Share

Yang Terlupakan

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 20:48:48
"Tapi aku tidak setuju kalau diberikan seluruh saham kepada Arsa," sela Teratai yang membuat pandangan Sanad dan Fatima tertuju padanya.

"Kamu masih ada Evan. Aku takut ke depannya akan berpengaruh kepada Evan. Kurasa itu akan menjadi sesuatu yang berharga baginya, bukan berapa jumlahnya, melainkan itulah peninggalan ayah dan kakeknya. Selain itu, seperti yang Papa bilang tadi akan menimbulkan kecemburuan di antara keponakan lain jika memberikan milik Mama, bagaimana juga dengan Evan jika tidak meninggalkan sepersen pun buat dia?

Saat ini ia memang tidak mengerti apa-apa, tapi nanti? Aku sering lihat di keluarga Papa satu sama lain saling pamer dan berbangga-bangga, bahkan kadang anak yang masih kuliah saja pun obrolannya sudah reksadana, cripto. Khawatirnya ada yang sengaja mengompori Evan nanti. "

"Lalu kamu punya usul? Saat ini kita menghadapi keluarga Saman, salah satu pemilik saham terbesar di perusahaan batu bara Tanjung. Dan soal Evan juga adik-adiknya, saat mereka dewasa na
El Nurien

Cerita cinta Teratai dan Sanad ada di Bahagia Setelah Terusir Bahagia Setelah Diusir, Kamu Berhak Bahagia, Setelah Kau Peri dan Mendadak Talak, tokoh-tokohnya satu sama lain saling terhubung.

| 1
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mendadak Talak    Bagus

    Mauriyah membuka pintu kamar Wahda pelan. Terlihat anak perempuannya itu sedang duduk di kursi dengan meletakkan kepala di meja rias, sedang tangan mengetuk-ngetukkan pensil alis ke meja. "Bu." Wahda meluruskan badannya, menatap wajah ibunya di cermin."Apa yang kamu pikirkan?""Entahlah. Merasa ragu saja dengan apa yang akan diambil?""Meragukan Arsa?""Bukan. Cuma … dengan Arsa, kaya … syok aja. Sulit dipercaya. Dia yang sudah kuanggap seperti abangku tiba-tiba akan jadi suamiku. Berasa aneh banget." Mauriyah mundur. Duduk di ujung ranjang. "Bukannya sesama sepupu itu biasa di keluarga ayahmu?!""Iya, tapi tidak terpikirkan kalau suatu saat akan mengalaminya." Wahda berdiri, lalu meletakkan kepala di paha ibunya."Bagaimana dengan surat cerainya?" "Lagi nunggu kabar kak Gilang."Mauriyah berdecak mengejek. "Urusan begitu sampai menyewa pengacara? Pemalas.""Bukan pemalas, Bu. Aku cuma memanfaatkan anugerah. Sayang punya sepupu pengacara kalau enggak dimanfaatkan."Mauriyah mengge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Mendadak Talak    Mulai Cemburu

    “Oya?!” tanya Ardiansyah. “Aku tidak tau Bangkau punya seperti itu. Secara kehidupan mereka bisa dibilang sangat terbelakang.”Sanad masih berusaha memasang senyum, meski mendadak hatinya berubah kesal. “Iya, secara data statistik pendidikan, presentasi mereka sangat kecil dibanding desa lain. Tapi alhamdulillah, beberapa orang karyawan Tera mulai sudah ada yang sarjana, sekarang masih ada sekolah, dua orang kuliah.”“Oya? Memangnya istrimu bisnis apa saja? Cuma membudidayakan teratai?”Atul datang membawakan beberapa buah sendok kecil dan piring yang ia taruh di sebuah nampan.Sanad menggeleng. Sanad menggeser ke tengah plastik yang tadi terabaikan. Ia mengambil sebungkus kerupuk lalu menyerahkan kepada Ardiansyah. “Ini juga produk home industri milik istri saya, Pamam.”“Teratai Kedua,” eja Ardiansyah sambil memerhatikan kemasan kerupuk kering yang dipegangnya.“Sebelum menikah dengan saya, dia sudah mempunyai Teratai Produksi, yang sekarang berganti menjadi Teratai Kedua.” Mata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Mendadak Talak    Perasaan Angel

