Sampai di mall mereka segera menuju time zone yang berada di lantai 5 mall ini, tujuan utama mereka ke mall kan memang untuk mengajak Darren ke time zone.Dan demi mendekatkan Darren dengan sang Ibu kandung Deva menyuruh anaknya itu berjalan beriringan dengan Atika, menggandeng tangan wanita itu. Yahh walaupun diawal tadi mereka susah payah membujuk Darren karena bocah kecil itu tak mau tapi pada akhirnya dia mau juga.Deva dan Dena sendiri berjalan di belakang mereka dengan Dena yang menggandeng lengan Deva.Dia harus menjaga betul-betul suaminya,, itu kata Dena.Soalnya ada wanita yang sangat berpotensi mengambil suaminya,, ada di depan mereka."Tumben kamu terus menggandeng lengan saya mana erat banget lagi? jangan bilang kamu sudah jatuh cinta sama saya?"Dih pede mampus ini orang,, pikir Dena namun dia memilih untuk tidak mengutarakannya."Karena aku harus menjaga kamu Mas" dia memilih menjawab seperti itu."Maksudnya? emang saya anak kecil perlu dijaga segala?""Bukan karena kam
"Bagaimana kamu berhasilkan mendekati Deva?" tanya Mama Tiwi alias Mama kandung Atika kepo.Atika tak berkata apapun namun dari wajahnya sudah terlihat jelas bahwa dia gagal."Pasti gagal itu" ucap Sherly dengan nada ejekan.Adik satu-satunya Atika itu tersenyum mengejek matanya fokus menatap televisi yang tengah menayangkan sebuah drama di depannya."Apa maksud lo?" sentak Atika tak terima apalagi setelah melihat ekspresi adiknya itu."Tapi benarkan yang gue katakan? lo gagal" Atika bungkam karena memang yang dikatakan Sherly benar adanya."Tuhkan lo diem berarti tebakan gue benar" ucapnya memberi pernyataan bukan lagi pertanyaan."Benar Tik kamu gagal?" Mama Tiwi menarik bahu sang putri mengarahkan pandangannya pada beliau."A-aku bukannya gagal,,""Terus apa, belum berhasil gitu maksud lo?" "Iya!" "Alahh bullshit ngaku aja kalau memang lo gagal udahlah nyerah aja sampai kapanpun lo gak akan bisa mendapatkan Mas Deva kembali" "Jaga ucapan lo gue yakin bisa mendapatkan Mas Deva
"Dena lain kali jangan berbicara seperti itu pada Atika, bagaimanapun dia adalah Mama kandungnya Darren kalau dia mau ke sini ya biarkan saja" "Kok kamu jadi belain dia terus mojokin aku begini?" Dena merasa tak terima karena secara gak langsung Deva memojokkannya."Bukan begitu,," "Halahh bilang saja kamu masih cinta sama dia,, masih sayang sama dia? kenapa gak balikan? kenapa kamu malah mau dijodohkan dengan aku?" "Dena tunggu!! kenapa jadi merembet kemana-mana sih bukannya saya sudah bilang kemarin, saya dan Atika itu hanyalah masa lalu" "Terserah,,"Ada apa sih kok Mama denger dari luar kalian lagi ribut ya?" suara Mama Kumala terdengar memotong ucapan Dena."Mama!" panggil Deva, "Mama kok ke sini pagi-pagi gini?" lanjutnya bertanya."Memangnya kenapa Mama gak boleh ke sini?" "Gak bukan itu maksud Deva. Jelas boleh Ma" "Ini kalian kenapa Mama dengar dari luar kok kalian sepertinya ribut? selesaikan masalah dengan kepala dingin jangan sampai pertengkaran kecil jadi besar!!"
