แชร์

BAB 14: Ibu Mertua

ผู้เขียน: Duvessa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-17 18:27:53

Zara mengusap air matanya cepat, menatap tangan Kael yang masih terulur ke arahnya.

“Masuk ke mobil,” ujar Kael singkat, nadanya lebih seperti perintah daripada tawaran.

Namun, Zara menggeleng pelan, menghindari tatapan Kael. Dia membalas ucapan Kael dengan suara kecil, tetapi terdengar cukup tegas. “Gak usah, saya jalan kaki aja. Pengen cari udara segar.”

Kael mengerutkan alis, ekspresinya dingin, tetapi sorot matanya tajam. “Udah malam, Zara.”

“Saya cuma butuh waktu sendiri, Kael,” balas Zara, berusaha terdengar tenang meskipun suaranya sedikit bergetar.

Kael menghela napas panjang, jelas tidak puas. “Jangan keras kepala.”

“Saya cuma ingin waktu sendiri,” balas Zara cepat, nada suaranya mulai meninggi.

“Zara, ini perintah!” ujar Kael, kali ini lebih tajam. “Jangan sampai aku marah.”

Zara mendongak, menatap Kael dengan pandangan yang penuh rasa frustasi.

“Kenapa, sih? Saya cuma mau sendiri, apa itu salah?”

“Aku gak mau ada masalah!” balas Kael dengan sua
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 15: Rahasia di Balik Gaun Biru

    Zara duduk dengan gelisah di dalam mobil. Namun, Maharani yang ada di sampingnya justru tampak santai, memeriksa ponselnya sambil sesekali tersenyum. Zara tidak tahu harus berkata apa atau berbuat apa, tapi rasanya setiap detik berlalu membuatnya semakin merasa canggung. “Apa kamu suka jalan-jalan di mall?” tanya Maharani tiba-tiba, menoleh ke arah Zara dengan senyuman lembut. Zara tersentak, buru-buru mengangguk. “Kadang-kadang ... kalau ada waktu, Bu.” Maharani terkekeh pelan. “Bagus. Soalnya kita akan lama di sana.” Mobil berhenti dengan mulus di depan sebuah pusat perbelanjaan. “Ayo, Zara.” Maharani melangkah keluar dengan percaya diri, menyuruh Zara mengikutinya. Meski merasa gugup, Zara berusaha menjaga sikapnya agar tetap tenang. Mereka masuk ke dalam butik pertama. Zara bisa merasakan tatapan para pegawai yang menyambut dengan senyum ramah, meskipun Zara tahu dirinya tidak terlihat seperti pelanggan tetap di tempat ini. Maharani melangkah santai, melihat-liha

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 16: Agenda Tersembunyi

    Maharani melirik ke arah Zio dan barang yang dimaksud. “Oh, itu bagus sekali. Kalau Zio suka, kenapa tidak ambil saja?” Sarah langsung menangkap peluang itu. “Ah, nggak, Bu Maharani. Ini mahal banget, agak berlebihan buat Zio.” “Tidak apa-apa, Sarah, ambil saja. Untuk anak kecil, apalagi keponakan Zara, saya akan sangat senang bisa membantu,” jawab Maharani dengan senyum hangat. “Wah, terima kasih banyak, Bu Maharani. Aduh, Zio harus bilang apa coba ke Ibu Maharani?” Sarah dengan cepat memeluk Zio, meskipun anak itu hanya terlihat sibuk dengan mainannya. Zara yang berdiri di belakang mulai tidak tahan, dia menatap Sarah dengan cukup dalam, berusaha mengingatkan. “Tante.” Sarah memutar tubuhnya dengan cepat, menatap Zara dengan ekspresi yang langsung berubah menjadi sedikit kesal. “Zara, kok kamu bilang begitu? Kan Tante cuma mikirin Zio. Masa kamu lupa gimana Om Riki ngerawat kamu dari kecil?” Zara terdiam sejenak, wajahnya memerah karena geram. Namun sebelum dia sem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 17: Lini Tipis Kebohongan

