Hari ini semu orang bersenang-senang, Lena berinisiatif untuk membawa Sabrina serta Sasa untuk berjalan-jalan. Lena memutuskan untuk membawa keduanya ke sebuah mall dengan fasilitas anak terbaik disana.
"Sayang ya nggak bisa girls time," seru Sabrina dengan begitu kerasnya.
"Kalau bunda girls time sama Sasa sih aku percaya, tapi kalau sama si ngeyelan harus waspadalah," balas sindir Nio.
Rencana girls time gagal sebab tiba-tiba Nio memutuskan untuk ikut serta, tak hanya Nio seorang sebab masih ada Marshel yang turut serta didalamnya. Semua orang memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama, namun sayangnya Rizal harus absen sebab ada pertemuan dengan Darma yang tak bisa ia tunda.
"Have fun ya semua," teriak Rizal melihat Nio mulai menjalankan mobilnya menjauh dari rumah.
Ketiga wanita itu duduk sambil terus memperhatikan jalan dengan begitu ceria, Nio selalu memantau istrinya lewat kaca spion didepannya.
"Permisi pak supir, to
Irma masih begitu panik setelah berhasil menghubungi suaminya, kini wanita itu tengah menunggu Max disebuah cafe yang tak jauh dari tempat suaminya bekerja.Lama menunggu hingga tiba Max datang dan duduk didepannya, Max yang melihat istrinya gemetar ketakutan dengan penuh perhatian menggenggam kedua tangannya dengan begitu erat. Meyakinkan jika semua akan baik-baik saja."Katakan," seru Max."Sayang, sayang aku melihatnya," gugup Irma bercerita."Iya kamu ini bertemu dengan siapa, dari tadi ditelpon bilangnya gitu terus," bingung Max yang sama sekali tak mengerti."Coba ceritakan pelan-pelan," lanjutnya."Jadi hari ini aku lagi ajakin Cica main diwahana main, aku disana nggak sengaja ketemu dengan wanita itu sayang. Wanita yang harusna sudah mati bertahun-tahun lalu.""Wanita siapa maksudmu ini??""Lena, Lena juga Rizal ."Max begitu terkejut dengan cerita istrinya, ia tak menyangka akan ada hari dimana ia merasa k
Max marah besar mendengar apa yang telah Irma lakukan, alasan apapun bagi Max tak bisa membenarkan apa yang telah istrinya itu lakukan. Dengan begitu cemas Max mengendari mobilnya mencari keberadaan putrinya, ia tak berhasil menemukan Cica ditempat yang Irma sebutkan padanya."Bodoh! Bisa-bisanya meninggalkan anak sendiri dijalan sebesar ini," marahnya memukul-mukul kemudinya.Max terus mencari keberadaan putrinya, tak lagi ada yang lebih penting selain keselamatan putri kecilnya itu.Dipusat permainan saat Sabrina tengah menunggu makanannya tanpa sengaja ia melihat Syan berjalan bersama seorang anak kecil disebelahnya. Ia berinisiatif memanggil saudarinya itu, sayangnya Syan tak mendengar panggilan itu dan terus berjalan."Kenapa," tanya Nio yang baru selesai dari toilet saat melihat wajah cemberut istrinya."Tadi ada kak Syan, tapi pas aku panggilin nggak denger. Terus jalan jauh deh kakaknya," cemberutnya.Nio mengusap kepala Sabrin
Irma begitu tak tenang menunggu kabar dari suaminya, ia merasa begitu bersalah telah meninggalkan Cica begitu saja. Penyesalannya begitu besar, ia hanya berharap jika putrinya pulang dengan baik-baik saja atau nyawanya yang akan melayang ditangan suaminya."Kenapa belum pulang juga sih, dimana mereka ini, " gumam Irma panik yang terus mondar-mandir.Irma berusaha menghubungi Max berkali-kali namun tak ada respon atau balasan dari suaminya. Ingin sekali ia menyusul keduanya, namun Max sudah melarangnya untuk keluar dari rumah.Yang kini bisa dilakukannya hanya menunggu dan berharap semua akan baik-baik saja, maka nyawanya juga akan baik-baik saja._Max benar-benar terkejut dengan siapa yang ditemuinya saat ini, tubuhnya merespon rasa terkejutnya itu dengan sangat baik hingga beberapa langkah ia menjauh dari tempatnya."Ada apa dengan anda ini tuan," tanya Lena.Yah, orang yang membuat Max terkejut saat ini adalah Lena, wanita yang seh
Semua orang sudah berada dirumahnya masing-masing, Lena masih saja terdiam setelah pertemuannya dengan Max tadi. Marshel yang cemas segera menghubungi ayahnya dan memintanya untuk segera kembali kerumah."Bagaimana bundamu," tanya Rizal yang baru saja datang.Namun samar-samar Rizal mendengar suara tangis Sasa, ia pun mengerutkan dahinya sambil mengikuti arah sumber suara tangis cucunya tersebut."Ada apa ini, apa yang terjadi," panik Rizal melihat Nio sedang mengompres pipi putrinya sedang Sasa menangis disebelahnya."Ayah," seru keduanya bersamaan."Jelaskan sama ayah, apa yang sebenarnya terjadi."Nio menceritakan semuanya, semua hal dari awal masuknya Max hingga insiden pemukulan istrinya. Sesuai dugaan, Rizal tak terima dan marah besar. Beruntung Marshel berhasil menahan ayahnya agar tak gegabah dalam bertindak."Jadi bunda kamu seperti itu karena pertemuannya dengan Max ini?""Benar yah, aku makanya langusung minta