Sebuah mobil berwarna hitam terlihat mengebut di jalan raya kecepatannya di atas rata-rata menyalip ke kanan ke kiri macam pembalap profesional. Rupanya yang berada di dalam mobil adalah Dena. Perempuan yang baru menikah itu tanpa pandang bulu mengklakson setiap kendaraan yang menghalangi jalannya. Bahkan tak jarang dia mendapat makian akibat ulahnya itu. Tidak, bukan ingin menjadi jagoan namun ini urgent. Secepat mungkin dia harus sampai di sekolahan Darren putra sambungnya itu. Tadi dia tengah asik bermain ponsel namun tiba-tiba sebuah telfon masuk yang ternyata dari sang suami,, mengabarkan bahwa Darren berantem di sekolah mengharuskan orang tua datang ke sekolah dan kebetulan juga suaminya itu harus ke luar kota mendadak. Dan di sinilah Dena,, Akhirnya setelah hampir 15 menit berkendara dengan kecepatan yang sangat ekstrim mobil yang Dena kendarai telah tiba di depan sekolah sang putra sambung. Dia langsung turun berlari tanpa tentu arah karena dia juga gak tau harus
"Mami Dena pulang!!" seru Dena dengan penuh kebahagiaan. Dia berjalan masuk dengan menggandeng tangan Darren.Mungkin karena ini tempat baru jadi Darren agak sedikit merasa takut dia menarik tangan Dena berusaha agar perempuan itu tak masuk.Merasakan tarikan di tangannya Dena menghentikan langkahnya, "Ada apa?" berjongkok di depan Darren.Darren diam namun dia menggeleng, "Tenang saja ini rumah Oma dan Opa" ucapnya berusaha menenangkan putra sambungnya itu."Oma dan Opa itu Mama dan Papanya Mama. Sama seperti Darren yang punya Papa dan Mama, Mama pun juga punya dan ini rumah Papa dan Mamanya Mama" jelas Dena terperinci."Jadi Darren gak perlu takut mereka gak gigit kok" lalu dia tertawa kecil dengan leluconnya itu."Bukankah Darren pernah bertemu dengan mereka? itu lohh saat di bandara. Darren ingat tidak?" "Darren ingat" "Darren masih ingat rupanya. Mereka baikkan gak gigit?" bocah kecil itu mengangguk."Kalau begitu bisa kita masuk sekarang kita obati dulu luka Darren?" lagi-lag
Di sebuah hotel.Di sebuah kamar hotel seorang pria duduk di atas ranjang punggungnya bersandar ke kepala ranjang dengan setengah badan tertutupi selimut putih tebal. Dari arah kamar mandi terdengar suara gemericik air pertanda ada seseorang di dalam sana.Benda pipih di tangan pria itu bergetar sebuah panggilan dari nomor asing tertera di layar namun dia langsung mematikannya begitu saja tanpa berniat mengangkat. Kembali benda pipih di tangannya itu bergetar dengan nomor yang sama dan lagi pria itu mematikan sambungan telfonnya.Dan untuk ketiga kalinya pun tetap sama seperti sebelum-sebelumnya. Pria itu mematikannya kembali namun kali ini sebuah makian demi menjelaskan betapa kesalnya dia meluncur mulus dari mulutnya,, "Sialan ganggu aja!" Ceklek,, Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi terbuka menampilkan seorang wanita mengenakan handuk kimono dan handuk kecil di kepala."Sayang kenapa wajah kamu kok cemberut begitu?" ucapnya begitu lembut.Dia berjalan melenggak-lenggokka
Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan rumah berlantai 2 bersebelahan dengan mobil merah. Rupanya pengemudi mobil itu adalah Dena.Tatapannya teralihkan ke teras rumah. Keningnya otomatis berkerut melihat seorang wanita yang sangat dia kenali,, "Mau apa dia di sini?" gumamnya.Namun dia tak memperdulikan keberadaannya dengan santai keluar mobil. Lanjut berlari kecil mengitari mobil menuju pintu samping kemudi. Dibukanya pintu tersebut terpampang seorang bocah kecil tengah tertidur pulas di atas kursi.Atika yang melihat kedatangan Dena lantas bangun dari duduknya. Wajahnya menyiratkan akan kekesalan.Dena perlahan melepaskan sabuk pengaman yang membelit perut Darren lalu membawa putra sambungnya itu ke dalam dekapannya."Enghh,," lenguhan kecil keluar dari bibir mungil bocah itu."Hussstt ini Mama Sayang" ucap Dena lembut sembari mengelus punggung kecilnya. Darren akhirnya kembali tertidur, nyaman di pelukan Dena.Perempuan itu pun membawa Darren berjalan ke teras rumah membuka
Malam hari tiba Deva beserta keluar kecilnya harus menghadiri makan malam bersama di rumah Opa dan Oma pria itu.Kini Dena tengah bersiap-siap. Memang yahh perempuan itu ribet sama seperti Dena kali ini. Baju satu lemari dia keluarkan ditaruh semuanya di atas ranjang. "Mas aku harus pakai apa?" ucapnya frustasi."Pakai yang santai saja lagian ini cuman makan malam biasa" "Ishh gak bisa gitu ini pertama kalinya aku datang ke acara keluarga besar kamu jadi harus pakai terbaik, harus tampil yang terbaik" Dena lantas berlari ke meja riasnya memulai make up."Terserah kamu saja tapi jangan lama-lama sebentar lagi kita sudah harus berangkat!" "Ihh sabar dong jangan buru-buru gitu nanti dandanan ku jadi jelek. Gimana kalau keluarga kamu ngomongin aku di belakang? ihh ternyata istrinya Deva jelek ya orangnya" ucap Dena memperagakan ibu-ibu tukang julid, memonyong-monyongkan mulut."Siapa yang berani bilang seperti itu orang kamu cantik kok?" ucap Deva dengan wajah datar.Namun walaupun d
Sampai jam 11 malam Deva masih betah duduk di ruangannya di perusahaan, seperti tak ada niatan untuk kembali ke rumah.Dia bukan lagi kerja melainkan hanya melamun di depan kaca besar yang menampilkan pemandangan jalanan kota tempat tinggalnya. Dan karena hal itu pula Yono sebagai asisten pribadi Deva turut serta tak pulang ke rumahnya.Dia ada di ruangan Deva menemani pria itu. Namun dimanakah dia? dia tengah tertidur di atas sofa sambil mengorok.Groookkkkkk,,, Suara ngorok Yono menyentak Deva dari lamunannya saking kencangnya.Pria itu menoleh ke belakang menatap kesal asisten pribadinya itu."Yono!!" seru Deva.Walaupun suara Deva terdengar keras menyerukan namanya tak membuat tidur Yono terganggu.Malah suara mengorok yang keluar dari mulut pemuda itu semakin kencang."Dia pikir ruangan ini rumahnya apa" kesal Deva.Deva berbalik berjalan mendekati sofa tempat Yono tidur lalu menggoyangkan bahu pemuda itu, membangunkannya."Yono,," Enghhhh,,, Bukannya bangun Yono malah hanya
Di kawasan perkantoran, gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh menjulang tinggi, saling berlomba-lomba siapakah yang menjadi paling tinggi.Di salah satu ruangan gedung pencakar langit tersebut bertuliskan ruangan meeting. Seorang pria tengah fokus menatap asisten manager keuangan di depan tengah mempresentasikan laporan keuangan bulan ini.Kemudian beralih pada laporan keuangan berbentuk dokumen di tangannya.Ting.Ponsel di sebelah tangan Deva tetiba berdenting tanda ada sebuah pesan masuk. Awalnya Deva hanya melirik sebentar, berniat mencuekinya karena itu juga bukan pesan dari sang istri melainkan pesan dari nomor asing,, entah nomor siapa itu.Namun tiba-tiba sebuah pesan dari nomor asing tersebut kembali masuk membuat Deva akhirnya agak sedikit penasaran tentang identitas sang pemilik nomor.Tangannya terulur meraih ponsel, "Nomor ini,,?" ucapnya dengan kening berkerut, "Terlihat familiar,," lanjutnya bergumam.Ada 2 pesan, lantas Deva pun membukanya. Orang asing terseb
