Share

Progres Baru

Semalam, Tama tidak kembali ke kamar. Dia juga tidak datang untuk sarapan. Aku rasa dia memikirkan tentang apa yang aku katakan. Padahal niat aku mengatakan itu karena aku hanya ingin memberitahu mereka. Bukan karena aku ingin membuat Tama kepikiran. Harusnya aku memang tidak mengatakan apa-apa padanya.

Aku kembali mencoba memfokuskan diri pada laporan keuangan. Ah, rasanya kepalaku hampir pecah hanya karena melihat angka-angka yang berjejer rapi di sini. Mereka seolah sedang melambai dan mengejekku.

“Ibu, Bapak ada di luar.“

Aku menoleh dan melihat Dinda yang berdiri di dekat pintu. Siluet Tama terlihat di sana. Aku langsung saja beranjak dan menariknya masuk ke dalam. Setelah memberikan instruksi pada Dinda, kami ditinggalkan berdua di dalam sini.

Suasana di antara kami terasa canggung. Dia bahkan tidak seceria biasanya. Terlihat ada beban berat yang tertahan di pundaknya. Bagaimana bisa pria sebaik ini terlahir di dalam keluarga problematik seperti itu. Aku merasa kasihan dengan Ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status