"Kami menuntut keadilan, benar?!""Benar!""Biaya UKT melejit, mahasiswa menjerit, setuju?!""Setuju!""Ra!" Panggil seseorang yang meneriakkan nama Keira.Sedangkan Keira masih sibuk untuk menimpali setiap orasi yang dikemukakan oleh salah satu mahasiswa yang menggunakan pengeras suara.Suasana siang hari yang terik itu bahkan tidak terasa karena banyaknya mahasiswa yang turun ke jalanan untuk menyerukan pendapat mereka.Keira yang ikut menyelip di dalamnya bahkan sempat terdorong-dorong itu tetep semangat untuk mengikuti aksi. Bahkan, Keira tidak segan untuk meneriakkan beberapa kata secara lantang. Ya, menurut Keira yang memang hidupnya sudah berkecukupan. Keira tidak pernah setuju akan biaya pendidikan yang menurutnya tetap mendominasi rakyat kecil dan justru semakin menjatuhkan. Keira justru menyukai bentuk-bentuk aksi yang mengatasnamakan keadilan. Namun, terdapat satu hal yang dilupakan oleh Keira."Keira awas!" Teriak salah satu cowok yang mencoba menghalangi kerumunan masa y
Sudah beberapa hari Keira hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sudah pasti jawabannya karena Keinan yang menghukum Keira untuk tetap di rumah saja. Bahkan, untung sekedar nongkrong dengan Winda dan Lala saja. Keira belum diperbolehkan dengan Keinan.“Gua bosen!” keluh Keira dengan nada rendah dan raut yang sangat mendung sama seperti langit sore itu yang memang gelap.Keira melihat televisi yang menyala di depannya dan kembali tiduran lagi di sofa. Sungguh seharian ini Keira memang tidak ada jadwal kuliah. Keira juga tidak ada tugas sama sekali sehingga dirinya sekarang berakhir bingung sendiri. Keira hanya lontang-lantung di rumah tanpa melakukan apa-apa dan itu tentu saja membuat Keira bingung. Sampai akhirnya Keira memiliki ide untuk belajar memasak. “Yap, gua kan belum bisa memasak ya! Kayaknya seru kalau gua belajar masak deh,” seru Keira dengan semangat dan langsung berlari ke arah dapur.Keira akhirnya berkutat dengan bahan-bahan dapur yang sebenarnya Keira sendiri tidak
Beberapa hari kemudian setelah Keira membaca isi pesan yang cukup membuat hatinya terguncang itu. Keira semakin melihat bentuk-bentuk perubahan sikap dari Keinan. Contohnya saja saat ini, Keinan jadi sering pulang terlambat dan menyuruh Keira pulang terlebih dahulu menggunakan jasa angkutan online.Ceklek. Suara pintu kamar terbuka membuat Keira terjengkit kaget sebentar.“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Keira yang berusaha nampak biasa saja.“Hemm,” jawab singkat Keinan yang langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa basa-basi lagi.Keira hanya berusaha untuk berbaik sangka. Mungkin Keinan terlalu lelah karena seharian berada di kampus. Tapi pertanyaannya sekarang adalah memang sampai jam berapa jam operasional kampus itu sampai harus membuat Keinan melembur dan pulang jam sepuluh kadang sampai jam sebelas malam?‘Tidak-tidak, aku tidak boleh menaruh rasa curiga kepada suamiku sendiri,’ tepis Keira dalam batinnya. Meskipun sebenarnya dalam benakknya masih terselip rasa penasaran dengan
“Ra, kamu nggak papa?” tanya Lala hati-hati.Mereka saat ini, Keira, Winda, dan Lala sedang duduk di kursi taman yang paling dekat dengan mall. Setelah melihat Keinan yang sedang memeluk wanita asing itu. Keira langsung pergi begitu saja. Bahkan, untuk mengejar Keira, Winda dan Lala sampai harus terpaksa meninggalkan mobil mereka di mall. Karena jika ditinggal untuk mengambil mobil maka Keira akan semakin lama tidak terkejar lagi.Keira masih diam terpaku. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Tapi Keira bahkan malah semakin terlihat murung dari kemaren lagi.Winda yang melihat itu pun memiliki inisiatif sendiri dan langsung bangkit pergi. Lala hanya membiarkan begitu saja Winda pergi. Tetapi Lala masih mencoba untuk menenangkan Keira.Keira dengan telate mengelus pundak kecil Keira yang memang terlihat lebih lemas dari biasanya itu. “Udah Ra, lo nggak boleh sedih terus begini,” ucap singkat Lala masih dengan gerakan tangannya yang mengusap-usap punggung Keira.Keira yang a
Pagi hari yang sangat cerah dengan suasana yang sangatlah nyaman untuk memulai hari. Rendra memulai paginya di weekend ini membaca berita online di tabletnya. Hal itu memang sering dilakukan oleh Rendra terutama untuk mengecek pergeseran grafik saham dan lain sebagainya. Namun, justru Rendra malah dikejutkan dengan sebuah berita yang nampak tidak sedap dilihat.Secepat kilat, Rendra langsung naik ke lantai atas untuk menemui anak semata wayangnya.“Keira! Bangun Nak!” panggil Rendra pelan dengan ketukan tangannya di pintu cokelat itu.Namun, setelah beberapa saat masih tidak ada jawaban. Rendra pun memustukan untuk membuka pintu kamar itu yang memang tidak dikunci ternyata. “Ra?” panggil Rendra sedikit ragu dengan situasi kamar yang sangat gelap dan hanya sebuah selimut yang menutupi seluruh badan Keira.Rendra pun secara perlahan menarik selimut itu guna mengetahui keadaan Keira. Akan tetapi, Keira menarik kembali selimut itu.“Ra?” panggil Rendra lagi yang kali ini sudah duduk di t
“Yaudah, kamu susul gih terus kasih penjelasan ke Keira. Hubungan kalian baik-baik saja kan sebelumnya?” tanya Nina yang menyadarkan sikap Keinan yang berubah tanpa sadar.Ya, Keinan berubah sikap karena bisnis yang sudah lama dirintisnya itu sedang mengalami beberapa masalah pokok yang bisa mengancam kelangsungan bisnis. Makanya Keinan sering pulang malam, berangkat lebih pagi, bahkan sulit dihubungi.‘Bodoh, apa yang telah kamu lakukan?’ maki Keinan terhadap dirinya sendiri.Secepat kilat dirinya langsung bangkit berdiri.“Kamu mau ke mana?” tanya Nina yang melihat Keinan bangkit.“Aku mau ke rumah Ayah Mertua, Ma,” ijin Keinan.“Yasudah, hati-hati,” peringat Nina mengizinkan Keinan.Keinan melangkahkan kakinya yang panjang itu dengan langkah lebar menuju ke mobilnya. Keinan langsung menyalakan mobilnya untuk keluar dari rumah keluarga Sanjaya itu dan melajukan mobilnya ke arah rumah keluarga Hadikusumo.Namun, baru saja akan keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dirinya sudah harus d
“Apa yang kau inginkan?” tandas Keinan dengan tajam. Sedangkan Meina yang ditatap seperti itu hanya mengulas senyum tipis, nampak tenang seakan tidak ada yang terjadi di antara keduanya.“Tenanglah dulu. Lebih baik kita nikmati minuman dulu”, titah Meina sambil mengambil cangkir yang ada di hadapannya. Sebuah cangkir cantik dengan gagang gelas yang sangat pas di cari serta hiasan dari cangkir itu yang bermotif bunga-bunga kecil. Masih terlihat kepulan asap panas dari cangkir itu melihatkan betapa nikmatnya jika cairan manis itu melumuri indra pengecapnya disertai dengan sensasi hangat yang menjalar ke tenggorokannya.Keinan hanya memandang Meina dengan sorot mata yang semakin menajam. Hal itu terlihat dari cara pandang Keinan yang semakin menyipit dan menyiratkan sebuah pandangan ketidaksukaan, bahkan terselip kemuakan di sana.Meina yang menyadari arah tatapan Keinan tersorot kepadanya. Meyunginggkan senyum manis yang sayangnya bagi Keinan nampak seperti sebuah senyuman palsu yang d
Keesokan harinya, Keinan tentu saja tidak menyerah untuk tetap berusaha menemui Keira. Meskipun sama seperti sebelumnya, Keira tetap tidak mau menemui dirinya. Begitu juga Rendra yang tetap tidak mengijinkan Keinan untuk bertemu dengannya.Keinan menatap sendu rumah bernuansa putih megah di depannya. Keinan yang masih tidak diijinkan masuk bahkan diusir itu pun hanya mampu menunggu di dalam mobil sembari berharap keajaiban akan datang. “Mas kangen sama kamu,” ucap Keinan sendu.Sedangkan di sisi lainnya, Keira sekarang tengah dilanda pusing yang sangat hebat. Hal ini karena tiba-tiba saja sejak tadi pagi Keira merasakan mual yang sangat luar biasa semenjak bangun tidur. Akibat mual tersebut Rendra pun menyuruh bibi rumah tersebut untuk membuat bubur untuk Keira.Biasanya Keira tidak memilki masalah dengan makanan nasi lembek berair tersebut. Akan tetapi, entah kenapa saat ini Keira justru semakin mual saat melihat bubur itu. Apalagi mencium bau bubur itu yang terasa sangat semerbak d