    Wahda terdiam. Tiba-tiba ia menyadari satu hal. Bisakah ia tidak peduli jika Arsa sering ke rumah Sanad? Ia menarik mangkuk es krimnya lalu menyuapnya secara kasar. Arsa yang memerhatikan menjadi keheranan. “Ada apa?” Wahda hanya menggeleng, lalu kembali menyuap es krim. Arsa bergerak cepat ke sisi meja lainnya, lalu merebut mangkuk kecil itu. “Katakan, kenapa tiba-tiba berubah begini? Jangan katakan ada yang salah dengan jawabanku tadi!” Di dekat mereka, Rania juga keheranan akibat Angga yang tiba-tiba menariknya keluar sambil membawa laptop. Lalu mendudukkannya di sebuah kursi di ruang sebelah. Wahda ingin kembali mengambil, tetapi Arsa segera menjauhkan mangkuk itu. “Katakan dulu!” Wahda menghela napasnya. “Entahlah. Hubungan kita tiba-tiba berubah, sedang masih banyak masalah lain yang belum kelar. Lalu bagaimana aku menghadapinya nanti?” “Misalnya?” “Baga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Mendadak Talak    Perasaan Wahda

    Mata merah itu kini berair. “Aku tidak pernah bertemu teman seegois kamu. Sudah berapa banyak yang kulakukan untukmu beberapa bulan ini, kamu masih bicara seperti ini?" ****Arsa berdiri, lalu duduk di sampingnya. “Kau mau coba?”“Maksudmu?” tanya Wahda dengan menyipitkan mata.Arsa mengangkat tangan hendak memegang dagunya, tetapi ia segera menepis. “Jangan ngadi-ngadi.” Arsa berdecak mengejek “Lalu kamu maunya apa?”“Maksudmu?”“Mau dilanjutkan atau sampai di sini saja. Aku tinggal nelpon Tante Fatima,” ujar Arsa sambil meraih ponselnya yang sejak tergeletak di meja. lalu menggulir daftar panggilan.Wahda langsung menyambar ponsel itu. “Jangan! Aku nggak mau nikah sama Saman.” Wahda memasang wajah memelas.“Nah, makanya jangan bawel, Galuh¹! Jangan khawatir, aku laki-laki sejati kok.”“Apaan sih!”Arsa meluruskan badan Wahda menghadapnya. “Begini saja. Kita kan juga nggak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Mendadak Talak    July

    “Sanad ceritakanlah! Mama masih tidak bisa banyak suara, capek.” Sanad menceritakan pertemuan mereka di malam itu sewaktu di rumah Ardiansyah. “Saman memang menyukai Wahda, dan aku pun berharap mereka berjodoh supaya tali kekeluargaan terjaga, apalagi jika mengingat Saman cuma sepupu jauh. Hanya saja, aku tidak bisa memaksa Wahda. Dia bukan anak kandungku dan juga dia masih memiliki ibu dan saudara laki-laki. Kalaupun aku berucap kasar dan menyombongkan diri karena aku ingin, siapa pun suaminya nanti, aku ingin dia menghargai diri. Bagaimanapun Wahda seorang dokter dan memiliki garis keturunan ningrat. Setidaknya suaminya mampu memberinya kecukupan.”Arsa mengangguk-nganguk mendengar cerita Sanad. Sanad terdiam. Masih banyak ucapan Ardiansyah yang tidak ia ceritakan. Ardiansyah juga bercerita alasan mengapa dulu memperlihatkan ketidaksukaannya pada bapaknya Arsa. Karena bapaknya Arsa laki-laki sederhana dengan pemikiran sangat sederhana. Berka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Mendadak Talak    Bagaimana Jika Tanpa Arsa?

    "Katanya tadi kamu terjatuh?" tanya Arsa nyaring sambil membuka kulkas dan mengambil sebotol kopi. "Kata siapa?" Wahda balik bertanya sambil terus memixer adonan es krim. "Tera." Wahda berdecak. "Tumben tu bini orang ember." Setelah menandaskan minumannya, Arsa memasukkan botolnya ke wadah sampah kering yang tak jauh dari kaki Wahda. "Coba aku lihat." Arsa mendekat. "Kau lihat aku sedang apa?!""Masih lama? Kalau lama matikan dulu." Yanti muncul dengan membawa peralatan kebersihan. "Yanti, tolong kau ganti Wahda sebentar." Wahda mematikan mixer. "Arsa, aku dokter. Tentu aku bisa merawat luka sekecil itu." Arsa tak bersuara. Ia menarik Wahda, membawa ke ruang ujung, lalu mendudukkannya di sofa inflatable. "Coba lihat tanganmu!" ucap Arsa sambil menyentuh tangan, dan memerhatikan telapak tangannya. Terlihat tangan Wahda yang bersih, meski masih ada goresan acak.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Mendadak Talak    Mengenali Kehidupan Arsa

