“Sayang!” teriak Keinan yang baru saja memasuki rumah.Namun, tidak mendapatkan sebuah jawaban sama sekali. ‘Kemana Keira?’Keinan berjalan menelusuri rumahnya untuk mencari istri kecilnya itu. Ia berkeliling dari ruang tamu, kamarnya, toilet, dan sekarang terakhir ia langsung ke taman samping rumah. Namun, tetap tidak ada.‘Apakah Keira ada di dapur?’ pikir Keinan menerka yang sebenarnya tidak yakin.Tidak mungkin dalam benaknya kalau Keira ada di dapur. Tapi, tetap saja Keinan melangkahkan kakinya ke arah dapur. Dan benar saja, dapur itu kosong tidak nampak tanda-tanda kehidupan di sana.“Apakah dia belum pulang?” monolog Keinan sendiri.Ia langsung mencari teleponnya dan menelopan kontak Keira yang ia namai sebagai ‘istri kecil’. Sekali telepon tidak dianggap, dua kali masih tidak diangkat. Sampai Keinan menelepon sebanyak lima kali tetap saja tidak diangkat. Tentu saja hal itu membuatnya kesal dan malah melempar teleponnya ke kasur kamarnya. Baru setelahnya ia mandi dan berharap
Minggu pagi yang sangat cerah, tapi tidak secerah mood Keira saat ini. Keira saat ini sedang memasukkan tumpukan baju kotor di mesin cuci. Ya, Keinan menyuruh Keira untuk mencuci baju dengan dirinya yang membersihkan rumah. Dari mulai menyapu, mengepel, mengelap barang-barang dan sebagainya.Sayangnya adalah Keira yang memang tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengoperasikan mesin cuci. Bahkan sekarang dirinya sedang bingung mau memencet apa dan bagaimana. “Ehm … gua harus masukin berapa banyak nih?” monolog Keira sambil melihat detergen di tangan kanannya.“Ehm,” menaikkan bahunya dan langsung memasukkan semua detergen itu.Setelahnya dengan santai Keira pergi meninggalkan mesin cuci itu dan di biarkan begitu saja. Namun, tanpa Keira sadari bahwa ia akan membuat sebuah bencana besar di rumah itu.Keira dengan santainya memakan buah yang telah ia potong kecil-kecil di depan sofa. Sambil melihat Keinan yang sibuk mondar-mandir membersihkan ruma
“Woi Ra!” ucap Satya yang tiba-tiba datang di depan Keira yang sedang makan.“Uhuk-uhuk,” Keira tersedak dengan kuah bakso yang pedas dan tentunya masih panas.“Eh, pelan-pelan dong!” Satya menepuk-nepuk punggung kecil Keira sambil menyodorkan minuman teh ke Keira.Keira langsung meminum minuman itu dengan sekali tenggak sampai hampir tandas.“Lo kalau datang nggak usah buat gua kaget dong!” ucap Keira kesal, tidak lupa memukul lengan atas Satya dengan keras.Satya hanya cengengesan dan langsung mengambil tempat duduk di samping Keira.“Ke mana yang lain? Kok tumben lo sendirian aja?” heran Satya.“Emang biasanya gua juga sendiri kali!” keluh Keira sambil memasukkan sesuap bakso yang lumayan besar ke mulut kecilnya.“Gua ada acara nanti malam. Lo mau ikut nggak?” tawar Satya dengan suara berbisik.“Apa?” tanya Keira dengan gerakan bibir.“Nanti malam ada balapan liar lagi. Taruhannya lumayan gede. Sepuluh juta,” bisik Satya mendekat ke telinga Keira.Mata Keira langsung melotot begitu
“Jadi kamu mau menjelaskan apa?” tanya Keinan dengan raut wajah sudah seperti seorang polisi yang mengintrogasi seorang tersangka.Keira hanya terdiam dengan wajah yang terus menunduk. Keira sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat wajah Keinan.Keinan yang melihat wajah Keira yang terlihat takut itu justru semakin memasang wajah yang bisa dibilang sangat sangar. Begitu meyeramkan bagi Keira. Entahlah, padahal dulu kalau ayahnya yang mengintrogasi dirinya ia sangat biasa saja. Tapi, kenapa saat Keinan yang seperti ini malah Keira terlihat sangat takut sekali.“Kenapa nggak ada suara sama sekali? Mendadak bisu kah kamu?” sarkas Keinan.Keira hanya mampu semakin menggigit bibirnya pelan. Sungguh ia bingung sekarang mau bagaimana. Sudah jelas dia sudah melanggar dengan tidak izin dengan Keinan. Masih ditambah dia malah ikut balap liar dengan jam pulang yang sudah telat. Ya, Keira sampai rumah tepat pukul 12 malam. Cukup malam, bukan sangat malam malah untuk seo
"Kami menuntut keadilan, benar?!""Benar!""Biaya UKT melejit, mahasiswa menjerit, setuju?!""Setuju!""Ra!" Panggil seseorang yang meneriakkan nama Keira.Sedangkan Keira masih sibuk untuk menimpali setiap orasi yang dikemukakan oleh salah satu mahasiswa yang menggunakan pengeras suara.Suasana siang hari yang terik itu bahkan tidak terasa karena banyaknya mahasiswa yang turun ke jalanan untuk menyerukan pendapat mereka.Keira yang ikut menyelip di dalamnya bahkan sempat terdorong-dorong itu tetep semangat untuk mengikuti aksi. Bahkan, Keira tidak segan untuk meneriakkan beberapa kata secara lantang. Ya, menurut Keira yang memang hidupnya sudah berkecukupan. Keira tidak pernah setuju akan biaya pendidikan yang menurutnya tetap mendominasi rakyat kecil dan justru semakin menjatuhkan. Keira justru menyukai bentuk-bentuk aksi yang mengatasnamakan keadilan. Namun, terdapat satu hal yang dilupakan oleh Keira."Keira awas!" Teriak salah satu cowok yang mencoba menghalangi kerumunan masa y
Sudah beberapa hari Keira hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sudah pasti jawabannya karena Keinan yang menghukum Keira untuk tetap di rumah saja. Bahkan, untung sekedar nongkrong dengan Winda dan Lala saja. Keira belum diperbolehkan dengan Keinan.“Gua bosen!” keluh Keira dengan nada rendah dan raut yang sangat mendung sama seperti langit sore itu yang memang gelap.Keira melihat televisi yang menyala di depannya dan kembali tiduran lagi di sofa. Sungguh seharian ini Keira memang tidak ada jadwal kuliah. Keira juga tidak ada tugas sama sekali sehingga dirinya sekarang berakhir bingung sendiri. Keira hanya lontang-lantung di rumah tanpa melakukan apa-apa dan itu tentu saja membuat Keira bingung. Sampai akhirnya Keira memiliki ide untuk belajar memasak. “Yap, gua kan belum bisa memasak ya! Kayaknya seru kalau gua belajar masak deh,” seru Keira dengan semangat dan langsung berlari ke arah dapur.Keira akhirnya berkutat dengan bahan-bahan dapur yang sebenarnya Keira sendiri tidak
Beberapa hari kemudian setelah Keira membaca isi pesan yang cukup membuat hatinya terguncang itu. Keira semakin melihat bentuk-bentuk perubahan sikap dari Keinan. Contohnya saja saat ini, Keinan jadi sering pulang terlambat dan menyuruh Keira pulang terlebih dahulu menggunakan jasa angkutan online.Ceklek. Suara pintu kamar terbuka membuat Keira terjengkit kaget sebentar.“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Keira yang berusaha nampak biasa saja.“Hemm,” jawab singkat Keinan yang langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa basa-basi lagi.Keira hanya berusaha untuk berbaik sangka. Mungkin Keinan terlalu lelah karena seharian berada di kampus. Tapi pertanyaannya sekarang adalah memang sampai jam berapa jam operasional kampus itu sampai harus membuat Keinan melembur dan pulang jam sepuluh kadang sampai jam sebelas malam?‘Tidak-tidak, aku tidak boleh menaruh rasa curiga kepada suamiku sendiri,’ tepis Keira dalam batinnya. Meskipun sebenarnya dalam benakknya masih terselip rasa penasaran dengan
“Ra, kamu nggak papa?” tanya Lala hati-hati.Mereka saat ini, Keira, Winda, dan Lala sedang duduk di kursi taman yang paling dekat dengan mall. Setelah melihat Keinan yang sedang memeluk wanita asing itu. Keira langsung pergi begitu saja. Bahkan, untuk mengejar Keira, Winda dan Lala sampai harus terpaksa meninggalkan mobil mereka di mall. Karena jika ditinggal untuk mengambil mobil maka Keira akan semakin lama tidak terkejar lagi.Keira masih diam terpaku. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Tapi Keira bahkan malah semakin terlihat murung dari kemaren lagi.Winda yang melihat itu pun memiliki inisiatif sendiri dan langsung bangkit pergi. Lala hanya membiarkan begitu saja Winda pergi. Tetapi Lala masih mencoba untuk menenangkan Keira.Keira dengan telate mengelus pundak kecil Keira yang memang terlihat lebih lemas dari biasanya itu. “Udah Ra, lo nggak boleh sedih terus begini,” ucap singkat Lala masih dengan gerakan tangannya yang mengusap-usap punggung Keira.Keira yang a