Awal kehamilan Yola membuatnya berubah total menjadi sangat manja pada suaminya, Mas Ganteng atau alias Kang Wor Wet Hensem. Hingga membuat kang wor wet hensem harus sabar betul menghadapi Yola, sang istri.Pasutri gaje yang dulunya selalu ribut, sekarang menjadi akur. Sebagai gantinya kini, Jimmy dan Juki lah yang selalu ribut."Jim, penghapus ku mana?" tanya Juki."Aku mana pernah pegang penghapus mu, Kook," jawab Jimmy."Bukannya kemarin kau pakai buat main ular tangga?""Iyakah? Kenapa aku lupa?" elak Jimmy."Buruan mana penghapus ku? PR ku banyak nih," kata Juki memaksa Jimmy."Elu yang banyak PR, bukan gue ini." Jimmy sibuk main game."Ah, elu memang suka mancing emosi gue.""Lama-lama gue ajakin adu panco lu, Kook.""Hayuk lah. Sini ... sok atuh." Juki menggulung lengan bajunya ke atas dan memperlihatkan otot bisepnya. "Kalau hanya adu panco mah kecil bagi gue, Jim," sambung Juki."Bodohnya gue. Kenapa gue jadi salah ucap." Jimmy menepuk jidatnya."Sok atuh. Kakak jadi wasitnya.
Malam belum begitu larut, waktu masih menunjukkan jam 10 waktu setempat."Tidak bisa tidur saja dirimu sudah mutar-mutar seperti gangsing begitu," celoteh suaminya. "Kau mau ini 'kan?" Jin membaringkan tubuhnya lagi di ranjang. Mendapat kode dari sang suami, Yola menggelindingkan tubuhnya dan menempelkannya pada tubuh Jin. "Apakah harus seperti ini? Jika tidak bisa tidur ngedusel-dusel ke ketekku," celetuk Jin. Sang istri mendongakkan kepalanya dan hanya menatap suaminya kemudian tersenyum senang dan kembali menduselkan mukanya ke ketek. "Yaelah kenapa dia malah cengar-cengir begitu." Lagi dan lagi Jin ngedumel sendiri. Namun, dalam batinnya dia juga begitu senang melihat tingkah laku istrinya yang sangat manja sejak dia hamil. "Aku lebih suka melihatmu seperti ini. Dari pada harus melihatmu ngomel-ngomel tidak jelas," ucapnya dan Yola semakin mengencangkan rengkuhan tangannya. "Tidak perlu kencang-kencang seperti itu. Aku juga tidak akan pergi ke mana-mana. Kau cium saja k
Suara burung berkicau di pagi hari, embun pagi berkilauan. Sinar mentari di pagi hari menghangatkan suasana hati, tapi tidak dengan penghuni istana merah muda.Pagi itu di atas meja makan telah tersedia beberapa menu sarapan."Wah, Bibi masak banyak sekali. Apa akan ada tamu yang datang?" tanya si bontot.Bibi Im menggelengkan kepalanya. "Tidak ada tamu yang datang ke rumah ini, tapi ini semua untuk Kakak iparmu. Dia akan bertambah nafsu makannya." "Hah? Kakak ipar, Bi. Memangnya perutnya muat makan segini banyak?" celetuk si bantet."Bukannya kak ipar sedang tidak nafsu makan, Bi?" tanya si bontot."Memang benar, tapi sekarang Kakak ipar kalian sudah mulai teratur lagi makannya. Jika tidak begitu kasihan dedek kecilnya." Bibi Im menjelaskan kepada dua bocah itu. Keduanya hanya mengangguk-angguk.Kedua bocah itu mengalihkan pandangannya pada kedua sosok yang sedang duduk di ruang tengah. Sang kakak sedang melaksanakan r
Kandungan Yola sudah memasuki bulan ke lima. Perubahan dalam tubuh istri kang wor wet hensem pun sudah mulai terlihat.Perutnya mulai tampak membesar, nafsu makannya mulai bertambah. Yola sudah mulai beraktivitas lagi setelah sebelumnya lemas tak berdaya karena seringnya mual-mual dan pusing.Pagi itu tampak tenang di ruang makan, kedua adik Jin sudah anteng duduk di ruang makan. Jin sendiri tampak sudah rapi dan sudah duduk menghadap sarapan yang sudah disiapkan. Dan sepertinya masih ada yang kurang? Ya, sang istri belum terlihat. Yola masih berada di kamar."Sayang!" teriak Jin. "Iya ... sebentar," jawabnya dari lantai dua. Yola menuruni anak tangga dengan hati-hati, akan tapi mulut ngedumel terus. "Dasar Jin tomang, bawel amat sih," dumel Yola."Ssstt ... Nyonya muda sedang hamil. Jangan ngedumel seperti itu." Bibi Im mengingatkan. Yola pun respek menutup mulutnya."Memang tadi Yola bilang apa, Bi?" tanya Jin.