    Ketika tiba di Rumah Sakit Aurora, Zara semakin merasa gugup. Maharani melangkah mantap menuju meja pendaftaran untuk mengatur pemeriksaan. Sementara itu, Zara merasa detak jantungnya berlomba dengan langkah kakinya sendiri. “Bu, saya mau ke toilet sebentar,” ujar Zara cepat, mencoba menyembunyikan rasa paniknya di balik senyum canggung. “Hati-hati ya, Zara,” jawab Maharani tanpa curiga. Zara mengangguk cepat, lalu melangkah pergi dengan tergesa, tangannya sudah mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Begitu sampai di toilet, dia memastikan pintunya terkunci sebelum langsung menghubungi Kael. Nada sambung terdengar dua kali sebelum suara dingin Kael menjawab, “Ada apa?” “Chef, saya di rumah sakit sekarang,” bisik Zara dengan nada panik. Bahkan, saking paniknya dia sampai memanggil Kael dengan sebutan ‘Chef’ lagi. “Ibu membawa saya untuk periksa kandungan.” Keheningan singkat di telepon membuat Zara semakin gelisah. Kael akhirnya menjawab, nadanya tajam. “Kenapa gak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   Bab 18: Rahasia di Balik Pura-Pura

    Malam ini, Kael dan Deon bertemu di sebuah bar. Kael yang jarang menunjukkan emosi, terlihat sedikit berbeda malam ini. Ada sorot yang lebih tajam di matanya, seolah dia tahu percakapan ini akan lebih rumit dari biasanya. Deon sudah menunggu di meja pojok dengan sebotol bir yang hampir habis. Begitu melihat Kael, dia langsung menyeringai, mengangkat gelas kecilnya. "Kael Ashwara. Cuma beberapa hari kita gak ketemu dan lo langsung kasih gue kejutan besar," kata Deon menyapa, nada suaranya bercampur antara bercanda dan penasaran. Kael hanya duduk tanpa banyak bicara, memesan whiskey sebelum akhirnya menatap Deon dengan tatapan datar. Deon mengangkat bahu, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Gue bingung. Zara, istri lo itu ... Dari mana asalnya?” Kael menyesap minumannya perlahan sebelum menjawab. “Itu nggak penting.” Deon menatap Kael tajam. “Jangan gitu, Kael. Gue kenal lo lebih dari siapa pun. Lo bukan tipe orang yang buru-buru nikah. Jadi, kenapa ini semua berasa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 19: Tatapan yang Membeku

    Kael tetap berdiri diam, wajahnya tetap dingin seperti biasa, tetapi ada kilatan samar di matanya yang sulit diartikan. "Ka—kamu ngapain di sini?" Zara akhirnya bertanya, suaranya masih sedikit serak. Tangannya reflek merapikan rambutnya yang berantakan, merasa canggung dengan situasi yang tidak diduga. Kael tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap Zara dalam diam selama beberapa detik yang terasa begitu lama bagi Zara, sebelum akhirnya berkata dengan nada datar. "Kenapa tidur di sofa?" Zara terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Hatinya berdebar keras, bukan hanya karena keterkejutan, tetapi juga karena tatapan Kael yang begitu tajam, seolah-olah dia sedang mencari sesuatu dalam dirinya. Tatapan Kael tetap mengunci Zara, membuat udara di antara mereka terasa semakin tegang. “Jawab, Zara.” Kael akhirnya mengulang pertanyaannya, suaranya terdengar lebih rendah tapi penuh tekanan, seolah dia tidak akan membiarkan Zara lolos tanpa jawaban. Zara menelan ludah, mencoba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 20: Di Bawah Tekanan

    “Chef,” Varen menyapa lebih dulu, membungkuk sedikit sebagai tanda hormat sebelum melangkah menuju dapur. Gesturnya santai, tetapi ada sedikit ketegangan yang tidak bisa disembunyikan. Zara yang berdiri di belakang Varen, merasa kedua kakinya hampir tidak bisa bergerak. Dengan canggung, dia menundukkan kepala sedikit dan mencoba menyapa. “Pagi, Chef,” ucapnya pelan, suaranya nyaris bergetar. Kael mengangkat alis, tatapannya semakin tajam. “Ini sudah siang,” koreksinya dengan nada dingin yang menusuk, membuat Zara tersentak. “Oh! Iya, maaf Chef ... Siang, maksud saya.” Zara buru-buru membetulkan, merasa malu karena salah sebut. Kael tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya mengarahkan pandangannya sekilas ke arah Varen yang sudah menghilang di balik pintu dapur, lalu kembali ke Zara. Sorot matanya begitu dingin, membuat Zara merasa seperti sedang diperiksa sampai ke dalam pikirannya. Merasa tidak sanggup berada di bawah tatapan itu lebih lama, Zara segera menunduk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-19
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 21: Rencana Baru

