Home / Pernikahan / Mendadak Dinikahi Om-Om / Bab 13. Hiburan Laki-laki

Share

Bab 13. Hiburan Laki-laki

Author: Mi Casa
last update Last Updated: 2023-11-05 18:01:36

Sesi Briefing dari Dina dengan tema utama tips-tips memikat Suami telah berakhir kurang lebih sepuluh menit yang lalu. Kini, Nala sudah berada di pinggir jalan menunggu kedatangan ojek online yang telah dipesannya setelah menolak tawaran Dina untuk mengantarkannya pulang dengan alasan harus belanja.

Ketika yang ditunggu datang, Nala langsung nangkring di jok belakang, menikmati pemandangan membosakan ibu kota yang saat ini terlihat lebih menarik untuknya. Mungkin karena efek setelah dirinya mencurahkan isi hatinya pada dua temannya, rasanya beban di pundaknya runtuh seketika. Ah iya, ia juga mendapat bonus berupa nasihat penting dari Argi sebagai semua jawaban dari permasalahannya saat ini dan juga tips dan trik dari Dina.

Siapa sangka? Tidak ada yang menyangka memang, wajah polos Dina memang tidak sinkron dengan otaknya. Tak heran lagi jika Dina menjanjikan padanya untuk nanti malam akan dikirimi beberapa film panas sebagai salah satu referensi untuknya.

"Jangan langsung, jangan tera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 14. Jejak Semalam

    Nala tersentak kaget saat mendengar suara bel yang ditekan berulang, lalu diketuk cukup keras. Mendadak kepalanya pening, sebab terbangun dalam kondisi terkejut. Saat ia melirik ke arah jam yang terpasang di dinding, jarum-jarum itu menunjukkan hampir pukul dua dini hari.Suara ketukan semakin intens membuat Nala bergegas bangkit dari posisi duduknya, mengabaikan pening yang dirasakannya, meskipun berkali-kali ia hendak jatuh.Mulut kecilnya terbuka tat kala berhasil membuka pintu dan menampakkan Bastian--suaminya datang dengan laki-laki asing dalam kondisi mabuk. "Om, kenap--"Menghiraukan wanita di depannya ini, David langsung menyerobot masuk, tangannya terasa pegal karena terlalu lama memapah Bastian yang proporsi tubuhnya tidaklah kecil."Di atas, Kak." Nala langsung mempercepat langkah kakinya, mengikuti dari belakang laki-laki itu yang tampak kepayahan merangkul Bastian.Namun, akhirnya Bastian bisa sampai dengan selamat ke kamarnya. Laki-laki itu membanting cukup kuat Bastian

    Last Updated : 2023-11-06
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 15. Janji Untuk Selalu Pulang

    "OM, NGAPAIN!?" Pekik Nala yang langsung tersadar dari tidurnya karena terkejut dan panik yang bersamaa. "itu apaan woiii." Jari telunjuknya mengarah pada Bastian.Sementara laki-laki yang jatuh tersungkur itupun lekas bangkit dari posisinya, mempertahankan raut wajah bingungnya. Kenapa dengan perempuan ini? Kenapa histeris? Kenapa menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya? Apa baru saja melihat setan? Atau efek dari mimpi buruk?"Kenapa?""KENAPA APAAN WOI! LIHAT LO TELANJANG, JANCOK!"Sontak saja Bastian langsung melihat dirinya sendiri. Mendadak wajah dan telinganya memerah, matanya membelalak tak percaya dengan mulut menganga. Rahangnya mengeras dan tanpa membuang-buang waktu lagi ia pun bergegas berlari menjauh.Buk ... buk ... bukBastian melarikan diri dari area itu secepat yang ia bisa. Sialan, ia begitu malu, bahkan lebih dari malu. Ingin rasanya ia menghilang dari bumi detik ini juga.Sesampainya di kamar, Bastian langsung menutup pintu dengan begitu kerasnya, seakan-

    Last Updated : 2023-11-06
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 16. Sebuah Pertahanan