Sejak kandungan Yola memasuki bulan ke lima, Jin mulai betah di samping istrinya. Dia lebih sering meluangkan waktunya hanya untuk menemani sang istri. Tidak beda jauh dengan kedua adiknya, Jimmy dan Juki yang sangat antusias menunggu kelahiran keponakannya.Nafsu makan Yola sudah mulai bertambah dan berat badannya semakin naik. Di sini justru kang wor wet hensem lah yang sangat senang melihat istrinya doyan makan.Matahari telah kembali ke sarangnya, pertanda jikabhari sudah mulai malam. Jin terlihat masih malas-malasan di atas ranjang menemani sang istri yang sedang duduk menyandar di headboard ranjang. Perut Yola memang sudah membesar, itu lah yang membuat Jin betah ada di samping istrinya. "Kau ini sedang apa?" Yola heran melihat suaminya yang tengkurap, berpangku tangan dan menatap perutnya sangat lama."Dia sedang apa di dalam sana?" Jin memegang perut istrinya."Kau ini lucu sekali." Yola mencubit hidung Jin. Jin meraba-raba perut istrinya, dia sepertinya sedang mencari suatu
Masuk bulan ke enam ...."Kakak kalian belum pulang juga jam segini?" Yola bertanya pada Jimmy dan Juki."Belum Kak," sahut mereka berdua.Yola berdiri diambang pintu sambil mengelus-ngelus perutnya. Kemudian membalikkan badannya menatap ke arah jam dinding yang terpajang di ruang tamu."Dia pergi ke mana akhir-akhir ini? Selalu pulang telat tanpa kabar," gerutu Yola. "Apa dia tahu jika istrinya ini sangat khawatir." Yola mondar-mandir diambang pintu. Juki yang melihatnya mulai protes."Kak, duduk saja dulu. Nanti juga Kak Jin pulang." Juki menenangkan kakak iparnya itu."Betul Kak. Sebentar lagi juga Kak Jin pulang kok," timpal Jimmy yang ikut menangkan Yola.Tidak lama setelah itu sebuah mobil masuk ke halaman istana pink. Mobil melaju pelan dan masuk ke garasi samping rumah. Memarkirkan mobilnya berjejer dengan mobil-mobil lainnya.Jin turun dari mobil dan menatap istrinya yang berdiri diambang pintu. Melangk
Siang hari yang singkat, malam pun tiba. Rintikkan air hujan menyapa malam itu, semua penghuni istana pink sudah terlelap di kamar masing-masing, kecuali Jin.Dia masih disibukkan dengan berkas-berkas kantornya, sesekali dia melirik istrinya yang sudah terlelap tidur dengan posisi miring, mengganjal perutnya yang semakin besar dengan sebuah guling."Sedikit lagi kerjaan ku beres dan aku bisa langsung tidur! " ujarnya meneruskan kembali aktivitasnya.Lima belas menit kemudian, Jin sudah membereskan semua berkas dan memasukkannya ke dalam tas kantornya. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah ranjang, sesekali dia menguap lalu naik ke atas ranjang, merebahkan dirinya di samping sang istri.Dipandangi wajah Yola yang sedang tertidur pulas. Entah kenapa tiba-tiba dia menjadi sedih sendiri. Apa karena setelah mengetahui asal-usul sang istri dan sampai kedua orang tua Yola meninggal pun, istrinya itu sama sekali tidak tahu seperti apa wajah kedua orang
Keluarga Adiwangsa sedang menunggu kelahiran calon anggota keluarga barunya yang masih bersarang di dalam perut Yola. Kehamilannya yang sudah memasuk 31 minggu. Sudah banyak persiapan yang telah Jin dan Yola siapkan, diantaranya sebuah kamar untuk calon baby boy mereka. Seperti biasa perdebatan pun dimulai, keduanya berselisih pendapat."Aku tidak ingin warna merah muda titik dan tidak pakai koma," titah Yola."Hei, warna merah muda itu imut seperti marmut." Jin tidak mau kalah."Pokoknya aku ingin warna biru titik," seru Yola lagi."Merah muda dong sayang, imut dan manis itu warnanya," kata Jin kalem."Anak kita itu laki-laki, Jin. Aku tidak ingin jika dia nanti ." "Mengikutiku bagaimana maksudmu?" ucap Jin. "Maksudmu menyukai warna merah muda?" imbuhnya."Iya. Aku tidak ingin nanti anakku jadi seperti perempuan," tegasnya."Perempuan?" ucap Jin melirik istrinya, merasa dirinya tersungging eh tersinggung. "Kau