Di suatu mall.Seorang wanita tengah berjalan mengitari mall, terdapat dua paperbag di masing-masing genggaman tangannya.Dena yang tengah gabut sendirian di rumah pun memilih untuk ke mall. Niatnya sih hanya jalan-jalan saja demi membunuh kebosanannya tapi mau bagaimana lagi, perempuan, gak bisa lihat barang bagus dikit, ujung-ujungnya ada saja yang dibeli.Tapi tak apa suaminya kaya sayy, bukan sombong ya itu kenyataan, xixixi."2 jam keliling mall dapat 2 dress, lumayan" girang Dena,, "Entar aku pamerin ke Mas Deva ahhh,," "Ehhh,," tiba-tiba wajah Dena berubah, matanya melotot terkejut tat kala ingatannya mengingat akan sesuatu,, "Aku belum izin ke Mas Deva kalau mau ke mall" ujarnya kemudian."Aduhh dasar pikun sekali kau Dena" rutuknya pada diri sendiri.Buru-buru Dena merogoh tas berniat mengambil ponsel namun pergerakannya itu sontak terhenti tat kala terdengar suara seseorang memanggil namanya, sumber suara itu berasal dari belakang tubuhnya."Dena,,?" Perempuan itu pun me
Pagi hari.Secercah cahaya menembus sela-sela gorden yang tak tertutup rapat, menganggu tidur seorang perempuan cantik.Enghhh... Dia melenguh perlahan bola mata hitam nan indah miliknya terlihat.Mata Dena sontak melebar merasakan sebuah tangan membelit perut ratanya.Tangan siapa ini? ucapnya dalam hati kaget.Didongakkan kepalanya dan saat melihat siapa yang tengah tidur disebelahnya Dena pun menghela nafas lega.Mas Deva ternyata,, ucapnya dalam hati.Puk,, Dena pun memukul pelan keningnya lanjut bergumam,, "Dena,, bodoh sekali. Kenapa kau jadi lupa kalau sudah menikah" Dipandanginya lekat wajah tampan sang suami. Hidungnya yang mancung, bibir penuh dan bulu mata lentik, sungguh indah ciptaanmu,, Tuhan.Asik mengagumi wajah tampan sang suami Dena tiba-tiba teringat akan sesuatu, matanya sontak melebar."Ishh ngapain sih tiba-tiba keinget kejadian tadi malam" secara perlahan nan penuh kehati-hatian Dena melepaskan belitan tangan sang suami di perutnya.Setelah berhasil dia berdir
1 hari sebelumnya. Ceklek,, "Mama,," disusul suara seorang wanita terdengar memanggil Mama. Mama wanita itu pun menoleh, "Ada apa Atika?" ucap sang Mama tanpa menoleh. Dia sudah hafal betul suara siapa itu. Atika berjalan masuk lebih dalam ke kamar sang Mama berdiri di sebelah beliau, badannya mengikuti sang Mama menghadap ke arah lukisan dua orang manusia berbeda gender dengan pose mesra. Atika menatap lukisan tersebut,, "Mama lagi kangen sama Papa ya?" yapp lukisan itu adalah lukisan Mamanya dan Papanya alias kedua orang tuanya. "Hmm,," senyuman sedih timbul di bibir beliau,, "Sudah 25 tahun sejak kepergian Papa kamu dan hari tepat 25 tahun Papa kamu meninggalkan kita, tak terasa ya ternyata sudah selama itu" Atika lantas merangkul bahu sang Mama mengelusnya pelan, "Yang sabar ya Ma" "Bagaimana adik kamu dia sudah selesai siap-siap?" "Sudah Ma tinggal nunggu Mama turun saja,, dia sudah nunggu di mobil" "Baiklah ayo kita berangkat" Kedua pasangan anak dan ibu
Pintu kayu besar dengan ukiran-ukiran mewah itu terbuka."Ahh kenyang, makanan malam ini enak banget" desah Dena sembari mengelus perut ratanya.Mereka baru pulang dari makan malam, mereka habis makan di restoran all you can eat di salah satu mall.Bagaimana gak kenyang orang dia saja tadi ambil daging sampai 10 piring, belum lagi desert dan yang lainnya, ucap Deva dalam hati tak berani dia mengucapkannya secara langsung bisa ngambek nanti istrinya.Secara tidak langsung dia mengatai istrinya itu rakus.Yahh memang,, mana semua yang dia ambil habis lagi katanya sayang mereka sudah bayar masa gak dihabiskan."Saya mau menidurkan Darren dulu" bocah kecil itu tertidur saat perjalanan pulang."Hmm,," Deva lantas berlalu menuju kamar sang putra meletakkan perlahan putranya itu di atas tempat tidur.Usai menidurkan sang putra Deva pun kembali ke kamarnya dan sang istri.Saat masuk pandangannya langsung disuguhkan istrinya yang tengah melakukan skincare rutin malamnya.Dengan sambil curi-cur