    Seketika ia pun bertanya-tanya, bagaimanakah kehidupannya tanpa Arsa? ***Setengah syok Arsa menatapi dari ujung kaki sampai kepala sosok yang tiba-tiba sudah di depannya. Ini pertama kalinya Wahda mendatangi kantornya.“Apa yang terjadi?” tanya Arsa tanpa kuasa melepaskan wajah syoknya. Wahda duduk di sofa. Arsa berdiri mendekatinya. “Tidak ada. Tadi habis dari rumah sakit, kepikiran saja ke sini.”Arsa mencebik bibirnya. “Jangan katakan kau masih mencurigaiku. Ini fatal bagiku.”“Tidak. Aku hanya ingin semua karyawan di sini tahu kalau Pak Arsa Fariq itu sudah mempunyai tunangan.” Tawa Arsa hampir saja meledak, andai saja tidak ingat kalau Wahda marah bisa ribet urusannya. “Kenapa? Sekarang sudah mulai training menjadi kekasih Arsa?” ledek Arsa. “Kau!” Wahda mengangkat tangannya, dengan cepat Arsa menangkapnya. “Sejak kapan mulai main tangan?”“Kau sih, membuatku kese

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Mendadak Talak    Kejutan

    Seorang perempuan muda menyusuri selasar rumah sakit dengan senyum semringah dan hati yang berbunga-bunga. Kabar gembira yang ingin disampaikan pada sang suami telah membuatnya lupa kalau ia sedang menyusuri lorong remang.Aktifitas pelayanan masyarakat sudah ditutup setengah jam yang lalu. Beberapa orang karyawan dan nakes yang ia lewati bersiap-siap pulang ke rumah. Bahkan beberapa lampu telah dimatikan. Sambil bertegur sapa, ia terus melangkah hingga sampai di muka pintu kantor suaminya yang menjabat sebagai direktur di satu rumah sakit itu. Sebelum memegang gagang pintu, terlebih dahulu ia menghirup oksigen kuat-kuat, berharap bisa membuat suaminya terkejut dengan kedatangannya. “Surprise!!” teriaknya. Namun siapa sangka, sebuah pemandangan yang telah membuatnya seperti mendadak kehilangan roh. Matanya membelalak selebar mungkin, seakan bola di dalamnya ingin keluar. Sepasang manusia tersentak, lalu saling salah tingkah sambil merapikan pakaian mereka. Sang laki-laki berdiri men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Mendadak Talak    Mengenali Kehidupan Arsa

    Seketika ia pun bertanya-tanya, bagaimanakah kehidupannya tanpa Arsa? ***Setengah syok Arsa menatapi dari ujung kaki sampai kepala sosok yang tiba-tiba sudah di depannya. Ini pertama kalinya Wahda mendatangi kantornya.“Apa yang terjadi?” tanya Arsa tanpa kuasa melepaskan wajah syoknya. Wahda duduk di sofa. Arsa berdiri mendekatinya. “Tidak ada. Tadi habis dari rumah sakit, kepikiran saja ke sini.”Arsa mencebik bibirnya. “Jangan katakan kau masih mencurigaiku. Ini fatal bagiku.”“Tidak. Aku hanya ingin semua karyawan di sini tahu kalau Pak Arsa Fariq itu sudah mempunyai tunangan.” Tawa Arsa hampir saja meledak, andai saja tidak ingat kalau Wahda marah bisa ribet urusannya. “Kenapa? Sekarang sudah mulai training menjadi kekasih Arsa?” ledek Arsa. “Kau!” Wahda mengangkat tangannya, dengan cepat Arsa menangkapnya. “Sejak kapan mulai main tangan?”“Kau sih, membuatku kese

  • Mendadak Talak    Bagaimana Jika Tanpa Arsa?

    "Katanya tadi kamu terjatuh?" tanya Arsa nyaring sambil membuka kulkas dan mengambil sebotol kopi. "Kata siapa?" Wahda balik bertanya sambil terus memixer adonan es krim. "Tera." Wahda berdecak. "Tumben tu bini orang ember." Setelah menandaskan minumannya, Arsa memasukkan botolnya ke wadah sampah kering yang tak jauh dari kaki Wahda. "Coba aku lihat." Arsa mendekat. "Kau lihat aku sedang apa?!""Masih lama? Kalau lama matikan dulu." Yanti muncul dengan membawa peralatan kebersihan. "Yanti, tolong kau ganti Wahda sebentar." Wahda mematikan mixer. "Arsa, aku dokter. Tentu aku bisa merawat luka sekecil itu." Arsa tak bersuara. Ia menarik Wahda, membawa ke ruang ujung, lalu mendudukkannya di sofa inflatable. "Coba lihat tanganmu!" ucap Arsa sambil menyentuh tangan, dan memerhatikan telapak tangannya. Terlihat tangan Wahda yang bersih, meski masih ada goresan acak.