    “Clara?” ulang Kael. Mendengar nama itu, Kael langsung mendongak, rahangnya mengeras. Rizal yang berdiri di dekat pintu ikut merasa tegang. Dia tahu betapa pentingnya gala dinner ini bagi Kael dan restoran, dan sekarang semua rencana yang sudah dibuat menjadi berantakan. Kael menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun jelas bahwa dia sedang berada di ambang ledakan amarah. “Maaf, Chef. Clara baru saja mengajukan paten ini beberapa minggu lalu, tapi prosesnya dipercepat. Dia jelas punya koneksi yang kuat,” jawab salah satu dari mereka. Kael memijat pelipisnya, mencoba berpikir cepat. Dia berjalan mondar-mandir di ruangan itu, tatapannya tajam seolah sedang mencari solusi di antara serpihan masalah yang baru saja menghantamnya. Kael mengetukkan jarinya ke meja dengan ritme teratur, mencoba mengendalikan emosi yang semakin memuncak. Setelah mendengar nama Clara disebut, pikirannya langsung melayang pada berbagai kemungkinan buruk. Dia tidak akan membiarka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-19
  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 22: Tantangan Zara

    Dengan langkah cepat, Rizal menuju ruang briefing, tempat semua staf sudah berkumpul. Diam dengan ekspresi serius. Rizal menjelskan tentang tema baru yang akan mereka buat. "Sayangnya, desain grafis kita tidak bisa menyanggupi pekerjaan ini. Jadi, kalau kalian punya teman yang bisa direkomendasikan untuk menggambar visual menu, beri tahu saya sekarang,” kata Rizal di akhir penjelasannya. Ruangan mendadak hening. Semua orang tampak saling pandang, tidak ada yang langsung berbicara. Hingga akhirnya, Andin mengangkat tangan, suaranya terdengar ragu tetapi penuh harapan. “Pak Rizal, Zara suka gambar. Mungkin dia bisa bantu.” Semua kepala langsung menoleh ke arah Zara, yang terkejut mendengar namanya disebut. “Saya?” Suaranya bergetar, matanya melebar. “Tapi, saya belum pernah gambar untuk acara besar seperti ini.” Rizal menatap Zara dengan serius. “Zara, ini situasi mendesak, kita gak punya pilihan lain. Saya harap kamu bisa membantu restoran.” Pernyataan itu membuat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-19

บทล่าสุด

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 136: Gadis Kecil

    Kael menoleh ke arah anak itu. Bukannya bingung atau menolak, dia justru mencondongkan tubuh sedikit, menatap anak itu dengan lebih jelas."Kenapa?" tanya Kael, suaranya lebih lembut dari biasanya.Tanpa ragu, anak perempuan itu merentangkan tangannya, meminta untuk digendong. Kael hanya diam sejenak, lalu tersenyum tipis sebelum meraih tubuh mungil itu dan mendudukkannya di pangkuan.Tunggu. Kael ... tersenyum?Zara nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Sejak kapan Kael bisa setenang ini saat berhadapan dengan seorang anak?"Anak siapa ini?" tanya Kael datar, meskipun tangannya tetap bergerak pelan, menepuk punggung kecil anak itu seolah menenangkan.Anak perempuan itu langsung menyandarkan kepalanya ke dada Kael dengan nyaman, jari-jari mungilnya mencengkram kerah kemejanya erat.Zara melirik Ceva dengan alis bertaut. Ceva yang semula tampak terkejut, kini memasang senyum santai."Ini anak ... sepupu kita," jawab Ceva akhirnya.Zara tidak mengatakan apa-apa, tet

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 135: Papa?

    Zara menggigit bibirnya. Dia sudah tahu bahwa akan ada yang mempertanyakan keberadaannya di sini, tetapi mendengarnya langsung tetap terasa menusuk."Saya datang, karena hanya ingin mengenal ibu kandung saya lebih jauh. Itu saja," ucap Zara akhirnya, suaranya tenang tetapi tegas.Atma menyeringai, ekspresinya masih santai, tetapi ada sesuatu di balik matanya yang tidak bisa sepenuhnya dia sembunyikan. "Ah, jadi kamu hanya ingin mengenal Mama? Tapi bukan keluarga?"Anjana menghela napas kecil sebelum akhirnya angkat bicara. "Atma, bicara yang sopan kepada kakakmu."Atma terkekeh pelan, seolah tidak menganggap teguran itu serius. "Ma, aku hanya … penasaran.""Seorang kakak yang tiba-tiba datang setelah menghilang, lalu ingin mengenal Mama, tapi tidak peduli dengan keluarga lainnya. Ini terdengar agak aneh, ‘kan?" Atma menyandarkan dagunya ke salah satu tangannya, tatapannya masih menilai Zara."Mama yang meminta Kakakmu untuk datang, dan Mama juga yang mengakui bahwa dia adalah anak Mama

