Masuk bulan ke enam ....
"Kakak kalian belum pulang juga jam segini?" Yola bertanya pada Jimmy dan Juki."Belum Kak," sahut mereka berdua.Yola berdiri diambang pintu sambil mengelus-ngelus perutnya. Kemudian membalikkan badannya menatap ke arah jam dinding yang terpajang di ruang tamu."Dia pergi ke mana akhir-akhir ini? Selalu pulang telat tanpa kabar," gerutu Yola. "Apa dia tahu jika istrinya ini sangat khawatir." Yola mondar-mandir diambang pintu. Juki yang melihatnya mulai protes."Kak, duduk saja dulu. Nanti juga Kak Jin pulang." Juki menenangkan kakak iparnya itu."Betul Kak. Sebentar lagi juga Kak Jin pulang kok," timpal Jimmy yang ikut menangkan Yola.Tidak lama setelah itu sebuah mobil masuk ke halaman istana pink. Mobil melaju pelan dan masuk ke garasi samping rumah. Memarkirkan mobilnya berjejer dengan mobil-mobil lainnya.Jin turun dari mobil dan menatap istrinya yang berdiri diambang pintu. MelangkSiang hari yang singkat, malam pun tiba. Rintikkan air hujan menyapa malam itu, semua penghuni istana pink sudah terlelap di kamar masing-masing, kecuali Jin.Dia masih disibukkan dengan berkas-berkas kantornya, sesekali dia melirik istrinya yang sudah terlelap tidur dengan posisi miring, mengganjal perutnya yang semakin besar dengan sebuah guling."Sedikit lagi kerjaan ku beres dan aku bisa langsung tidur! " ujarnya meneruskan kembali aktivitasnya.Lima belas menit kemudian, Jin sudah membereskan semua berkas dan memasukkannya ke dalam tas kantornya. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah ranjang, sesekali dia menguap lalu naik ke atas ranjang, merebahkan dirinya di samping sang istri.Dipandangi wajah Yola yang sedang tertidur pulas. Entah kenapa tiba-tiba dia menjadi sedih sendiri. Apa karena setelah mengetahui asal-usul sang istri dan sampai kedua orang tua Yola meninggal pun, istrinya itu sama sekali tidak tahu seperti apa wajah kedua orang
Keluarga Adiwangsa sedang menunggu kelahiran calon anggota keluarga barunya yang masih bersarang di dalam perut Yola. Kehamilannya yang sudah memasuk 31 minggu. Sudah banyak persiapan yang telah Jin dan Yola siapkan, diantaranya sebuah kamar untuk calon baby boy mereka. Seperti biasa perdebatan pun dimulai, keduanya berselisih pendapat."Aku tidak ingin warna merah muda titik dan tidak pakai koma," titah Yola."Hei, warna merah muda itu imut seperti marmut." Jin tidak mau kalah."Pokoknya aku ingin warna biru titik," seru Yola lagi."Merah muda dong sayang, imut dan manis itu warnanya," kata Jin kalem."Anak kita itu laki-laki, Jin. Aku tidak ingin jika dia nanti ." "Mengikutiku bagaimana maksudmu?" ucap Jin. "Maksudmu menyukai warna merah muda?" imbuhnya."Iya. Aku tidak ingin nanti anakku jadi seperti perempuan," tegasnya."Perempuan?" ucap Jin melirik istrinya, merasa dirinya tersungging eh tersinggung. "Kau
Bulan berganti bulan. Memasuki bulan ke sembilan berat badan Yola makin bertambah. "Kira-kira setelah melahirkan aku bisa langsing seperti dulu lagi atau tidak?" beonya pelan. Ternyata cicitan Yola di dengar oleh Juki."Tenang Kak. Kak ipar masih bisa kembali langsing kok," ujar Juki dan langsung pergi."Dasar tukang nguping."Sore itu kala cuaca agak mendung, dia sibuk bermain air menyirami bunga-bunga di taman depan rumah. Yola bersenandung sambil memainkan selang air, mengguyur tiap tanaman yang ada di taman itu.Perempuan itu terlihat sangat bahagia bermain air layaknya anak kecil yang baru lepas dari kandangnya."Sungguh indah jika sebuah taman diwarnai dengan bermacam-macam warna bunga," beonya berjalan sambil memegangi perutnya.Tampak sebuah mobil masuk pekarangan istana pink. Mobil melaju dengan pelan dan parkir di deretan mobil-mobil mahal lainnya."Sayang, kau sedang apa?" tanyanya memanggil sang ist
Senja pun tiba, bulatan matahari yang menguning telur dan semburat jingga saat senja seperti menghipnotis siapapun yang memandangnya. Hamparan langit yang menguning keemasan mempunyai daya tarik tersendiri.Tampak sangat riuh di ruang makan yang hanya diisi oleh empat orang saja. Yah, empat orang saja tapi suasana seperti berada di pasar bebek. "Kak, aku mau steaknya," teriak Jimmy."Kak, mana susu hangat punya Kookie?" teriak si bontot. Yola menggelengkan kepala dan tertawa kecil melihat suaminya pontang-panting. Kali ini Jin yang dibuat sibuk oleh mereka. Jin berhenti sejenak setelah menaruh sepiring steak untuk Jimmy dan segelas susu untuk Juki."Ternyata capek juga mengurus rumah. Apa begini rasanya jadi ibu rumah tangga?" tanyanya menoleh menatap Yola.Yola mengangkat bahu dan tersenyum."Kau ingin makan apa lagi atau tidak?" tanya Jin ketika melihat piring di depan istrinya sudah kosong.Yola menggeleng,
