Keinan memojokkan Keira ke dinding di depan pintu tanpa melepas pangutannya. Bahkan, pangutannya semakin liar dengan tangan Keinan yang sudah tidak lagi terkendali. Menggerayangi bagian tubuh Keira dengan seksual.“Mas,” panggil Keira lirih dengan deru napas yang tidak teratur.Keinan mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Keira dan menghirup aroma khas tubuh Keira yang sangat ia sukai.“Kamu kenapa akhir-akhir ini jadi kaya gini?” tanya Keira.“Kaya gini gimana?” tanya Keira masih dengan usilnya mempermainkan telinga Keira.“Kamu semakin panas Mas,” ucap Keira membingkai wajah Keinan agar Keinan tidak melakukan hal yang lebih.Keinan menatap Keira dalam diam. Dalam sorot mata itu. Keira dapat melihat, ada sesuatu yang telah terbangun dari tubuh Keinan. Dan Keira tahu, jika itu tidak akan bisa dihentikan.“Kamu cantik Keira. Saya tidak bisa menahannya,” ucap lirih Keinan dengan nada rendahnya.Lalu, berakhirlah pasangan suami istri itu memadu kasih di bilik milik mereka berdua.***“Mas,
“Halo Pak!” jawab Keira atas panggilan telepon dari Keinan.“Datang ke ruangan saya sekarang!” ucap Keinan singkat, padat, dan jelas serta langsung mematikan telepon itu.Keira memandang telepon genggamnya dengan pandagan yang sedikit kesal.‘Ck, bisa-bisanya! Mentang-mentang dosen jadi seenaknya sendiri!’ dumel Keira dalam hati sambil membereskan beberapa peralatannya yang masih berserakan.Saat ini Keira memang masih mengerjakan tugas kuliah bersama dengan teman-temannya di sebuah café yang lumayan dekat dengan kampus.“Mau kemana, Ra?” tanya seorang cewek yang satu kelompok dengannya.“Ini udah selesai kan? Gua mau izin dulu nih!” ucap Keira dengan raut yang tidak enak.“Oh yaudah, nggak papa. Cabut aja!” ucap seorang cowok yang nampak sedang mengerjakan sesuatu di laptop tanpa mengalihkan perhatiannya.“Sorry ya gaes, gua pamit dulu!” Keira langsung bangkit pergi dan langsung menuju ke kampus secepat yang ia bisa. Hari ini ia kembali membawa motor matic kesayangannya yang berwarn
“Sayang!” teriak Keinan yang baru saja memasuki rumah.Namun, tidak mendapatkan sebuah jawaban sama sekali. ‘Kemana Keira?’Keinan berjalan menelusuri rumahnya untuk mencari istri kecilnya itu. Ia berkeliling dari ruang tamu, kamarnya, toilet, dan sekarang terakhir ia langsung ke taman samping rumah. Namun, tetap tidak ada.‘Apakah Keira ada di dapur?’ pikir Keinan menerka yang sebenarnya tidak yakin.Tidak mungkin dalam benaknya kalau Keira ada di dapur. Tapi, tetap saja Keinan melangkahkan kakinya ke arah dapur. Dan benar saja, dapur itu kosong tidak nampak tanda-tanda kehidupan di sana.“Apakah dia belum pulang?” monolog Keinan sendiri.Ia langsung mencari teleponnya dan menelopan kontak Keira yang ia namai sebagai ‘istri kecil’. Sekali telepon tidak dianggap, dua kali masih tidak diangkat. Sampai Keinan menelepon sebanyak lima kali tetap saja tidak diangkat. Tentu saja hal itu membuatnya kesal dan malah melempar teleponnya ke kasur kamarnya. Baru setelahnya ia mandi dan berharap
Minggu pagi yang sangat cerah, tapi tidak secerah mood Keira saat ini. Keira saat ini sedang memasukkan tumpukan baju kotor di mesin cuci. Ya, Keinan menyuruh Keira untuk mencuci baju dengan dirinya yang membersihkan rumah. Dari mulai menyapu, mengepel, mengelap barang-barang dan sebagainya.Sayangnya adalah Keira yang memang tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengoperasikan mesin cuci. Bahkan sekarang dirinya sedang bingung mau memencet apa dan bagaimana. “Ehm … gua harus masukin berapa banyak nih?” monolog Keira sambil melihat detergen di tangan kanannya.“Ehm,” menaikkan bahunya dan langsung memasukkan semua detergen itu.Setelahnya dengan santai Keira pergi meninggalkan mesin cuci itu dan di biarkan begitu saja. Namun, tanpa Keira sadari bahwa ia akan membuat sebuah bencana besar di rumah itu.Keira dengan santainya memakan buah yang telah ia potong kecil-kecil di depan sofa. Sambil melihat Keinan yang sibuk mondar-mandir membersihkan ruma
“Woi Ra!” ucap Satya yang tiba-tiba datang di depan Keira yang sedang makan.“Uhuk-uhuk,” Keira tersedak dengan kuah bakso yang pedas dan tentunya masih panas.“Eh, pelan-pelan dong!” Satya menepuk-nepuk punggung kecil Keira sambil menyodorkan minuman teh ke Keira.Keira langsung meminum minuman itu dengan sekali tenggak sampai hampir tandas.“Lo kalau datang nggak usah buat gua kaget dong!” ucap Keira kesal, tidak lupa memukul lengan atas Satya dengan keras.Satya hanya cengengesan dan langsung mengambil tempat duduk di samping Keira.“Ke mana yang lain? Kok tumben lo sendirian aja?” heran Satya.“Emang biasanya gua juga sendiri kali!” keluh Keira sambil memasukkan sesuap bakso yang lumayan besar ke mulut kecilnya.“Gua ada acara nanti malam. Lo mau ikut nggak?” tawar Satya dengan suara berbisik.“Apa?” tanya Keira dengan gerakan bibir.“Nanti malam ada balapan liar lagi. Taruhannya lumayan gede. Sepuluh juta,” bisik Satya mendekat ke telinga Keira.Mata Keira langsung melotot begitu
“Jadi kamu mau menjelaskan apa?” tanya Keinan dengan raut wajah sudah seperti seorang polisi yang mengintrogasi seorang tersangka.Keira hanya terdiam dengan wajah yang terus menunduk. Keira sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat wajah Keinan.Keinan yang melihat wajah Keira yang terlihat takut itu justru semakin memasang wajah yang bisa dibilang sangat sangar. Begitu meyeramkan bagi Keira. Entahlah, padahal dulu kalau ayahnya yang mengintrogasi dirinya ia sangat biasa saja. Tapi, kenapa saat Keinan yang seperti ini malah Keira terlihat sangat takut sekali.“Kenapa nggak ada suara sama sekali? Mendadak bisu kah kamu?” sarkas Keinan.Keira hanya mampu semakin menggigit bibirnya pelan. Sungguh ia bingung sekarang mau bagaimana. Sudah jelas dia sudah melanggar dengan tidak izin dengan Keinan. Masih ditambah dia malah ikut balap liar dengan jam pulang yang sudah telat. Ya, Keira sampai rumah tepat pukul 12 malam. Cukup malam, bukan sangat malam malah untuk seo
"Kami menuntut keadilan, benar?!""Benar!""Biaya UKT melejit, mahasiswa menjerit, setuju?!""Setuju!""Ra!" Panggil seseorang yang meneriakkan nama Keira.Sedangkan Keira masih sibuk untuk menimpali setiap orasi yang dikemukakan oleh salah satu mahasiswa yang menggunakan pengeras suara.Suasana siang hari yang terik itu bahkan tidak terasa karena banyaknya mahasiswa yang turun ke jalanan untuk menyerukan pendapat mereka.Keira yang ikut menyelip di dalamnya bahkan sempat terdorong-dorong itu tetep semangat untuk mengikuti aksi. Bahkan, Keira tidak segan untuk meneriakkan beberapa kata secara lantang. Ya, menurut Keira yang memang hidupnya sudah berkecukupan. Keira tidak pernah setuju akan biaya pendidikan yang menurutnya tetap mendominasi rakyat kecil dan justru semakin menjatuhkan. Keira justru menyukai bentuk-bentuk aksi yang mengatasnamakan keadilan. Namun, terdapat satu hal yang dilupakan oleh Keira."Keira awas!" Teriak salah satu cowok yang mencoba menghalangi kerumunan masa y
Sudah beberapa hari Keira hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sudah pasti jawabannya karena Keinan yang menghukum Keira untuk tetap di rumah saja. Bahkan, untung sekedar nongkrong dengan Winda dan Lala saja. Keira belum diperbolehkan dengan Keinan.“Gua bosen!” keluh Keira dengan nada rendah dan raut yang sangat mendung sama seperti langit sore itu yang memang gelap.Keira melihat televisi yang menyala di depannya dan kembali tiduran lagi di sofa. Sungguh seharian ini Keira memang tidak ada jadwal kuliah. Keira juga tidak ada tugas sama sekali sehingga dirinya sekarang berakhir bingung sendiri. Keira hanya lontang-lantung di rumah tanpa melakukan apa-apa dan itu tentu saja membuat Keira bingung. Sampai akhirnya Keira memiliki ide untuk belajar memasak. “Yap, gua kan belum bisa memasak ya! Kayaknya seru kalau gua belajar masak deh,” seru Keira dengan semangat dan langsung berlari ke arah dapur.Keira akhirnya berkutat dengan bahan-bahan dapur yang sebenarnya Keira sendiri tidak
Keinan dan Keira masih diam di tempat masing-masing. Setelah kejadian ciuman tadi, mereka berakhir untuk kembali ke rumah dan mengganti baju yang telah basah karena air hujan.Suara dering telepon memecah keheningan di antara keduanya. Namun, tidak ada yang bergerak untuk menjawab atau pun sekedar mengetahui siapa gerangan yang menelepon di larut malam seperti ini.“Mas angkat dulu teleponnya,” tutur Keira pelan kepada Keinan.“Ha? Ah, iya,” jawab Keinan canggung.Keinan langsung mencari letak ponselnya dan mengerutkan dahi ketika sebuah panggilan ia dapatkan dari om kerabat jauhnya.“Halo Om, ada apa?” tanya Keinan to the point.“Apa?” sentak Keinan.“Baik, aku akan segera ke sana,” jelas Keinan dan langsung menutup panggilan serta langsung bersiap-siap akan melangkah pergi.“Mau ke mana Mas?” tanya Keira yang justru bingung karena secara tiba-tiba suaminya berganti pakaian dan memakai jaket seperti orang yang akan berpergian.“Mas ada urusan, kamu tunggu Mas pulang di sini saja ya,”
Di sisi lain, Keinan melangkah tak tentu arah di sepanjang pinggir jalan. Dirinya bahkan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Keinan sudah terlihat seperti orang gila yang berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah.Hingga akhirnya dirinya melihat bayangan sosok Keira dari kejauhan. Keinan langsung menghampiri sosok itu dan memeluknya erat-erat dari belakang. “Sayang, akhirnya,” ucap Keinan lirih.Namun, saat dirinya mencium wangi parfum yang berbeda dari Keira. Keinan melepaskan pelukan itu dan melihat sosok yang dipeluknya. Dirinya begitu terkejut saat mengetahui jika orang itu bukanlah Keira istrinya.Orang itu memandang Keinan dengan pandangan risih dan berlalu begitu saja.Lain halnya dengan Keinan yang justru terpaku di tempat dan tersenyum kemudian. Dirinya menertawakan dirinya sendiri yang sudah kehilangan kewarasannya. “Hahaha sepertinya aku sudah gila!” ucap Keinan keras sambil menengadah ke atas langit. Di atas langit dirinya melihat awan malam yang begitu mendung siap
Entah sudah berapa lama kesadaran Keinan terenggut. Karena kini waktunya sudah berbeda, bahkan hari sudah berganti menjelang larut malam. Namun Keinan masih belum siuman juga.Ibu Nina yang terlihat paling merenung di dalam kepedihan melihat anak pertamanya terbaring di ranjang di rumah sakit dengan kondisi masih belum sadar. Sedangkan Raka sudah disuruh pulang karena esoknya anak itu masih tetap harus sekolah. Sehingga Hendra menyuruh Raka untuk pulang dan istirahat.Kini hanya tinggal sepasang suami istri itu saja di dalam lorong rumah sakit yang sepi. Sebenarnya mereka ingin menemani Keinan di dalam kamar inapnya. Akan tetapi, dokter mengatakan jika lebih baik menunggu Keinan sadar terlebih dahulu untuk memasuki kamar inapnya.Hal ini karena menurut sang dokter, Keinan membutuhkan waktu istirahat yang sangat banyak. Kehilangan kesadaran yang menjadi penyebab Keinan sampai pingsan adalah karena kurangnya waktu tidur dan asupan makanan yang menjadi nutrisi tubuhnya.Sehingga saat se
Keinan masih memandangi surat itu dengan hati yang berkecamuk. Benaknya begitu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ternyata bukan hanya sebuah surat yang dititipkan oleh Keira kepada Hendra. Tetapi juga sebuah kotak yang Keinan juga tidak dapat menebaknya.Setelah menguatkan hati dan menghela napas panjang. Keinan pun perlahan membuka sepucuk surat itu dengan tangan yang mulai dingin.Perlahan Keinan membaca deretan kalimat yang dirangkai Keira membuat hati Keinan sesak bukan main. Bahkan, air mata lolos di pipinya mengalir secara deras. Sebagai akibat Keinan yang tidak kuasa membendung bening kristal itu.“Bukan seperti itu sayang. Aku mencintaimu,” ucap Keinan pelan dengan sesenggukan memeluk surat itu.Berharap jika yang dipeluknya itu adalah Keira dan Keinan berbicara di depan Keira secara langsung.Keinan dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu hingga tangisnya kembali pecah. Kali ini lebih keras dari pada tadi.Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sedi
Keinan merasa lega karena sudah melakukan klarifikasi tapi entah kenapa justru seperti ada hal yang hilang darinya, tapi entah apa.Keinan benar-benar merasa tidak tenang sama sekali di hatinya. “Ada apa sebenarnya?” batinnya.Setelah klarifikasi yang berakhir lancar Keinan langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya berpikir untuk beristirahat sebentar setelah beberapa hari lupa bagaimana caranya mendapatkan kualitas tidur yang bagus.Keinan memasuki ruangan keluarga dengan padangan yang sudah sangat kuyu. Belum lagi pakaiannya yang sudah berantakan karena Keinan yang sudah melepas beberapa atribut yang dia pakai saat melakukan klarifikasi tadi.“Kamu mau minum, Nak?” tawar Nana kepada anaknya yang juga ikut prihatin dengan kondisi anaknya.Meskipun dirinya memahami betul jika itu merupakan salah dari Keinan. Akan tetapi, tetap saja sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya. Nina tetap tidak tega melihat anaknya terlihat begitu letih dan lebih kurus dar
Berita tentang skandal Keina dan Meina semakin meraja lela. Bagaimana tidak jika skandal itu melibatkan seorang pewaris Sanjaya Group dengan seorang artis papan atas yang bahkan mampu menempus bintang Hollywood. Desas-desus yang semakin beredar semakin membuat Nina khawatir dengan nasib pernikahan anaknya. Apalagi dari kabar terakhir yang ia dengan dari anaknya bahwa Keira masih belum mau ditemui. Keira juga terus-terusan libur dan mengambil surat dispensasi. “Ayah, apakah kita tidak seharusnya melakukan sesuatu?” tanya Nina dengan sorot mata kekhawatiran.Hendra menatap pancaran mata istrinya untuk menyelami maksud dari bunga permatanya itu. Hingga akhirnya Hendra mengangguk dan langsung bangkit menghubungi seseorang.Sedangkan di sisi lainnya, Keira yang sudah mengetahui dirinya hamil dan sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya tidak menyurutkan dirinya untuk tetap mendapatkan nilai sempurna dalam ujian perkuliahan.Kebetulannya, saat dimana Keira memergoki Keinan dan M
Keesokan harinya, Keinan tentu saja tidak menyerah untuk tetap berusaha menemui Keira. Meskipun sama seperti sebelumnya, Keira tetap tidak mau menemui dirinya. Begitu juga Rendra yang tetap tidak mengijinkan Keinan untuk bertemu dengannya.Keinan menatap sendu rumah bernuansa putih megah di depannya. Keinan yang masih tidak diijinkan masuk bahkan diusir itu pun hanya mampu menunggu di dalam mobil sembari berharap keajaiban akan datang. “Mas kangen sama kamu,” ucap Keinan sendu.Sedangkan di sisi lainnya, Keira sekarang tengah dilanda pusing yang sangat hebat. Hal ini karena tiba-tiba saja sejak tadi pagi Keira merasakan mual yang sangat luar biasa semenjak bangun tidur. Akibat mual tersebut Rendra pun menyuruh bibi rumah tersebut untuk membuat bubur untuk Keira.Biasanya Keira tidak memilki masalah dengan makanan nasi lembek berair tersebut. Akan tetapi, entah kenapa saat ini Keira justru semakin mual saat melihat bubur itu. Apalagi mencium bau bubur itu yang terasa sangat semerbak d
“Apa yang kau inginkan?” tandas Keinan dengan tajam. Sedangkan Meina yang ditatap seperti itu hanya mengulas senyum tipis, nampak tenang seakan tidak ada yang terjadi di antara keduanya.“Tenanglah dulu. Lebih baik kita nikmati minuman dulu”, titah Meina sambil mengambil cangkir yang ada di hadapannya. Sebuah cangkir cantik dengan gagang gelas yang sangat pas di cari serta hiasan dari cangkir itu yang bermotif bunga-bunga kecil. Masih terlihat kepulan asap panas dari cangkir itu melihatkan betapa nikmatnya jika cairan manis itu melumuri indra pengecapnya disertai dengan sensasi hangat yang menjalar ke tenggorokannya.Keinan hanya memandang Meina dengan sorot mata yang semakin menajam. Hal itu terlihat dari cara pandang Keinan yang semakin menyipit dan menyiratkan sebuah pandangan ketidaksukaan, bahkan terselip kemuakan di sana.Meina yang menyadari arah tatapan Keinan tersorot kepadanya. Meyunginggkan senyum manis yang sayangnya bagi Keinan nampak seperti sebuah senyuman palsu yang d
“Yaudah, kamu susul gih terus kasih penjelasan ke Keira. Hubungan kalian baik-baik saja kan sebelumnya?” tanya Nina yang menyadarkan sikap Keinan yang berubah tanpa sadar.Ya, Keinan berubah sikap karena bisnis yang sudah lama dirintisnya itu sedang mengalami beberapa masalah pokok yang bisa mengancam kelangsungan bisnis. Makanya Keinan sering pulang malam, berangkat lebih pagi, bahkan sulit dihubungi.‘Bodoh, apa yang telah kamu lakukan?’ maki Keinan terhadap dirinya sendiri.Secepat kilat dirinya langsung bangkit berdiri.“Kamu mau ke mana?” tanya Nina yang melihat Keinan bangkit.“Aku mau ke rumah Ayah Mertua, Ma,” ijin Keinan.“Yasudah, hati-hati,” peringat Nina mengizinkan Keinan.Keinan melangkahkan kakinya yang panjang itu dengan langkah lebar menuju ke mobilnya. Keinan langsung menyalakan mobilnya untuk keluar dari rumah keluarga Sanjaya itu dan melajukan mobilnya ke arah rumah keluarga Hadikusumo.Namun, baru saja akan keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dirinya sudah harus d