Max benar-benar ketakutan, ia tak menyangka jika apa yang diucapkan istrinya memang benar adanya. Wanita itu ternyata masih hidup, orang yang seharusnya mati namun ternyata masih hidup dan membuat Max sangat terkejut.Irma yang mendapat amukan Max hanya bisa diam membawa Cica untuk kembali kekamarnya, Syan sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan papanya sebab ia merasa amarah papa nya kali ini bena-benar berbeda."Bagaimana, apa kamu bertemu dengan wanita itu?" tanya Irma yang mendekati Max didalam kamarnya."Ehm," singkatnya."Benar, ternyata wanita itu masih hidup. Kalau dia masih hidup maka kemungkinan laki-laki itu juga masih hidup. Bagaimana ini," paniknya menggigiti kukunya.Max sama sekali tak menghiraukan istrinya, ia benar-benar fokus dengan apa yang sedang difikirkannya saat ini."Max, aku sedang berbicara kepadamu. Jangan diam saja," bentak Irma yang merasa begitu kesal telah diacuhkan.Plak!"Terla
Kasus kecelakaan itu akan ditangani langsung oleh Rizal, ia tak ingin melibatkan Sabrina kedalam masalah ini. Terlebih kini kondisi Sabrina begitu tak memungkinkan, ada calon bayinya yang harus terus diperhatikannya."Sesuai dengan keputusan ayah, hanya kita yang akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut," seru Marshel yang saat ini tengah berada didalam ruang kerja ayahnya."Biarkan saya mewakili istri saya untuk ikut mengungkap kasus kecelakaan ini ayah."Nio masuk dengan tiba-tiba, Rizal tak bisa melarang keikutsertaan menantunya itu. Terlebih Rizal membutuhkan kekuatan Nio untuk membantunya dalam masalah ini."Tapi ingat, ini hanya kita bertiga yang tahu. Ayah tidak ingin mendengar Nana (Sabrina) kembali mengungkit ini.""Ayah tenang aja, aku akan menjaga istri aku dengan sangat hati-hati.""Jangan hanya jaga istrimu, jaga juga cucuku Sasa juga calon cucuku itu."Nio tersenyum tanpa menanggapi ucapan mertuanya, dalam hatinya ia begi
Keluarga kecil itu tiba dirumah sakit terbaik dikotanya, namun Nio begitu tak terima ketika dokter kandungan istrinya diganti begitu saja tanpa pemberitahuan kepadanya."Mana bisa begini, lancang sekali kalian ini," marahnya."Maafkan kami tuan, tapi in keputusan dokter tersebut. Kami juga tidak bisa melarangnya, ini hanya sementara saja.""Sementara katamu, aku tidak akan membiarkan istriku disentuh oleh laki-laki lain selain aku.""Tapi kami tidak memiliki dokter wanita lainnya dibagian kandungan tuan, mohon dimengerti.""Kemana Alex ini, kenapa masih belum datang juga," kesalnya.Nio tak terima dengan rumah sakit yang mengganti dokter Sabrina, ia marah dan kesal ketika tahu jika dokter penggantinya adalah seorang dokter laki-laki yang masih muda dan berparas menggoda.Sedang Sabrina dengan Sasa hanya bisa duduk terdiam melihat Nio berdebat dengan kepala rumah sakit untuk hal sepele ini. Keduanya hanya bisa menjadi penon
Sabrina hanya bisa melihat suami serta kakaknya sedang berbicara cukup jauh dari tempatnya, ada hal yang saat ini tengah disembunyikan Nio darinya namun ia tak bisa mencurigainya. Sabrina hanya bisa menunggu sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan."Bagaimana Syan?"Syan hanya terdiam, ia benar-benar tak tahu harus bereaksi apa kali ini. Antonio dengan sadarnya menceritakan hal yang mungkin telah papanya perbuat dimasa lalunya, entah apa yang membuat Nio begitu percaya dan berani mengatakan hal itu pada Syan."Bagaimana," tanya lagi Nio ketika Syan hanya terdiam dengan pandangan menerawangnya."Ehm, gimana tuan?""Bagaimana dengan bantuan yang saya butuhkan barusan, apa kamu bersedian membantu saya kali ini?"Syan masih bimbang, jika ia menerima permintaan Nio maka ia sama saja melawan papanya namun jika ia menolaknya maka apapun yang terjadi papanya itu tetap akan menerima hukuman itu."Baiklah, saya akan berusaha mem