Menyinggung orang yang tidak seharusnya disinggung?
Siapa yang telah dia singgung?
Mata Steve melotot sewaktu dia mengingat kata-kata Sans di telepon tadi.
"Apakah Sans? Sansan Carell yang menyuruhmu?" Steve bertanya dengan kesal sambil berdiri.
Manajer Zie tidak tahu dengan Sansan Carell. Ia juga tidak tahu jika Presiden Direktur yang baru adalah Sansan Carell. Bahkan, ia belum bertemu dengan Direkturnya yang baru.
Ia hanya berkata, "Direktur Steve, aku tidak tahu apa-apa karena aku melakukan semua berdasarkan perintah dari atasanku."
"Aku pergi dulu karena masih ada urusan," ucap Manajer Zie meninggalkan Steve.
Steve masih kesal dan bingung, "Brengsek! Siapa yang sudah aku singgung."
Keesokan paginya. Ruang pertemuan Industri Grup Lindsay. Semua karyawan Grup Lindsay sudah datang. Kakek Lindsay melihat ke arah semua orang dan berkata dengan tegas, "Perusahaan kita bisa berdiri hari ini karena kerja keras dari tiga generasi, tapi perkembangan teknologi terlalu cepat sehingga cara mengelola perusahaan kita sudah tertinggal." "Kita memerlukan bantuan modal yang banyak jika mau bergerak di bisnis baru dan menjalankan proyek baru," lanjutnya. Kakek Lindsay menyuruh Asisten membagikan dokumen kepada generasi yang lebih muda. "Kita membutuhkan modal, ini adalah perusahaan yang perlu kalian dapatkan kerja samanya dan keberhasilannya tergantung pada kalian sendiri," ucapnya. "Ini adalah ke
Soraya berangkat menuju perusahaan Langgang untuk mengajukan kerja sama. "Apakah Soraya bodoh? Grup Hour bukan perusahaan biasa," ucap salah seorang. "Bukankah begitu? Itu adalah perusahaan terkenal di Kota Ryuu, mana mungkin dia akan menerima Grup Lindsay kita?" "Hei! Kak Wans pasti dengan mudah bisa mendapatkan kerja samanya, sehingga tidak masalah jika Soraya tidak mendapatkannya!" Soraya sama sekali tidak bereaksi setelah mendengar pembahasan orang banyak.vAda beberapa anggota Keluarga Lindsay sewaktu dia sampai di pintu gerbang. Wans juga memanggilnya, "Soraya, apakah kamu mau Kakak Sepupumu ini mengantarmu? Aku takut mereka akan meremehkan Grup Lindsay jika kamu pergi dengan mobilmu, takutnya mereka bahkan tidak akan mengizinkanmu masuk," ucap Wans mencibir.  
"Diam kamu!" ucap Tasya marah, "Jelas ia tidak akan berhasil membahas negosiasinya, tapi dia malah menyetujui persyaratan seperti itu, bukankah ini sama saja menyuruh kita terjun ke jurang?" Ken Lindsay membaca korannya sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. Di sisi Soraya, dia pulang ke rumah sewanya untuk berganti pakaian dan setelah itu bersiap berangkat ke Langgang. Sans tiba-tiba keluar dari kamar dan bertanya kepada Soraya sewaktu dia melihatnya, "Apa yang akan kamu lakukan?" "Aku mau pergi ke Real Estate Langgang untuk membahas masalah kerja sama penanaman modal," ucapnya. "Oh," ucap Sans sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu Soraya berangkat. Sans langsung melakukan panggilan telepon setelah dia melihat Soraya berangkat, "T
Keesokan paginya, Keluarga Lindsay berkumpul kembali di ruang pertemuan. Wajah semua orang terlihat suram dan dapat dipastikan jika masalah penanaman modal kemarin tidak berjalan lancar. Tidak terkecuali Wans. Pembahasan Wans dan Lou Zheng berjalan lancar, tapi karena terlalu gembira dia mengatakan jika sebenarnya Soraya yang seharusnya datang ke Grup Lou untuk membahas masalah kerja samanya. Namun, Zheng marah dan berkata, "Suruh Soraya yang datang sendiri untuk membahasnya bersamaku, aku tidak akan membahasnya dengan orang lain selain Soraya! Kalian semua tidak layak!" Wans marah sekali, kemudian di suruh keluar oleh Lou Zheng. Maka dari itu, Wans menatap Soraya dengan tatapan yang tajam ketika dia berjalan masuk. "Sekarang semua orang panik memikirkan keadaan perusahaan dan hanya kamu yang terlihat santai, Soraya. K