  • Mendadak Talak    July

    “Sanad ceritakanlah! Mama masih tidak bisa banyak suara, capek.” Sanad menceritakan pertemuan mereka di malam itu sewaktu di rumah Ardiansyah. “Saman memang menyukai Wahda, dan aku pun berharap mereka berjodoh supaya tali kekeluargaan terjaga, apalagi jika mengingat Saman cuma sepupu jauh. Hanya saja, aku tidak bisa memaksa Wahda. Dia bukan anak kandungku dan juga dia masih memiliki ibu dan saudara laki-laki. Kalaupun aku berucap kasar dan menyombongkan diri karena aku ingin, siapa pun suaminya nanti, aku ingin dia menghargai diri. Bagaimanapun Wahda seorang dokter dan memiliki garis keturunan ningrat. Setidaknya suaminya mampu memberinya kecukupan.”Arsa mengangguk-nganguk mendengar cerita Sanad. Sanad terdiam. Masih banyak ucapan Ardiansyah yang tidak ia ceritakan. Ardiansyah juga bercerita alasan mengapa dulu memperlihatkan ketidaksukaannya pada bapaknya Arsa. Karena bapaknya Arsa laki-laki sederhana dengan pemikiran sangat sederhana. Berka

  • Mendadak Talak    Perasaan Wahda

    Mata merah itu kini berair. “Aku tidak pernah bertemu teman seegois kamu. Sudah berapa banyak yang kulakukan untukmu beberapa bulan ini, kamu masih bicara seperti ini?" ****Arsa berdiri, lalu duduk di sampingnya. “Kau mau coba?”“Maksudmu?” tanya Wahda dengan menyipitkan mata.Arsa mengangkat tangan hendak memegang dagunya, tetapi ia segera menepis. “Jangan ngadi-ngadi.” Arsa berdecak mengejek “Lalu kamu maunya apa?”“Maksudmu?”“Mau dilanjutkan atau sampai di sini saja. Aku tinggal nelpon Tante Fatima,” ujar Arsa sambil meraih ponselnya yang sejak tergeletak di meja. lalu menggulir daftar panggilan.Wahda langsung menyambar ponsel itu. “Jangan! Aku nggak mau nikah sama Saman.” Wahda memasang wajah memelas.“Nah, makanya jangan bawel, Galuh¹! Jangan khawatir, aku laki-laki sejati kok.”“Apaan sih!”Arsa meluruskan badan Wahda menghadapnya. “Begini saja. Kita kan juga nggak

  • Mendadak Talak    Perasaan Angel

    Wahda terdiam. Tiba-tiba ia menyadari satu hal. Bisakah ia tidak peduli jika Arsa sering ke rumah Sanad? Ia menarik mangkuk es krimnya lalu menyuapnya secara kasar. Arsa yang memerhatikan menjadi keheranan. “Ada apa?” Wahda hanya menggeleng, lalu kembali menyuap es krim. Arsa bergerak cepat ke sisi meja lainnya, lalu merebut mangkuk kecil itu. “Katakan, kenapa tiba-tiba berubah begini? Jangan katakan ada yang salah dengan jawabanku tadi!” Di dekat mereka, Rania juga keheranan akibat Angga yang tiba-tiba menariknya keluar sambil membawa laptop. Lalu mendudukkannya di sebuah kursi di ruang sebelah. Wahda ingin kembali mengambil, tetapi Arsa segera menjauhkan mangkuk itu. “Katakan dulu!” Wahda menghela napasnya. “Entahlah. Hubungan kita tiba-tiba berubah, sedang masih banyak masalah lain yang belum kelar. Lalu bagaimana aku menghadapinya nanti?” “Misalnya?” “Baga

  • Mendadak Talak    Mulai Cemburu

    “Oya?!” tanya Ardiansyah. “Aku tidak tau Bangkau punya seperti itu. Secara kehidupan mereka bisa dibilang sangat terbelakang.”Sanad masih berusaha memasang senyum, meski mendadak hatinya berubah kesal. “Iya, secara data statistik pendidikan, presentasi mereka sangat kecil dibanding desa lain. Tapi alhamdulillah, beberapa orang karyawan Tera mulai sudah ada yang sarjana, sekarang masih ada sekolah, dua orang kuliah.”“Oya? Memangnya istrimu bisnis apa saja? Cuma membudidayakan teratai?”Atul datang membawakan beberapa buah sendok kecil dan piring yang ia taruh di sebuah nampan.Sanad menggeleng. Sanad menggeser ke tengah plastik yang tadi terabaikan. Ia mengambil sebungkus kerupuk lalu menyerahkan kepada Ardiansyah. “Ini juga produk home industri milik istri saya, Pamam.”“Teratai Kedua,” eja Ardiansyah sambil memerhatikan kemasan kerupuk kering yang dipegangnya.“Sebelum menikah dengan saya, dia sudah mempunyai Teratai Produksi, yang sekarang berganti menjadi Teratai Kedua.” Mata

  • Mendadak Talak    Bagus

    Mauriyah membuka pintu kamar Wahda pelan. Terlihat anak perempuannya itu sedang duduk di kursi dengan meletakkan kepala di meja rias, sedang tangan mengetuk-ngetukkan pensil alis ke meja. "Bu." Wahda meluruskan badannya, menatap wajah ibunya di cermin."Apa yang kamu pikirkan?""Entahlah. Merasa ragu saja dengan apa yang akan diambil?""Meragukan Arsa?""Bukan. Cuma … dengan Arsa, kaya … syok aja. Sulit dipercaya. Dia yang sudah kuanggap seperti abangku tiba-tiba akan jadi suamiku. Berasa aneh banget." Mauriyah mundur. Duduk di ujung ranjang. "Bukannya sesama sepupu itu biasa di keluarga ayahmu?!""Iya, tapi tidak terpikirkan kalau suatu saat akan mengalaminya." Wahda berdiri, lalu meletakkan kepala di paha ibunya."Bagaimana dengan surat cerainya?" "Lagi nunggu kabar kak Gilang."Mauriyah berdecak mengejek. "Urusan begitu sampai menyewa pengacara? Pemalas.""Bukan pemalas, Bu. Aku cuma memanfaatkan anugerah. Sayang punya sepupu pengacara kalau enggak dimanfaatkan."Mauriyah mengge

  • Mendadak Talak    Yang Terlupakan

    "Tapi aku tidak setuju kalau diberikan seluruh saham kepada Arsa," sela Teratai yang membuat pandangan Sanad dan Fatima tertuju padanya. "Kamu masih ada Evan. Aku takut ke depannya akan berpengaruh kepada Evan. Kurasa itu akan menjadi sesuatu yang berharga baginya, bukan berapa jumlahnya, melainkan itulah peninggalan ayah dan kakeknya. Selain itu, seperti yang Papa bilang tadi akan menimbulkan kecemburuan di antara keponakan lain jika memberikan milik Mama, bagaimana juga dengan Evan jika tidak meninggalkan sepersen pun buat dia? Saat ini ia memang tidak mengerti apa-apa, tapi nanti? Aku sering lihat di keluarga Papa satu sama lain saling pamer dan berbangga-bangga, bahkan kadang anak yang masih kuliah saja pun obrolannya sudah reksadana, cripto. Khawatirnya ada yang sengaja mengompori Evan nanti. " "Lalu kamu punya usul? Saat ini kita menghadapi keluarga Saman, salah satu pemilik saham terbesar di perusahaan batu bara Tanjung. Dan soal Evan juga adik-adiknya, saat mereka dewasa na

  • Mendadak Talak    Persyaratan Dari Paman

    "Tapi ….""Kamu sudah punya calon?""Nggak ada.""Siap dengan Saman?""Enggak lah.""Nah apalagi? Anggaplah ini simbiosis mutualisme. Kamu membutuhkanku supaya bebas dari Saman, aku membutuhkanmu supaya bisa move on dari Tera.""Tapi, yakin paman akan menerimamu?" tanya Wahda cemas. Ia tidak bisa membayangkan jika tidak berhasil meraih hati paman, mungkin ia akan kehilangan Arsa untuk selamanya. "Kita coba saja dulu. Hasilnya gimana, kita serahkan sama yang Kuasa. Pastinya kita sudah sama-sama berusaha."***"Tumben masih siang ke sini. Biasanya pulang dari kerja," cecar Fatima begitu melihat Arsa memasuki rumah. "Ada yang ingin aku bicarakan dengan Tante."Fatima mengangkat kedua alisnya. Ia menyuruh Arsa duduk dengan isyarat tangannya. "Katakanlah.""Aku ingin melamar Wahda," ucap Arsa pelan. Fatima terkejut. "Kalian pacaran?"Arsa menggeleng. "Paman Ardiansyah melamar Wahda untuk Saman."Fatima kembali terkejut. Kali ini bercampur cemas. "Lalu kamu mau menikahi Wahda karena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status