    Bastian berbalik menatap Nala yang ada di belakangnya. "Gimana? Cuma ada satu kamar."Nala mengerutkan keningnya. Ya, memang kenapa? Apanya yang salah? "Ya udah, Om. Emangnya kenapa, sih? Kita kan udah nikah juga, bukan yang mau kumpul kebo di hotel. Kalau digrebek ya aman aja."Bastian meringis, tak salah memang. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengambil kamar tersebut, lagi pula lokasi pemotretan untuk besok juga berada di sekitaran sini, terlalu merepotkan jika harus mencari penginapan lain.Sesampainya di kamar hotel, Nala langsung merebahkan tubuhnya ke atas ranjang, sementara Bastian memilih duduk di sofa. Sampai pada akhirnya perhatian Bastian teralihkan saat mendengar suara perut Nala. "Laper?""Hehe." Nala bangkit dari posisi berbaringnya, memamerkan dertan gigi putihnya. "iya nih, Om.""Kita bersih-bersih dulu, abis itu cari makan. Mau makan di mana? Di resto apa di angkringan aja? Kalau di sini kan banyak yang jualan.Nala menganggukkan kepalanya setuju. Saat ini tubuhnya

    Last Updated : 2023-11-07
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 17. Tak Ikhlas

    Pagi hari yang cerah pun datang, Nala bangun dari tidurnya yang berkualitas maksimal. Matanya masih belum bisa terbuka lebar, rasa kantuknya tak sepenuhnya menghilang, ia menguap lebar-lebar seperti Naga tengah menyembur."Eugh," lenguhnya sembari berusaha bangkit dari posisi duduknya. "eh--" Buru-buru ia membenarkan posisi baju atasnya yang sudah tersibak hingga ke perut dan kancing area dadanya terlepas.Jam masih menunjukkan pukul enam, masih terlalu pagi untuk melakukan aktivitas dilihatnya laki-laki yang masih tertidur lelap di sampingnya itu. Tak berniat mengganggu, Nala membiarkan Bastian menggunakan baik-baik waktu tidurnya sebelum kembali bergempur dengan pekerjaannya.Setelahnya Nala lekas bergegas menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya di pagi hari ini. Sengaja mandi menggunakan air dingin, menurut Nala ini akan jauh lebih berefek pada tubuhnya dan tentu saja lebih segar dan mengembalikan tenaganya.Ketika keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya

    Last Updated : 2023-11-07
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 18. Hate You

    Benda pipih itu Nala letakkan di sampingnya, ia masih menunggu Bastian mencarinya jika laki-laki itu pulang ke hotel dan tak menemukan keberadaannya.Malam ini Nala pergi ke pantai dekat hotel, menikmati suara deburan ombak yang terus datang. Mengagumi bagaimana pantulan bulan itu terlihat di atas air dan juga menikmati angin yang semakin menusuk baju tipis hingga menembus kulitnya tersebut."Gue kenapa, sih?" tanya Nala pada dirinya sendiri. Tak paham sama sekali dengan apa yang dirasakannya saat ini. Kenapa ia tak rela melihat Bastian pergi hanya untuk menemui perempuan lain dan kenapa pula ia harus memiliki perasaan aneh itu, sementara Nala sendiri sadar dirinya tak memiliki hak untuk melarang laki-laki itu pergi.Nala sangat menyukai suasana ini. Bising, namun terasa menenangkan untuknya. Entah berapa lama ia menghabiskan waktu di tempat ini, ponselnya sama sekali tak menunjukkan adanya pesan atau panggilan masuk. Semakin lama perutnya semakin terasa perih, ini sudah terlalu lama d

    Last Updated : 2023-11-08
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 19. Lagi?

    Perdebatan panjang itu berakhir dengan posisinya masing-masing, dasarnya sama-sama keras kepala hingga tidak ada yang mau mengalah. Sonya tetap kekeh ingin duduk di depan, menolak segala macam bujuk rayu dan mengabaikan makian Nala."Nggak apa-apa ya, Nala. Lagian kan cuma masalah duduk aja. Nanti gantian kamu yang duduk di depan." Kata-kata itulah yang akhirnya mengakhiri perseteruan.Suasana di dalam mobil hanya diisi keheningan, tak ada siapapun yang berniat membuka suara. Nala sendiri memilih menyibukkan diri dengan meggulir sosial media, mencari sesuatu dan berhenti kala menemukan postingan yang membuatnya tertarik. Sampai pada akhirnya...."Bas, nanti makan siang di mana? Ini mau ke mana dulu?"Tak berniat menguping, tapi bagaimana lagi, Nala juga memiliki telinga yang masih berfungsi dengan baik."Nggak tau juga sih mau ke mana dulu? Belanja atau wisata alam? Ada pantai di deket sini. Atau mau lihat gua, lupa nama guanya apa, tapi lumayan makan waktu kalau dari sini, deketan ke

    Last Updated : 2023-11-08
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 20. Pulang