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 134: Pertemuan Keluarga

    Akhir pekan pun tiba. Setelah memastikan Zara sehat, akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke kediaman keluarga Wijaya.Sudah sepuluh menit mobil mereka terparkir di halaman rumah yang lebih mirip istana itu, tetapi belum ada tanda-tanda Zara ingin keluar. Tangannya mencengkeram rok dengan erat, jemarinya sedikit gemetar, sementara matanya terpaku pada pintu besar yang menjulang di depan mereka.Kael yang duduk di kursi pengemudi, hanya diam. Matanya sekilas melirik Zara, mengamati istrinya yang jelas dipenuhi keraguan.Dia tahu Zara butuh waktu.Namun, setelah beberapa menit berlalu tanpa gerakan, Kael akhirnya buka suara. "Mau pulang aja?"Zara menoleh, menatapnya. Ada kilatan keraguan di matanya, tetapi dengan cepat dia menepisnya."Nggak, kita masuk aja," ucap Zara mantap, meskipun suaranya tidak sepenuhnya meyakinkan.Kael mengamati wajah istrinya sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Dia tidak menanyakan lebih lanjut. Jika Zara sudah memutuskan, dia akan menghormatinya.Begitu k

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 133: Terjadi Lagi

    Di rumah sakit, Kael berjalan cepat menuju meja resepsionis dengan Zara dalam gendongannya. Rahangnya mengatup erat, napasnya sedikit lebih berat dari biasanya, tapi dia tetap berusaha terlihat tenang. Sorot matanya tajam, penuh ketegangan yang tak bisa disembunyikan."Istri saya sedang hamil. Dia sakit perut, kramnya cukup parah. Bisa panggil dokter sekarang?"Perawat di meja langsung sigap. "Silakan ke ruang gawat darurat, Pak. Kami akan segera panggil dokter."Kael mengikuti arahan itu, langkahnya tetap stabil meski ada desakan dalam dirinya untuk lebih cepat. Dia menurunkan Zara ke ranjang dengan hati-hati. Tangannya masih berada di punggung Zara sejenak sebelum akhirnya perlahan menarik diri, tapi matanya tetap terpaku pada wajah istrinya yang pucat.Tidak butuh waktu lama sampai dokter datang. Seorang pria paruh baya dengan jas putih masuk, membawa clipboard dan stetoskop di tangannya."Sejak kapan sakitnya?" tanyanya, langsung memeriksa kondisi Zara."Sekitar lima belas menit ya

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 132: Salah Paham

    Zara yang masih berusaha menstabilkan napasnya langsung menegang. Matanya membulat."Kita ... belum selesai?" ulang Zara, memastikan dia tidak salah dengar.Kael mengangguk santai, senyumnya tetap tipis dan mencurigakan."Kael, aku udah nggak ada tenaga," lirih Zara, tangannya meraba selimut, berusaha menariknya untuk menutupi tubuhnya.Kael dengan mudah menarik kembali selimut itu."Emang makan butuh tenaga?" kata Kael, suaranya terdengar santai.Zara membeku.“Hah? Makan?" Detik berikutnya, Zara langsung duduk di tempat tidur, menatap Kael seakan pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang tak masuk akal.Kael mengangkat bahu. "Iya, aku nyuruh kamu jangan tidur dulu karena aku mau ajak kamu makan."Zara masih menatap pria itu lama, sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menutup wajah dengan bantal. "Ya Tuhan, aku kira maksudmu tadi—""Apa?" Kael bertanya, kepalanya sedikit miring dengan ekspresi polos yang jelas dibuat-buat.Zara mendengus kesal. "Udah, nggak usah dibah

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 131: Malam Ini, Tentang Kita