Mobil sampai di depan rumah sakit. Keributan masih terjadi antara ketiganya, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena teriakan kesakitan dari Yola membuat Jin langung mengambil tindakan. Jin mengendong Yola dengan cepat saat sudah sampai. Dia menyuruh Jimmy memarkirkan mobil. Sementara Juki menemani mereka berdua ke resepsionis rumah sakit."Sudah bukaan berapa, Tuan?" tanya seoarang perawat yang menyuruh Jin membaringkan sang istri ke ranjang pasien darurat IGD."Aku tidak tahu," jawab Jin menggelengkan kepala meletakkan istrinya ke ranjang lalu mengelus kening istrinya. "Yang kuat sayang," ucapnya tak tega melihat istrinya yang biasanya bar-bar kini terus-terusan merapatkan gigi menahan sakit.Yola memejamkan mata terus menarik napas dan mengembuskan secara perlahan seperti sebelumnya. Menghitung menit demi menit dalam hati merasakan brankar dorong pasien semakin cepat didorong seiring dengan ringisannya yang berlanjut.Yola masih me
Tak terasa sudah genap sebulan sejak kelahiran Juna Adiwangsa, bayi laki-laki mungil itu membawa warna baru di istana pink. Tangisannya selalu mewarnai hari-hari keluarga Adiwangsa. Juna kecil selalu mengajak bergadang di malam hari dan akan tertidur pulas di siang hari. Setiap malam Juna kecil selalu membuat penghuni istana pink tidak nyenyak tidurnya."Kenapa makin malam, matanya makin melebar," gerutu Jin melihat mata Juna kecil, bayi mungil itu seperti mengajak sang Ayah untuk bermain."Tidurlah jika kau sudah mengantuk. Besok kau harus berangkat kerja." Yola menyuruh suaminya untuk tidur.Beranjak turun dari ranjangnya dan seketika dia berjengkit kaget karena kakinya seperti menginjak sesuatu. Dia melongokkan kepalanya melihat ke bawah ranjang."Kenapa bocah-bocah tengil ini masih tidur di bawah?" tanya Yola menatap Jin dan tangannya menunjuk Jimmy serta Juki yang tidur di lantai beralaskan karpet empuk."Mereka bilang ingin menjaga Juna kecil," sahut Jin membaringkan tubuhnya di
Kang wor wet hensem memberi kode pada sang istri, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan."Mbeb, ini bagaimana?""Apanya yang bagaimana?" "Ini ...." Jin menunjuk pusaka keramatnya."Aku akan ke bawah. Sudah waktunya Juna kecil makan dan kau cepat pakai pakaianmu." Yola sambil menunjuk Jin.Muka Jin terlihat manyun, duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Yola mendekatinya dan mendudukkan Juna dipangkuannya. Balita tiga tahun itu langsung tersenyum menatap Ayahnya."Kenapa kau berikan dia padaku?" tanyanya."Dari pada kau hanya manyun seperti itu. Pergilah ajak main Juna.""Kau sendiri mau ngapain?" tanya Jin menatap sang istri."Aku mau olahraga," jawab sang istri singkat."Buat apa kau berolahraga?" tanyanya lagi."Aku ingin berat badanku kembali seperti semula." Yola melangkah keluar rumah, tiap hari memang dia menyempatkan diri untuk berolahraga selama lima belas menit. Berat badan Yola sekarang 50 kg."Kau ingin kurus berapa kilo lagi? Tubuhmu itu sudah langsing. Nanti pu
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Singkat cerita, Juna Adiwangsa telah genap berusia lima tahun. Namun, pada kenyataan Juna masih suka tidur di tengah-tengah Ayah dan Ibunya, walaupun Jin sendiri sudah membuatkan kamar untuk Juna."Sayang, Juna sudah genap lima tahun. Bolehlah jika kita buat adik untuknya?" Jin mendekati Yola. Sang istri hanya memandang suaminya. "Kenapa diam?" tanyanya menatap sang istri. "Jika diam itu tandanya berarti jawabanmu adalah iya," lanjutnya menarik pinggang Yola hingga menabrak tubuhnya."Iya, nanti kita cari waktu yang tepat untuk berduaan," jawabnya menatap Jin."Tidak ada kata penolakan lagi loh," ancam Jin."Iya bawel." Jin makin mengeratkan pelukannya."Hei, ini masih siang," protes Yola."Memangnya kenapa jika masih siang?" tanyanya mendekatkan kepalanya dan menempelkan hidungnya pada hidung Yola."Rumah kosong, hanya ada kita berdua," ucap Jin lirih. "Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini."Mendadak Jin menempelkan bibirnya dan b