    Malam itu Nala benar-benar memutuskan untuk pulang tanpa niat memberitahu Bastian, bukan hal penting. Untung saja semesta seakan mendukung keputusan Nala, di dalam tas miliknya ada kartu yang tempo hari Bastian serahkan padanya, sedikit ia gunakan untuk kembali pulang ke Jakarta.Sengaja Nala mematikan ponselnya, ia tak ingin perjalanan pulangnya terganggu oleh hal lain. Raut wajahnya begitu buruk, tak ada senyuman sedikitpun di sana. Ia hanya duduk manis di pesawat dengan terus berusaha memejamkan kedua matanya. Sesampainya di Jakarta pun Nala langsung mencari taksi untuk membawanya pulang ke rumah.Hampir pukul lima pagi saat Nala benar-benar sampai di kamarnya. Tubuhnya terasa begitu lelah, membuatnya langsung memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, sengaja menggunakan air dingin agar lebih segar dan energinya terisi kembali."Dingin," gumamnya dengan suara pelan. Tubuhnya menggigil, ditambah dengan kini ia hanya memakai pakaian pendek.Tubuh itu dilemparkan dengan kasar ke atas ra

    Last Updated : 2023-11-09
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 21. Emosi Nala

    "Makasih, Wa."Setelah menempuh perjalanan cukup lama, Nala pun keluar dari mobil Dewa usai mengembalikan jaket yang tadi sengaja dipinjamkan Dewa padanya. Kata Dewa dingin, karena Nala memang hanya memakai atasan crop top, meskipun Nala menolaknya karena terbiasa dengan pakaian seperti ini, tapi tampaknya Dewa tak rela membiarkan hawa dingin menghunus kulit putih Nala.Melangkahkan kaki tanpa beban, sampai akhirnya langkah kaki kecilnya harus terhenti kala netranya menangkap sosok Bastian yang duduk di sofa dengan nuansa mencekam, tatapan itu begitu tajam padanya."Dari mana?""Rumah temen," balas Nala apa adanya."Duduk."Nala yang hendak melangkahkan kakinya itupun kembali menoleh ke arah Bastian. "Apa? Gue capek."Mendengar penolakan itu membuat Bastian bangkit dari posisi duduknya. "Nggak cuma kamu yang capek, Nala. Saya juga, saya kerja terus pulang dadakan gara-gara kamu."Meskipun benar demikian, namun nampaknya kata-kata itu tak dapat ditangkap dengan baik oleh penalaran Nala

    Last Updated : 2023-11-09

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 105. Happy

    Tiga tahun kemudian"Mas, gendongg." Rengek Saluna, bocah yang hampir menginjak usia pendidikan pertama itu merengek pada sang kakak, tangannya terbentang luas meminta agar segera digendong.Bastian dan Nala yang sama-sama menuruni anak tangga dan melihat tingkah putrinya itu hanya menggelengkan kepala. Kedekatan antara Adimas dan Saluna sudah bisa diibaratkan seperti lem, saling menempel, meskipun lebih tepatnya Saluna yang selalu ingin ikut dengan kakaknya.Merogoh ponselnya dalam saku celana, Nala pun mengambil potret buah hatinya itu. Dimana Saluna yang masih merentangkan tangannya, sementara Adimas sengaja menggoda adiknya. "Adek, kan udah gede. Berat kalau digendong, kasihan Mas-nya.""Aaaa. Adek mau digendong Mas." Tak terima ditegur begitu saja, bocah kecil ini melipat kedua tangannya di depan dada, persis seperti orang yang tengah merajuk. "Mas," panggil Saluna pada Adimas dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.Runtuh sudah pertahanan Adimas dalam misi mengganggu sang adi

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 104. Nggak Boleh Ngalah Terus

    Sesuai rencana, hari ini keluarga kecil Bastian dan Nala mengadakan liburan singkat. Dufan, adalah tempat yang dipilih keluarga kecil ini.Sepanjang perjalanan, Adimas kecil yang duduk di belakang lebih banyak diam, bahkan hanya sesekali saja menimpali pertanyaan yang Nala atau Bastian lontarkan, mungkin karena masih belum nyaman."Mas, nanti mau naik apa?" tanya Nala yang langsung menoleh ke belakang, terlihat antusias sekali mengajak bicara anak laki-lakinya ini.Si kecil yang tadinya fokus memandang ke arah luar jendela pun lekas menoleh ke arah Nala. "Terserah aja, Ma. Adek mau main apa?""Adek nanti naik yang puter-puter aja sama Mama. Nanti Mas main sama Papa, ya. Seneng-seneng, biasanya Mas kalau sama papa Garren naik apa?""Biasanya naik bumcars, Ma.""Oke. Nanti naik sama Papa." Sahut Bastian yang membuat percakapan ini berakhir.Sesampainya di lokasi tujuan, dengan sigap Bastian menggandeng tangan kecil Adimas disisi kanannya, sementara tangan kirinya dikenakan untuk menyang

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 103. Pendekatan

    Hari ini Bastian sudah kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Bastian sengaja memberi jeda untuk Adimas beradaptasi di rumah ini terlebih dahulu beberapa hari sebelum membiarkan anak kecil itu kembali beraktivitas di sekolah.Dibandingkan kemarin, hari ini Adimas lebih banyak makan. Mungkin lebih merasa nyaman berada di sini perlahan-lahan, meskipun tak jarang juga bocah kecil ini ragu-ragu bersuara atau lebih memilih memendam diri.Seperti saat ini, saat Nala tengah sibuk mengecek Saluna. Adimas kecil yang berada di samping tampak seperti ingin mrnawarkan bantuan, tapi tak berani bersuara."Mas Dimas, boleh minta tolong, nggak?""Boleh." Langsung saja anak kecil itu membalasnya dengan penuh semangat.Tak dapat Nala menyembunyikan senyuman tipisnya, terlebih dahulu ia mengusap sayang puncak kepala anak laki-lakinya. "Tolong ambilin pempers adek di sana, Mas." Nala menunjuk pada pojok ruangan. Dengan cepat Adimas langsung beranjak dari posisi duduknya dan setengah berlari menuju area

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 102. Adimas

    "Ren, lo pasti bisa, Ren. Percaya sama gue." Bastian mencengkeram pelan punggung tangan Garren. Mayakinkan laki-laki itu jika semuanya akan baik-baik saja.""Huwaaa. Pa, Papa ayo besok main, Pa. Pengen main bola." Suara isakan tangis terselip dalam rengekan anak laki-laki berusia sekitar lima tahun itu. Matanya memerah dengan air mata yang terus membasahi pipi tembamnya, ingusnya bahkan sudah meleber ke area pipi. "ayo, Pa, bangun. Kita pulang, nggak suka di sini." Tangan kecil itu terus berusaha mengguncang tubuh besar yang tengah berbaring di depannya ini.Bangunan rumah sakit menjadi tempat di mana do'a tulus sering dilangitkan dengan sepenuh hati, bahkan lebih tulus dan dalam dari pada di rumah ibadah sekalipun.Nala sendiri tak dapat menahan bendungan air matanya melihat anak kecil bernama Adimas itu terus merengek. Menarik tangan papanya, seakan ingin cepat membawa laki-laki itu pergi dari tempat ini.Melihat bagaimana reaksi anak semata wayangnya membuat Garren tertawa pelan, t

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 101. Jalan Masing-Masing

    Sentuhan terakhir, Nala menambahkan bando manis untuk putri kecilnya. Disambut dengan gelak tawa dan tubuh mungil itu yang meronta-ronta, terlihat senang sekali."Nah, anak Mama udah cantik banget." Tak rela jika harus melewatkannya begitu saja, Nala langsung mencium wajah putrinya bertubi-tubi, gemas sekali rasanya. Tangannya langsung terulur untuk meraih kasar ponselnya di atas nakas, setiap momen harus diabadikan. Nala mengambil beberapa gambar mengemaskan Saluna, sebelum membawa gadis itu dalam gendongannya, mengajak foto bersama.Puas dengan banyak gambar yang berhasil diambilnya, Nala pun langsung meraih tas dan membawa putrinya pergi. Baru saja Dewa mengatakan sudah hampir sampai, Dina tak bisa menjemputnya karena berangkat bersama Argi. Terlalu mutar jauh jika menjemputnya terlebih dahulu.Timingnya pas sekali. Baru saja Nala selesai dengan menutup pintu, mobil putih itu berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan senyuman lebar, Nala yang menggendong Saluna menghadap depan itupu

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 100. Papa Bas dan Mama Nal

    "Mbrrr hik hik hik.""Loh! Kok nyembur." Nala pura-pura kaget, melihat putri kecilnya yang menyemburkan air susu dimulutnya. Bukannya takut, gadis mungil ini justru tertawa lebar menunjukkan gusi lucunya sembari bertepuk tangan. Mamanya terlihat menggemaskan di matanya."Abmrrrr."Nala meletkkan putri kecilnya di atas ranjang, tak lupa memberikan mainan gigit-gigitan padanya. Langsung saja Saluna memainkannya, menggigit-gigitnya. Tak terasa gadis kecil ini akan segera memasuki fase pertumbuhan gigi.Tak berselang lama Bastian pun datang dengan handuk kecil di kepalanya, menggosok-gosoknya agar rambut basahnya lekas mengering.Melihat buah hatinya berbaring riang di atas ranjang membuat Bastian langsung melompat menyusul putrinya, melemparkan asal handuk kecil yang tadi dikenakannya. Tanpa permisi laki-laki beranak satu itupun langsung mencium wajah putri kecilnya bertubi-tubi. "Ih anak papa lagi apa, emesnya. Emesnya anak Papa. Mwah mwah mwah.""Hek hek." Bibir Saluna langsung mengeru

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 99. Saluna Wilantara

    "Akhhh. Mas!" Pekik Nala yang merasakan sakit teramat, tangannya dengan ringan langsung menjambak surai tebal Bastian.Sakit, tapi Bastian sadar yang dirasakannya saat ini tak lebih sakit dari yang tengah dirasakan sang istri dalam memperjuangkan kelahiran buah hati yang diprediksi berjenis kelamin perempuan ini."Sayang, kamu pasti kuat. Sebentar lagi Adek bayi lahir, Sayang. Kita bisa lihat dia yang selama ini nendang-nendang terus." Berbagai kata penyemangat selalu Bastian lontarkan. Tangannya pun tak pernah lepas menggenggam tangan kecil istrinya."Oekkk ... oekkk ... Oekkk."Setelah penantian panjang mulai dari kontraksi, pembukaan, hingga proses lahiran yang begitu menyakitkan untuk Nala. Akhirnya suara tangisan menggelengar buah hatinya pun terdengar. Baik Bastian maupun Nala sendiri pada akhirnya bisa bernafas lega. Bukan hanya Nala saja yang bermandikan peluh, melainkan Bastian juga. Laki-laki ini tak kalah takutnya, dalam hatinya pun tak henti-hentinya merapalkan do'a untuk

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 98. Reuni 18+

    Kurang lebih dua tahun ini Bastian benar-benar berada di samping Nala selalu, ia tak lagi mengambil project, hanya mengandalkan hasil dari studio miliknya. Tak terlalu banyak memang, tapi masih lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama ini.Entah berapa banyak Bastian menahan diri dan sesak selama ini, kala Nala sama sekali tak memberinya kepastian. Bahkan beberapa kali Nala berniat mengakhiri hidup, itulah titik paling menyakitkan dihidup Bastian. Sehancur itulah mental Nala. Beruntung, sedikit demi sedikit mental Nala mulai kembali pulih, meskipun masih belum menjadi Nala sepenuhnya."Hati-hati, Sayang." Bastian menyodorkan secangkir cokelat hangat yang langsung diterima oleh Nala.Mendudukkan bokongnya di samping sang puan, keduanya sama-sama menikmati suasana malam hari ini. Angin berhembus cukup kuat hingga membuat rambut keduanya tergerak-gerak, mengikuti arah pandang Nala, Bastian menyandarkan tubuhny pada sandaran kursi."Bagus banget ya bintangnya, banyak. Kesukaan

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 97. Psikolog

    "Sayang." Bastian menatap nanar perempuan yang kini tengah duduk di kursi panjang dengan pandangan kosong, tak tau apa yang tengah menjadi objek penglihatannya.Sakit? Tentu saja hati Bastian terasa dicabik-cabik melihat kondisi istrinya yang seperti itu. Saat ini Nala lebih terlihat seperti raga tanpa jiwa, entah kemana menghilangnya jiwa itu.Tepukan pelan pada bahunya langsung membuat Bastian menoleh ke samping, terkejut melihat seseorang di sampingnya, buru-buru tangannya tergerak untuk menghapus bulir air matanya. Kemudian terkekeh pelan, tak ingin suasana menjadi canggung."Nggak apa, masih banyak waktu. Mbak Nala pasti bisa sembuh, perlahan-lahan.""Apa istriku masih bisa sembuh?" tanyanya mengingat hingga saat ini Nala masih sering bungkam, enggan mengatakan aapapun. Bahkan, beberapa kali perempuan itu juga menangis dalam diam, memukul-mukul kepalanya sendiri. Terlalu berisik, katanya.Dengan mantap laki-laki disamping itupun menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Lagi pula ini

DMCA.com Protection Status