Kakek Lindsay tentu mampu membedakan mana yang asli dan yang palsu. Maka dari itu dia sangat gembira, modal 100 juta dan mereka hanya menginginkan saham sebesar 10 persen. Bagi Keluarga Lindsay ini adalah sebuah hadiah besar. Wans mengepalkan tangannya, karena sangat menyesal. Jika dia tahu Langgang begitu mudah diajak kerja sama, maka dia tidak akan menukarnya. Sehingga dia tidak perlu dipermalukan oleh Lou Zheng. Kakek Lindsay memberikan kembali kontraknya kepada Soraya, "Soraya, kamu melakukannya dengan baik. Maka mulai dari sekarang kamu adalah penanggungjawab proyek ini, katakan saja jika kamu membutuhkan sesuatu kelak dan Kakek akan berusaha memberikannya kepadamu," ucap Kakek Lindsay dengan sangat bahagia. Soraya merasa tidak terbiasa karena baru pertama kali melihat Kakek bersikap begitu baik kepadanya. Tapi semuanya berjalan ke arah yang baik.
Dia melihat Sans dan berkata dengan penuh penyesalan, "Ibu menyuruhku pulang ke rumah." Sans tertegun sebentar dan segera mengangguk, "Baiklah, tidak apa sayang." Kali ini Soraya yang tertegun karena Sans menjawabnya dengan santai. Apakah dia tidak marah karena telah memasak begitu banyak makanan? Kemudian ia mengajak Sans untuk ikut pulang ke rumahnya. Tasya sangat semangat ketika Soraya kembali ke rumah dan mengajak anaknya duduk di sofa, "Anakku, kau benar-benar membuatku bangga! Kamu bahkan bisa mendapatkan kontrak dengan Langgang!" Soraya tersenyum sambil melihat ke arah Sans. Ia berpikir bahwa ini semua bantuan darinya. Sans balas tersenyum begitu dia melihat istrinya tersenyum. Tapi Tasya langsung marah setelah melihatnya, "Mengapa kamu tersenyum? Kamu hanya bisa bersembunyi di
Kakek Lindsay mengangguk, "Ya, Grup Hour sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Grup Lou. Jika seperti itu maka kamu yang akan mengambil alih proyek ini. Karena posisimu lebih tinggi, dan juga kamu lebih berpengalaman," ucapnya. "Terima kasih Kakek, Kakek ayo minum tehnya." Wans memberikan teh panas kepada Kakek Lindsay penuh semangat. Kakek Lindsay mengambilnya dan meminumnya, "Proyek ini sangat penting, maka kamu pergi selesaikan tanda tangan kontraknya besok. Kamu harus melakukannya dengan baik, karena Kakek menaruh harapan besar kepadamu." "Kakek tenang saja karena aku tidak akan mengecewakanmu, Kakek." Wans menjawabnya sambil tersenyum. ------- Keesokan harinya, semua keluarga Lindsay berkumpul. Kakek Lindsay melihat semua orang, "Mulai seka
"Ibu, kamu jangan marah lagi," ucap Sans dengan tenang. Lalu Sans melirik istrinya, "Soraya, tenang saja karena masih ada aku," ucapnya meyakinkan. Soraya sedikit tertegun sambil menatap Sans. Tasya kesal mendengarnya, "Apa yang kau bicarakan? Kau hanyalah sampah yang tidak berguna!" bentaknya. "Aku akan keluar menelepon dulu dan akan kembali sebentar lagi," ucap Sans tidak perduli dengan ucapan mertuanya. Tasya menatap Sans dan berkata, "Soraya, dia pergi menelepon setiap bertemu masalah, apakah akan berguna jika mengatakannya kepada orang lain? Apakah ia tidak pernah berpikir?" Soraya menatap ibunya dan berkata, "Ibu, sudahlah." Terlihat, mobil Audi milik Wans berhenti di perusahaan Real Estate Langgang. Wans memakai setelan jas dan terlihat tampan
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat