal bersama Candy membuat Ferdi yakin jika Candy sebenarnya perempuan baik.Hembusan napas terdengar panjang keluar dari hidung Candy, perempuan itu menoleh ke samping menatap Ferdi kemudian tersenyum.Senyum yang tidak sampai ke matanya.“Aku enggak apa-apa, kalau kita enggak dapat restu ... kamu jangan maksa, aku enggak apa-apa melahirkan dia tanpa suami ... salah aku juga ‘ka
“Janin yang sedang dikandung Candy itu anaknya Ferdi,” kata Ayara.Ia dan Nicholas sedang menonton acara televisi di atas ranjang di kamar mereka.Posisi Nicholas bersandar pada headboard memeluk Ayara dari belakang.Ayara bersandar nyaman di dada bidang Nicholas, keduanya baru saja menidurkan Ejra tanpa bantuan Nanny dan hal itu merupakan sebuah prestasi bagi Ayara dan Nicholas.Kembali pada kalimat yang Ayara ucapkan tadi, tanggapan Nicholas hanyalah sebuah gumaman.Pria itu tampak tidak peduli.“Mas Abi mau nikah sama Anya dua bulan lagi.” Ayara melanjutkan informasi yang perlu Nicholas ketahui dan lagi-lagi suami cool-nya itu menanggapi dengan malas-malasan.“Mbak Elza lagi hamil,” imbuh Ayara kemudian.“Berapa minggu?” Dan barulah hal itu menarik perhatian Nicholas.“Delapan minggu, kayanya Mbak Elza mau resign.”Nicholas mengangguk, informasi tersebut baru diketahuinya.Revan tidak mengatakan apapun ketika tadi berbicara dengannya melalui sambungan telepon.Ayara dan Nicholas ma
“Kamu aja yang buka,” kata Candy menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA kepada Ferdi.“Kamu aja, kamu bacain siapa ayahnya.” Ferdi mendorong tangan Candy yang memegang amplop tersebut.“Ah, lama ... sini, gue yang bacain!” Elza menyambar amplop tersebut dari tangan Candy kemudian membukanya.Candy dan Ferdi menunggu Elza membacakan hasil tes DNA tersebut.Elza membaca dengan teliti setiap kata yang tertulis di dalam kertas, perlahan bibirnya membentuk sebuah lengkung senyum.Tangan Elza kemudian melipat kertas itu lalu memasukannya kembali ke dalam amplop.“Siapa ayahnya, Mbak?” Candy dan Ferdi kompak bertanya.“Lo pengennya siapa ayah tuh bayi?” Elza malah main tebak-tebakan dengan Candy.Candy melirik Ferdi kemudian menundukan pandangannya.Meski Ferdi sekarang sudah lebih baik dalam memperlakukannya tapi tetap saja pria itu pernah berkata seolah tidak menginginkannya dan anak dalam kandungannya.Sedangkan Abinawa mencintai wanita lain dan tampak sedang memperbaiki diri.Candy meng
Nicholas dan Ayara menopang dagu dengan tangan di atas ranjang menatap Ejra, menunggu bayi gempal itu bangun dari tidurnya yang panjang.Sudah berjam-jam Ejra tertidur dan sekarang Nicholas dan Ayara tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan.Mereka ingin bermain dengan Ejra, bayi laki-laki itu sudah seperti mainan bagi kedua orang tuanya.“Yang, kamu waktu lagi kecil memang doyan tidur gini ya?” Ayara bertanya random, tatapan matanya masih terpaku pada Ejra si bayi tampan.Ejra begitu mirip Nicholas, alisnya dan bibirnya yang tebal juga hidung mancung menyerupai sang papa.Beruntung netra abu-abu Nicholas juga menurun pada Ejra bisa dibayangkan betapa tampan Ejra ketika dewasa nanti.Ayara hanya bisa mengelus dada karena ia kebagian mengandung saja.Tiba-tiba Ejra tersenyum dalam tidurnya, ternyata senyum manis penuh pesona milik Ayara menurun pada Ejra.“Babe, boleh aku cium?” Nicholas bertanya, matanya juga masih menatap Ejra.“Boleh, nih!” kata Ayara sambil memberikan pipinya kepada
“Moza dan May sudah tidur, aku akan pulang.” Malvino pamit kepada mantan istrinya.Cindy hanya menganggukan kepala, melangkah lebih dulu mengantar Malvino hingga pintu depan.“Apa kamu ada rencana menengok Ayara dan bayinya?” Malvino bertanya basa-basi.“Mungkin weekend ini ketika anak-anak libur sekolah.” Cindy menjawab singkat lalu membuka pintu rumah.“Cindy,” panggil Malvino yang sudah berada diambang pintu.Cindy mendongak menunggu Malvino mengatakan sesuatu.“Apa masih ada harapan untuk kita bisa bersama lagi?” Malvino melirih.“Lalu bagaimana dengan Sera dan anak itu? Sudahlah Malvino, jangan menyesali ini ... apa ketika kamu sedang bergulat di atas ranjang dengan Sera, kamu tidak berpikir akan berujung seperti ini?” Cindy bersarkasme.“Aku minta maaf Cindy,” ucap Malvino tulus terlihat dari sorot matanya.“Aku sudah memaafkanmu dan tolong jangan kamu datangi para pria yang sedang mendekati aku ... bukan hanya kamu yang memiliki hasrat, aku pun begitu ... biarkan aku menemukan
Nicholas menutup pintu ruang rawat Ayara setelah mengantar atau lebih tepatnya setengah memaksa anggota keluarganya pergi.Ayara butuh istirahat untuk masa pemulihan pasca melahirkan sementara kedua orang tua, kakak juga sang kakek bisa kembali besok.“Ayaaaang.” Ayara memanggil Nicholas dengan nada manja.Pria berperawakan jangkung bertubuh atletis itu mendekat, duduk di sisi ranjang menghadap Ayara kemudian meraup tubuh Ayara dalam pelukannya.Sudah sejak tadi Nicholas ingin memeluk Ayara tapi tidak pernah sempat karena gangguang Dokter yang ketika mereka berada di ruang operasi memberi beberapa informasi dan ketika sampai di ruang rawat—keluarganya merecoki dengan memberi selamat kepada Ayara dan berbincang mengenai masa depan si buah hati yang diberi nama Niscala Ejra Lazuardy.Ayara membalas pelukan Nicholas dengan memberi usapan lembut telapak tangannya di punggung pria itu.“Anak kita pasti setampan kamu, segagah dan dan sepintar kamu,” cetus Ayara yang menganggumi karakter sua
Keduanya duduk bersisian di kursi taman, semenjak pernikahannya kandas dengan Cindy—hidup Malvino sangat berantakan. Sera memang sekertarisnya yang biasa melayani semua kebutuhan Malvino tapi tetap saja, rasanya tidak benar jika ia bersama Sera sementara sang berlian ia lepaskan. “Belum berhenti menyesal?” sindir Nicholas membuat Malvino tersenyum kecut disertai hembusan napas panjang. “Gue lagi berusaha balikan sama Cindy, itu kenapa gue di Eropa ... biar deket sama anak-anak juga.” Malvino mengaku. “Perusahaan lo?” “Ada lah yang ngurus, gue juga sambil kerja dari sini ... gue hancur, Niko.” Nicholas mengangguk mengerti, segala sesuatu yang dimulai tidak benar maka akan berakhir buruk. “Gue berulang kali minta maaf sama Cindy dan menyesali perbuatan gue tapi Cindy bilang kalau apa yang gue lakukan adalah karakter dan gue akan mengulangi hal itu lagi,” curhatnya pada sang adik. “Lalu Sera
“Kenapa harus dandan?” Pertanyaan Nicholas tersebut terdengar tidak bermutu bagi Ayara.Wanita hamil yang sedang uring-uringan itu hanya memberikan delikan tajam.“Babe,” panggil Nicholas lagi yang kemudian duduk di belakang Ayara, kedua tangannya melingkar di pinggang Ayara dengan dagu bertumpu di pundaknya.“Aku dandan biar enggak kalah cantik sama suster-suster yang suka ngeliatin kamu kaya kelaperan gitu,” gumam Ayara yang kini beraut sendu.Ya Tuhan, perkara cemburu ini kapan akan berakhir?“Tapi kamu lebih cantik dari mereka,” ujar Nicholas setelah memberi kecupan di leher Ayara.Jika situasinya tidak seperti ini mungkin Ayara akan tersipu.“Kamu bohong! Aku gemuk, naik sepuluh kilo ... paha aku besar, bokong aku besar, pipi aku bulat dan leher aku menghitam karena hormon mengandung anak laki-laki ... aku je ... hiks ... leeeek.”Tangis Ayara pecah membuat Nicholas panik seketika.“Ssstttt ... tapi aku enggak melihat kamu seperti apa yang kamu katakan tadi, aku melihat kamu sepe
Author Note :Gheeeeenks, maaf kemarin salah publish hahaha…Jadinya spoiler kan, duuuh ….Authornya banyak pikiran, padahal tinggal publish aja sampe salah ya…Tapi udah diganti kok, jadi temen-temen yang sudah buka bab sebelum ini silahkan dibaca lagi ya.Sekali lagi Author mohon maaf atas kesalahan publish di hari kemarin dan terimakasih atas pengertiannya.***“Kamu siap?” Abinawa bertanya kepada Candy yang tampak gelisah duduk di sampingnya.Wajah perempuan itu pias sambil terus mengusap bagian perut.“Sakit enggak ya, Capt? Enggak akan terjadi sesuatu sama bayi aku, kan?” Candy begitu khawatir.“Kamu menyayangi bayi itu?” Abinawa bertanya.Candy menganggukan kepala. “Cuma dia satu-satunya keluarga aku di dunia ini.”Abinawa jadi merasa iba.“Yuk, kita turun ... Ferdi udah ada di dalem sama Elza ....”Candy membuka sitbelt lalu turun dari mobil, berjalan di belakang mengikuti Abinawa.Pagi ini Candy mual muntah parah, selain morning sick—Candy juga sedang dalam kondisi stress seh