"Dena saya pulang!" seru Deva begitu langkah kakinya membawanya memasuki rumah.Dari arah berlawanan nampak Dena berjalan mendekat berhenti di depan sang suami, sigap mengambil tas kerja dan juga jasnya.Bibirnya terkatup rapat tak mengatakan sepatah kata apapun kemudian langsung berlalu memasuki kamar begitu saja."Dia masih marah ya? saya kira sudah tidak marah lagi setelah tadi siang telfon ternyata masih marah toh" gumamnya."Hah, saya harus apa agar Dena tak marah lagi?" gumamnya lagi.Kemudian Deva mengikuti langkah sang istri memasuki kamar mereka.Saat masuk Dena yang semula duduk di sofa tengah sibuk dengan ponsel di tangannya sontak bangkit lalu berjalan keluar dari kamar.Dia tengah menghindari Deva."Hahhh,,," helaan nafas kasar otomatis keluar dari bibir Deva.Rasanya gelisah melihat istrinya tengah marah seperti itu tetapi dia juga bingung sebenarnya apa kesalahannya sampai-sampai membuat istrinya semarah itu? Deva memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening....
Dena meraih kunci mobil gegas berjalan menuju pintu rumah sembari menempelkan ponsel di telinga."Mas aku yang jemput Darren ya hari ini" ternyata dia menghubungi sang suami untuk memberitahukan bahwa hari ini dirinyalah yang akan menjemput anak mereka.Tut... Kemudian Dena pun menutup panggilan setelah mendapat persetujuan dari suaminya.Usai masuk mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah menembus jalanan menuju sekolah sang putra sambung....Sewaktu mobil Dena tiba di sekolah bertepatan pula dengan sebuah mobil merah yang terlihat familiar juga tiba, berhenti tepat di belakang mobil Dena.Kedua pintu mobil terbuka secara bersamaan, secara bersamaan pula turun dua orang perempuan dari dalamnya.Kemudian tanpa sengaja tatapan mereka bertemu."Kamu,," ucap mereka berbarengan. Setelah itu mereka saling melengos, sudah seperti musuh saja."Mendingan kamu pulang sekarang dehh Darren akan pulang dengan aku" ucap Atika membuka suara duluan."Hahaha,, kita lihat saja siapa yang bakal D
Waktu hampir memasuki waktu istirahat namun Deva masih sibuk dengan pekerjaannya, tumpukan dokumen terlihat di depannya.Tiba-tiba suara keributan terdengar di depan ruangannya dan hal itu sukses membuat Deva terganggu.Ceklek,, Tetiba pula pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu.Siapa sih orang tak sopan ini,, batin Deva kesal."Mas,," panggil si pembuat keributan itu.Dahi Deva mengerut mengetahui siapa pembuat keributan itu,, "Sherly!" panggilnya.Dan ternyata dia adalah Sherly mantan adik ipar Deva."Maaf Pak ibu ini memaksa untuk masuk" ucap sekretaris Deva."Kamu keluarlah Novia biarkan saja dia di sini!" perintah Deva."Baik Pak" sebelum pergi sekretaris Deva itu sedikit membungkukkan badan ke arah sang atasan."Ada keperluan apa kamu ke sini Sherly?" tanya Deva begitu mereka hanya berdua di dalam ruangan pria itu.Dengan senyuman termanisnya Sherly berjalan mendekati mantan kakak iparnya itu,, "Tadaaaa,," ucapnya sembari memamerkan tas bekal di tangannya,, "A