Kakek Lindsay mengangguk, "Ya, Grup Hour sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Grup Lou. Jika seperti itu maka kamu yang akan mengambil alih proyek ini. Karena posisimu lebih tinggi, dan juga kamu lebih berpengalaman," ucapnya.
"Terima kasih Kakek, Kakek ayo minum tehnya." Wans memberikan teh panas kepada Kakek Lindsay penuh semangat.
Kakek Lindsay mengambilnya dan meminumnya, "Proyek ini sangat penting, maka kamu pergi selesaikan tanda tangan kontraknya besok. Kamu harus melakukannya dengan baik, karena Kakek menaruh harapan besar kepadamu."
"Kakek tenang saja karena aku tidak akan mengecewakanmu, Kakek." Wans menjawabnya sambil tersenyum.
-------
Keesokan harinya, semua keluarga Lindsay berkumpul.
Kakek Lindsay melihat semua orang, "Mulai seka
"Ibu, kamu jangan marah lagi," ucap Sans dengan tenang. Lalu Sans melirik istrinya, "Soraya, tenang saja karena masih ada aku," ucapnya meyakinkan. Soraya sedikit tertegun sambil menatap Sans. Tasya kesal mendengarnya, "Apa yang kau bicarakan? Kau hanyalah sampah yang tidak berguna!" bentaknya. "Aku akan keluar menelepon dulu dan akan kembali sebentar lagi," ucap Sans tidak perduli dengan ucapan mertuanya. Tasya menatap Sans dan berkata, "Soraya, dia pergi menelepon setiap bertemu masalah, apakah akan berguna jika mengatakannya kepada orang lain? Apakah ia tidak pernah berpikir?" Soraya menatap ibunya dan berkata, "Ibu, sudahlah." Terlihat, mobil Audi milik Wans berhenti di perusahaan Real Estate Langgang. Wans memakai setelan jas dan terlihat tampan
Wans hanya terdiam membeku dan tidak berani bicara, apalagi ayahnya Zam. "Bukankah kamu mengatakan jika ada temanmu yang menjadi Manajer di sana? Mana hasilnya? Kamu bahkan tidak bisa masuk, dan juga tidak bertemu dengan orangnya!" ucap Kakek Lindsay dengan kecewa. "Aku juga tidak ingin....." Wans menunduk, temannya itu hanya seorang Manajer Logistik, sehingga dia sama sekali tidak bisa mengurus semua ini. Sebelum selesai berbicara, Kakek Lindsay memotong pembicaraan, "Sebelumnya kamu mengatakan dengan penuh percaya diri, tapi akhirnya kamu bahkan tidak bertemu orangnya! Ini adalah kerja sama yang menyangkut hidup dan mati Grup Lindsay kita!" ucapnya. "Kakek, jangan menyalahkan semuanya kepadaku. Aku hanya seorang pria, sedangkan Soraya sangat cantik. Mungkin saja dia memakai siasat lain! Direktur Zheng mengatakan hany
Setelah itu Sans langsung menutup teleponnya, Soraya merasa bingung dengan sikap suaminya. Sans hanya tersenyum tanpa bicara. Tidak lama kemudian, Wans menelepon lagi, tapi Sans langsung menolaknya dan juga mematikan ponselnya. "Apakah ada urusan penting?" tanya Soraya. Sans menggelengkan kepalanya, "Masalah proyek mungkin, sepertinya dia ingin memohon sesuatu kepadamu," ucapnya. Soraya mengerutkan keningnya, tanda ia semakin bingung. Sans tersenyum dan berkata, "Dia begitu buru-buru mencarimu, seharusnya kontraknya tidak berhasil dan mungkin saja dia bahkan tidak bisa bertemu dengan Ardi Miller." "Kenapa kamu bisa tahu dengan Manajer Langgang? Apakah kamu mengenalnya?" tanya Soraya dengan kaget. Sans juga kaget, karena dia keceplosan mengucapkan nam
"Ada masalah darurat di kantor, kamu harus segera ke sana," ucap Wans dengan sedikit cemas. Soraya menghela napas, ia bersiap untuk ikut pergi ke kantor bersama Wans. "Tidak! Kamu sedang tidak enak badan. Kau harus beristirahat dengan baik, aku tidak mengijinkanmu untuk pergi kemanapun," ucap Sans dengan tegas. Soraya terkejut, ia menatap mata Sans dengan keheranan. Suara suaminya begitu ringan dan lembut, namun juga terdengar tegas. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Sans begitu tegas, jantungnya pun berdetak lebih cepat. Perasaan seperti ini membuatnya seperti seorang wanita yang dicintai oleh pria dengan cinta yang tidak terbatas, membuat hatinya terasa manis. Soraya tampak tertegun sejenak, kemudian teringat kembali dengan masalah uang. Ia tidak punya uang untuk membayar hutang kepada Wans, apa yang harus ia la