    "Kael, gimana urusan di restoran? Karyawan yang lain ngomong apa tentang hubungan kita?" tanya Zara.Malam sudah larut. Lampu kamar hotel menyala temaram, menciptakan suasana tenang.Kael baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah. Dengan santai, dia mengambil handuk kecil dan mulai mengeringkan rambutnya. "Mana ada yang berani ngomong langsung. Tapi ya, mereka semua kaget, itu udah pasti."Zara menunggu kelanjutannya, tapi Kael malah sibuk mengusap handuk di lehernya, seolah tidak terburu-buru untuk menjawab.“Terus?” desak Zara.“Kamu tau siapa yang paling kelihatan terpukul?” Kael akhirnya menoleh, sorot matanya tenang, tapi ada sesuatu yang samar di sana. Seperti menunggu reaksi Zara.Zara mengernyit. “Siapa?”“Varen.” Kael melempar handuk ke kursi sebelum berjalan mendekati tempat tidur.Zara terdiam sesaat. Bukan karena terkejut, tapi lebih ke arah ... canggung. "Oh.""Itu aja reaksi kamu?" Kael mendudukkan diri di tepi tempat tidur, menatap istrinya sekilas.Zara menga

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 130: Tanpa Banyak Kata

    "Kael!" seru Zara sambil berlari kecil ke arah suaminya yang sedang bersandar di depan mobil.Kael menoleh, tapi begitu Zara mendekat, dia langsung merentangkan tangan seolah bersiap menangkapnya jika terjatuh."Hei, jangan lari gitu," tegur Kael, meski nada suaranya tetap lembut."Kenapa? Kangen banget, ya, sama aku?" lanjut Kael, sedikit menggoda.Zara hanya terkikik kecil sebelum menggeleng, tapi matanya berbinar, jelas menunjukkan betapa leganya dia melihat Kael di sini. Pria itu mengusap puncak kepalanya, sentuhan yang terasa hangat dan menenangkan.Tanpa banyak bicara, Zara masuk ke dalam mobil. Kael mengikutinya, duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mesin. Namun, bukannya langsung melajukan mobil, dia malah mencondongkan tubuh ke arahnya.Zara menegang sejenak sebelum menyadari apa yang Kael lakukan, pria itu memasangkan sabuk pengamannya."Aku bisa sendiri," gumam Zara, meski membiarkan Kael melakukannya.Kael tidak menjawab. Dengan tenang, dia menarik sabuk itu dan mengunci

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 129: Senyum Palsu

    Clara menoleh dengan senyum manis. Oh, tentu saja. Wanita ini memang jago berpura-pura."Saya hanya ingin menyapa Zara, Bu Anjana. Selain itu, saya penasaran ... bagaimana kabar istri dari pria yang dulu hampir jadi suami saya?" ujar Clara dengan nada santai.Anjana tidak terkejut. Di kalangan konglomerat, pertunangan Clara dan Kael memang sudah jadi rahasia umum.Zara menatap Clara dengan tajam. Mustahil Clara datang hanya untuk basa-basi.“Langsung saja, Clara. Apa yang sebenarnya kamu inginkan?” tanya Zara tanpa ragu.Clara mendesah, menyandarkan dagunya di tangan. "Aku hanya ingin tahu ... Kael. Bagaimana perasaannya tentang semua ini?"Kael? Jadi, dia masih saja belum menyerah?Clara tersenyum miring. "Dia pasti terkejut, ya? Asal kamu tahu, dia tidak suka berada di posisi lemah." Jemarinya bermain-main dengan poni rambut, seolah sedang menikmati permainan ini.“Maksudmu apa?” tanya Zara, menajamkan tatapannya.Clara mengangkat bahu, ekspresinya dibuat seolah-olah tidak peduli. "K

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 128: Bertemu Empat Mata

    "Zara, sini!"Suara Anjana melintasi keramaian restoran, diiringi lambaian tangannya.Setelah seminggu mencoba menenangkan diri dan menerima kenyataan, Zara akhirnya memberanikan diri duduk berhadapan dengan Anjana di sebuah restoran mewah di ibu kota."Selamat siang, Bu," kata Zara sopan. Meski berusaha terdengar tenang, ada sedikit kegugupan dalam suaranya.Sembari menarik kursi di seberang, Zara melihat Anjana tersenyum. Kali ini, wajah wanita itu tampak lebih cerah dibanding pertemuan terakhir mereka."Apa kabar, Zara?" tanya Anjana."Saya sehat, Bu," sahut Zara singkat.Anjana terdiam sejenak. Seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu sebelum akhirnya berkata, "Bagaimana, Zara? Apa kamu sudah bisa menerima Ibu sebagai ibu kandungmu?"Zara menggigit bibirnya. Pertanyaan itu sederhana, tapi jawaban di dalam kepalanya terlalu rumit untuk diungkapkan dengan mudah.Tangannya mengepal di pangkuan. Jujur saja, meski waktu sudah berlalu, perasaannya masih belum sepenuhnya tenang.“Saya …” Z

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status