"Bajingan!" Wans menggertakkan giginya dengan sangat marah, raut wajahnya juga sudah menjadi kelabu. Sans kemudian tersenyum, "Kenapa? Kamu tidak bersedia? Jangan lupa bahwa kamu ke sini untuk meminta tolong. Jika kamu mengacaukan semuanya, apa yang akan dikatakan oleh Kakek Lindsay nanti? Apa dia akan mengusirmu dari kediaman Lindsay?" tanya Wans. Kakek Lindsay sangat mengerti dengan masalah uang ini. Kalau dia sampai tahu, sudah bisa ditebak apa yang akan dia lakukan. Sorot mata Wans menjadi suram, dia menatap Sans dengan tidak percaya. Tasya dan Ken masih kaget setelah mendengar percakapan mereka. Sedangkan Soraya hanya menatap suaminya dengan kagum. Pertama kalinya, ia melihat Sans seperti ini setelah sekian lama. "Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" tanya Sans dengan tersenyum.
Wans pun segera berteriak keras, "Kakek, jangan dengarkan dia, Soraya sekarang sedang berada di hadapanku!" ucapnya. Setelah itu tidak terdengar suara apa pun di ujung telepon. Tasya hanya duduk lemas di sofa, dia merasa langit seakan runtuh. Ia tidak dapat melakukan apapun lagi, kecuali diam menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Katakan apa yang ingin kau katakan, Sans!" ucap Kakek Lindsay. Meskipun Sans merasakan kemarahan Kakek Li, tapi dia masih terlihat tenang. "Jadi orang tidak boleh pilih kasih, semuanya adalah cucu Anda, kenapa Anda memperlakukannya berbeda? Apa Soraya tidak punya kemampuan?" ucapnya begitu tenang. "Kamu ingin aku bagaimana?" Kakek Lindsay bertanya dengan nada bicara yang lebih tenang. Sans menjawabnya datar, "Berbuat salah harus bisa memperbaikinya, ju
Kakek Lindsay menghelas napas lalu berkata, "Ternyata aku salah menilai orang…" ucapnya, "Apa kamu mengira kita menginginkan kontrak ini?" lanjutnya. "Tidak, itu adalah seratus juta," jawab Sans. Industri Buah keluarga Lindsay membutuhkan uang ini, kalau tidak maka industri ini bisa hancur. Kakek Lindsay tersenyum dingin, tidak mengatakan iya maupun tidak. Ia hanya terdiam memikirkan sesuatu. "Kakek, aku juga tidak ingin seperti ini, aku hanya ingin kakek melihat sendiri bagaimana anak dan cucu kakek hidup," ucapnya dengan tegas kepada Kakek Lindsay. "Sudah jelas bahwa Ibu, Ayah dan Soraya adalah anak dan cucumu, tapi kenapa ada yang mengendarai mobil mewah dan tinggal di vila megah. Namun ada juga yang tinggal di tempat kecil seperti ini? Ada yang memiliki posisi tinggi di perusahaan, sementara yang lainnya menjadi pe
Kakek Lindsay lagi-lagi memelototi Wans. "Tutup mulut busukmu itu!" Wans mengepalkan tangannya sambil menatap Sans dengan kesal. 'Kalau kamu bisa mengembalikannya, aku akan memanggilmu ayah.' Setelah rekaman suara itu diputar, semua orang memandang Wans dengan pandangan aneh. Zam sangat ingin mengubur anaknya ini hidup-hidup. Bagaimana bisa perkataan semacam itu muncul dari mulutnya! Rekaman suara itu tidak hanya berisi tentang perkataan tadi. Tapi juga ada tentang masalah pengembalian uang, semua orang pun mengerti. "Sekarang aku sudah mengembalikan uangnya," ucapnya sambil menunjuk tas hitam berisi uang itu. Apa? Ternyata Sans mampu mengembalikannya? Itu adalah 600 juta! Semua or
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat