“Keira! Dari mana saja kamu?!” Rendra atau Ayah Keira menaikkan nada bicaranya.
Keira hanya diam dan seolah-olah sudah terbiasa dengan nada tinggi yang keluar dari Ayahnya. Keira justru malah berlalu begitu saja tanpa berniat menjawab pertanyaan Rendra. “Keira! Ayah bicara sama kamu!” tegas Rendra sekali lagi.“Oh, Ayah bicara dengan aku toh. Kenapa? Bukannya Ayah biasa sibuk dengan kerjaan Ayah yang nggak pernah berhenti itu. Tumben banget Ayah peduli sama apa yang aku lakuin,” jawab Keira santai.Rendra yang marah dengan jawaban sang anak tanpa sadar melayangkan tamparan yang cukup keras sampai suaranya menggelegar di ruangan itu.Keira tertawa sinis. “Inilah Ayah sekarang. Ayah sudah bukan Ayah yang aku kenal!” ucap Keira sambil menatap Ayahnya dengan sorot mata yang tajam.Setelah mengatakan itu Keira berniat untuk naik ke tangga namun kembali terhenti karena ucapan sang Ayah.“Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah.”“Aku tidak suka diatur Ayah!” Keira berbalik dan menatap perih yang bercampur marah ke Ayahnya.“Keputusan Ayah tidak bisa diganggu gugat. Besok, kita akan makan malam untuk pertemuan dua keluarga. Ayah harap kamu tidak kabur!” tekan Rendra sebelum pergi meninggalkan Keira.Keira yang mendengar hal itu mengepalkan kedua tangannya erat dan langsung berlari ke kamarnya.Air matanya tumpah di kasur kesayangannya. Sambil menatap foto almarhumah ibunya, Keira terus menangis sesenggukan.“Kenapa Bu? Ayah jahat ke Keira! Keira cuman mau Ayah merhatiin Keira. Keira jadi baik, Ayah nggak pernah kasih perhatian ke Keira. Keira nakal pun Ayah tetap nggak peduli. Sebenarnya, Keira salah apa sih Bu?” Keira yang menangis sesenggukan tetap berbicara sendiri meskipun dengan tersendat-sendat.Sedangkan di luar pintu kamar Keira, Rendra mendengar semua itu. Rendra tahu, dirinya berubah sejak istri tercintanya meninggal dunia karena tervonis kanker. Rendra sudah mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja dan tidak berniat untuk mengacuhkan Keira. Tapi wajah Keira sekarang yang justru semakin mirip dengan almarhumah istrinya itu selalu menghambat Rendra untuk dekat dengan Keira.Rendra membuka pintu kamar Keira setelah tidak mendengar isak tangis lagi. Rendra menatap anak semata wayangnya dengan sedih dan mengusap pipi sang anak yang berwarna merah. Bekas tamparan tangan besarnya.“Maafkan, Ayah!” ucap Rendra pelan dan membelai rambut Keira.Rendra tidak menutup mata akan tangisan Keira selama ini. Tapi entah kenapa saat di depan Keira semua raganya seolah tidak terkendali dan malah selalu melukai Keira.“Ayah harap, pilihan Ayah adalah orang yang tepat yang mampu menyembuhkan luka hati kamu!” bisik Rendra dan mengecup pelan dahi Keira.***Keesokan malamnya, Keira sudah berdandan rapi dan sedang duduk di kursi makan dengan keluarga teman Ayahnya. Lebih tepatnya dengan keluarga yang akan dijodohkan dengannya.“Wah, Keira cantik ya ternyata!” seru Nina. Seorang istri dari Hendra Wijaya.“Iya, kamu beruntung memiliki anak yang cantik seperti Keira!” ucap Hendra menimpali ucapan istrinya.Keira hanya mampu tersenyum dengan pujian itu. Bukan berniat sombong atau apa. Tapi pujian cantik itu selalu didapatkannya sejak kecil dan itu bukan hal baru baginya.“Keira!” bisik Ayahnya sambil menyenggol tangan Keira.Keira hanya acuh dan malah makan makanan yang dihidangkan di meja itu dengan lahap.“Oh, ya ngomong-ngomong anak kamu mana, Hen?” tanya Rendra.“Oh, iya ya. Bentar deh, coba ku telepon dulu!”Hendra pun pamit keluar dan menelepon anaknya.Selagi Hendra keluar, Keira terus memegangi perutnya dan mengerutkan dahinya.“Kamu kenapa?” tanya Rendra.“Yah, perut Keira sakit. Keira ijin ke toilet ya!”“Ya sudah sana, cepat!”Keira pun mengambil tasnya dan ke belakang menuju toilet. Jangan salah, Keira lurus terus melewati toilet restoran itu dan malah sampai ke pintu belakang restoran. Keira bahkan masuk ke dapur tadi yang mendapatkan tatapan aneh dari para pegawainya.“Huft, akhirnya bisa keluar!” ucap Keira pelan dan berjalan dengan santai ke jalan raya.Namun, Keira yang tidak melihat kanan-kiri hampir tertabrak dengan sebuah mobil yang menepikan mobilnya untuk masuk ke area parkir restoran itu.“Hei! Bawa mobil yang bener dong!” teriak Keira.Pasalnya mobil itu langsung jalan saja tanpa berhenti. Padahal Keira sudah hampir tertabrak.Mobil mewah berwarna merah itu terparkir dengan apik di depan restoran. Seorang laki-laki tampan yang mengenakan kaos santai namun terlapisi jas nampak keluar dari mobil itu. Laki-laki itu menatap Keira sebentar sebelum memutar langkah kakinya dan malah masuk ke dalam restoran.“Wah, gila! Aku diacuhkan!” omel Keira.“Lihat saja nanti! Kalau ketemu lagi!”Sedang di sisi lain, Hendra terlihat kembali ke meja makan malam hari itu.“Mana Ken, Yah?” tanya Nina.“Sebentar lagi katanya udah mau datang. Lho ini Keira ke mana?” tanya Hendra.“Oh, Keira lagi ijin ke toilet,” jawab Rendra.“Maaf, saya terlambat!” ucap seorang laki-laki tampan tadi.“Oh, iya silahkan duduk!” Rendra menyambut dengan ramah.Laki-laki itu melepas kaca matanya dan menatap lurus kursi kosong yang ada di hadapannya. Lalu, mengalihkan tatapannya ke arah Ibunya.Ibunya yang paham maksud Keinan langsung menjawab, “Sebentar, orangnya lagi di toilet.”Keinan hanya diam dan mengangguk pelan.Setelah cukup lama menunggu Keira ternyata tidak datang-datang dan Rendra pamit untuk mengecek anaknya di toilet. Saat Rendra sampai di toilet, tentu saja tidak ada siapa-siapa di sana. Wajah Rendra sudah merah madam mengetahui anaknya lagi-lagi kabur dari acara penting.“Maaf, barusan Keira kasih kabar kalau tubuhnya lagi nggak enak badan dan pamit pulang,” ucap Rendra dengan senyuman yang terpatri. Namun, jelas itu bukan senyuman tulus. Hanya senyuman untuk menutupi kemarahan yang bercokol di dalam hatinya.“Tapi Keira baik-baik saja kan?” tanya Nina khawatir.“Ah, iya baik-baik saja kok. Buktinya masih bisa pulang sendiri,” jawab Rendra tersenyum kikuk.“Syukurlah! Lalu, bagaimana dengan perjodohan ini?” tanya Hendra.Semua orang diam. Sampai laki-laki muda nan tampan yang datang terlambat itu berbicara. “Perjodohan tidak akan dibatalkan. Saya sudah tahu Keira seperti apa dan saya mau menjadi suami Keira,” ucap Keinan tegas dan lugas.“Kamu serius?” Rendra nampak bahagia tentunya.Bukan maksud Rendra mengingkari tanggung jawabnya. Akan tetapi, Keira memang sudah tidak mempan dengan nasehat dari Rendra. Sehingga Rendra berharap, Keira akan berubah jika ia memiliki suami dan menjadi seorang istri.Suara deruman sepeda motor terdengar bersaut-sautan malam itu. Keira terlihat sedang menggembor-nggemorkan motornya. Hingga sebuah bendera diayunankan dan kedua motor metic itu melesat dengan cepat. Tentu saja hasilnya Keira yang menang yang saat itu.“Huuu!” Teriak heboh semua orang di sana.Keira turun dari motornya dengan gaya kerennya dan melepas helmnya. Tak lupa ia menghempaskan rambut panjang lurusnya. Siapa pun yang melihatnya pasti juga akan terpesona dengan Keira.“Wah, gila lo keren banget!” sapa Winda, teman sekaligus sahabat Keira.“Iya dong, Keira emang selalu keren!” ucap Lala, teman Keira yang juga sedikit konyol.“Gue tahu kalau gue keren kok!” ucap Keira lalu menghampiri seorang cewek lain di seberangnya.Terlihat cewek itu melemparkan segepok uang ke Keira. “Kali ini gua biarin lo menang, tapi lain kali gua nggak bakal diem saja!” ucap cewek itu sombong. Sebut saja Sarah.Keira hanya mengayun-ayunkan uangnya dan ber-smrik ria. Setelah mendapatkan uang taruhan itu, K
Keesokannya, Keira terbangun dari tidurnya karena merasa geli di tengkuk lehernya. Keira yang merasa aneh pun membalikkan tubuhnya dan alangkah terkejutnya saat dirinya justru disuguhi dengan pemandangan wajah Keinan yang sedang terlalap tidur. Saat Keira melihat Keinan bergerak, Keira langsung pura-pura tidur. Namun, saat Keira justru merasakan tangan Keinan memeluk dirinya layaknya bantal guling. Dengan spontan Keira langsung mendorong Keinan yang masih tidur hingga terjatuh ke lantai.Gedebuk. Suara Keinan jatuh ke lantai.Keinan langsung terbangun dari tidurnya saat badannya merasakan keras dan dinginnya lantai kamar Keira.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Keinan marah kepada Keira.Keira yang ditanya justru sibuk menyilangkan kedua tangannya di dada. “L-lo sendiri apa maskudnya hah?!” Keira menaikkan nada bicaranya.Keinan yang tidak paham jelas mengernyitkan dahinya. Namun, tak lama kemudian Keinan paham jika dirinya ternyata tanpa sadar memeluk Keira yang tertidur bukannya guling
“Baca ini!” ucap Keinan yang memberikan sebuah kertas dengan ketikan rapi yang tertulis di sana.Keira menerima kertas dan membaca kertas itu.“Apa ini?”“Kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya, kesepakatan. Kamu terlihat tidak nyaman dengan hubungan ini. Oleh karena itu, mari kita buat kesepakatan ini agar kita sama-sama nyaman.”Keira mengernyitkan dahi. Keira membaca poin-poin dari isi kesepakatan itu. Diantaranya adalah untuk tidur pisah kamar dan Keira yang harus menuruti apa keinginan Keinan.“Kenapa poin gua harus nurut ke lo dua kali?” tanya Keira.“Saya tahu kamu suka memberontak. Kalau saya tidak menulis dua kali nanti kamu beralasan lupa.”Keira hanya mampu menatap tidak percaya dengan penjelasan Keinan.“Sudah, patuhi saja! Oh, iya ingat itu bukan kesepakatan lebih tepatnya itu adalah surat pemberitahuan dari saya!” tegas Keinan dan bangkit berdiri.“Pak, tunggu! Saya juga mau ajuin satu poin penting.”Keinan menaikkan alisnya pertanda menyilakan kepada Keira.“Kita jangan sal
Keira terlihat melamun sekarang padahal di depannya sudah terdapat makanan yang ia pesan. “Ra, lo kenapa?” tanya Winda.Saat ini Keira, Winda, dan Lala sedang berada di kantin universitas.“Hah!” Keira menekuk wajahnya dan membenamkan wajahnya di meja kantin.“Lo kenapa sih?” tanya Lala heran.“Gua mau mati aja!” ucap Keira lebay.“Eh … ya jangan dong! Kalau lo mati kita susah dapet uang taruhan balapan lagi!” peringat Lala.Keira menatap Lala dengan mematikan. “Eh-ehm maksud gua kalau lo mati kita bakal sedih dong!” ucap Lala.“Udah, nggak usah dengerin si Lala. Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Winda.“Lo emang sahabat yang paling ngerti gua, Win!” Keira langsung memeluk Winda tanpa malu.“Lo kenapa sih?” tanya Winda yang heran dengan tingkah sang sahabat.Keira tentu tidak mungkin memeluk Winda sampai begini jika tidak ada masalah. Keira bukan tipe perempuan yang suka main skinsip.“Nggak papa kok!” ucap Keira yang sudah kembali biasa.‘Gua lupa, nggak ada satu pun dari mereka yang
Saat ini Keira sedang duduk sambil mengenggam segelas teh hangat yang dibuatkan Keinan kepadanya. Keira memandang Keinan yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di dalam laptopnya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi lebih. Sebentar lagi sudah akan jam empat, tapi Keinan bukannya tidur lagi malah sibuk dengan laptopnya.Keira mencuri-curi pandang kepada Keinan.“Kenapa?” tanya Keinan yang sadar jika Keira sejak tadi mencuri pandang padanya.“B-bapak nggak tidur?” tanya Keira kikuk.Keinan menukikkan alisnya, “Bapak?”Keira memandang Keinan bingung.Keinan mengembuskan napas, “Mas, Keira,” desis Keinan.“O-oh iya, Mas, maksudnya Mas nggak tidur?” Keira menampilkan wajah malu bercampur kaget.‘Duh, sial malu-maluin gua!’ umpat Keira dalam hati.“Saya terbiasa untuk bangun pagi Keira. Memeriksa perkerjaan mahasiswa saya sebelum berangkat ke universitas.”“Tapi kan hari ini hari minggu, Pak?”“Pak?”“M-maksudnya Mas.”Keinan geleng-geleng kepala.“Biasakan untuk panggi
“Gimana rasanya?” tanya Keinan penasaran."Ehm, rasanya ...."Alih-alih menjawab langsung, Keira justru menelan nasi goreng di mulutnya sampai habis dan memberi jeda sebentar. Menatap wajah Keinan yang sangat menunggu komentarnya itu membuat Keira merasa tertarik untuk menjahili Keinan.“Aku belum pernah ngerasain rasa nasi goreng yang kaya gini sih,” ucap Keira datar dengan wajah dibuat bingung dan melirik Keinan untuk tahu ekspresi Keinan.Keira menaikkan sudut bibirnya saat melihat Keinan menunduk dan terlihat kecewa dengan komentarnya.“Rasanya benar-benar fantastis! Sampai-sampai aku nggak bisa komentar lagi! Kalau ada nasi goreng terenak di dunia, pasti ini!” ucap Keira kemudian dengan menggebu-nggebu sambil menunjuk nasi goreng.Keinan tersenyum mendengar kalimat pujian dari Keira.Keira yang melihat senyum Keinan itu merasa jika Keinan imut seperti anak kucing sehingga Keira tanpa sadar mengelus kepala Keinan pelan. Sampai saat Keira menyadarinya, wajah Keinan sudah memerah mal
Keinan yang sudah akan beranjak pergi kembali berbalik dan justru melangkah mendekati Keira.'A-apa ini?' batin Keira.Keira yang gugup dan sekaligus terkejut justru menutup matanya. Hingga Keira merasakan sebuah benda kenyal dan sedikit basah menyentuh pipinya. Keira langsung melotot kaget dan bercampur heran ke arah Keinan.Keinan masih belum menjauhkan wajahnya setelah mengecup pipi Keira. Keinan justru tersenyum manis di hadapan Keira sambil menyampirkan anak rambut Keira yang terjatuh menutupi wajah cantik Keira."Saya sudah bilang kan kalau saya akan mencium kamu jika kamu memanggil saya 'Pak' lagi? Saya tahu kamu suka, tapi tolong jangan disengaja, oke?" Ucap Keinan dengan nada rendah menggoda dan diakhiri kedipan mata saat mengucap kata 'oke'.Setelahnya Keinan berlalu begitu saja seakan-akan tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Keira. Sedangkan Keira masih termangu dalam keterkagetannya. Keira bisa merasakan degup jantungnya yang cepat sekali. Rasanya sampai mau meledak.
Keira menjatuhkan Sarah dan menduduki Sarah bersiap untuk memukul wajah Sarah. Namun, seseorang berhasil menahan pergelengan tangan Keira.“Apa?!” ucap Keira dengan nada tinggi yang diakhiri pelototan saat tahu siapa yang menahan tangannya.Orang itu manarik Keira berdiri dan memisahkan Keira dengan Sarah.“P-pak!” ucap Sarah dengan kikuk karena saat ini dihadapannya ada seorang dosen ganteng yang sedang menatap tajam dirinya.Sarah tentu tahu siapa Keinan yang merupakan seorang dosen muda ganteng yang memang menjadi topik terpanas di kampus ini. Meskipun sebenarnya Sarah belum pernah diajar secara langsung dengan Keinan.“Kalian berdua ikut saya ke ruangan saya!” ucap Keinan dingin dan berlalu begitu saja.Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, Keira dan Sarah langsung mengikuti langkah Keinan.Sekarang mereka berakhir di ruangan segi empat yang tidak terlalu besar milik Keinan Sanjaya.“Jadi, sebenarnya kenapa kalian sampai berkelahi seperti anak kacil begitu?” tanya Keinan sambil me
Keinan dan Keira masih diam di tempat masing-masing. Setelah kejadian ciuman tadi, mereka berakhir untuk kembali ke rumah dan mengganti baju yang telah basah karena air hujan.Suara dering telepon memecah keheningan di antara keduanya. Namun, tidak ada yang bergerak untuk menjawab atau pun sekedar mengetahui siapa gerangan yang menelepon di larut malam seperti ini.“Mas angkat dulu teleponnya,” tutur Keira pelan kepada Keinan.“Ha? Ah, iya,” jawab Keinan canggung.Keinan langsung mencari letak ponselnya dan mengerutkan dahi ketika sebuah panggilan ia dapatkan dari om kerabat jauhnya.“Halo Om, ada apa?” tanya Keinan to the point.“Apa?” sentak Keinan.“Baik, aku akan segera ke sana,” jelas Keinan dan langsung menutup panggilan serta langsung bersiap-siap akan melangkah pergi.“Mau ke mana Mas?” tanya Keira yang justru bingung karena secara tiba-tiba suaminya berganti pakaian dan memakai jaket seperti orang yang akan berpergian.“Mas ada urusan, kamu tunggu Mas pulang di sini saja ya,”
Di sisi lain, Keinan melangkah tak tentu arah di sepanjang pinggir jalan. Dirinya bahkan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Keinan sudah terlihat seperti orang gila yang berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah.Hingga akhirnya dirinya melihat bayangan sosok Keira dari kejauhan. Keinan langsung menghampiri sosok itu dan memeluknya erat-erat dari belakang. “Sayang, akhirnya,” ucap Keinan lirih.Namun, saat dirinya mencium wangi parfum yang berbeda dari Keira. Keinan melepaskan pelukan itu dan melihat sosok yang dipeluknya. Dirinya begitu terkejut saat mengetahui jika orang itu bukanlah Keira istrinya.Orang itu memandang Keinan dengan pandangan risih dan berlalu begitu saja.Lain halnya dengan Keinan yang justru terpaku di tempat dan tersenyum kemudian. Dirinya menertawakan dirinya sendiri yang sudah kehilangan kewarasannya. “Hahaha sepertinya aku sudah gila!” ucap Keinan keras sambil menengadah ke atas langit. Di atas langit dirinya melihat awan malam yang begitu mendung siap
Entah sudah berapa lama kesadaran Keinan terenggut. Karena kini waktunya sudah berbeda, bahkan hari sudah berganti menjelang larut malam. Namun Keinan masih belum siuman juga.Ibu Nina yang terlihat paling merenung di dalam kepedihan melihat anak pertamanya terbaring di ranjang di rumah sakit dengan kondisi masih belum sadar. Sedangkan Raka sudah disuruh pulang karena esoknya anak itu masih tetap harus sekolah. Sehingga Hendra menyuruh Raka untuk pulang dan istirahat.Kini hanya tinggal sepasang suami istri itu saja di dalam lorong rumah sakit yang sepi. Sebenarnya mereka ingin menemani Keinan di dalam kamar inapnya. Akan tetapi, dokter mengatakan jika lebih baik menunggu Keinan sadar terlebih dahulu untuk memasuki kamar inapnya.Hal ini karena menurut sang dokter, Keinan membutuhkan waktu istirahat yang sangat banyak. Kehilangan kesadaran yang menjadi penyebab Keinan sampai pingsan adalah karena kurangnya waktu tidur dan asupan makanan yang menjadi nutrisi tubuhnya.Sehingga saat se
Keinan masih memandangi surat itu dengan hati yang berkecamuk. Benaknya begitu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ternyata bukan hanya sebuah surat yang dititipkan oleh Keira kepada Hendra. Tetapi juga sebuah kotak yang Keinan juga tidak dapat menebaknya.Setelah menguatkan hati dan menghela napas panjang. Keinan pun perlahan membuka sepucuk surat itu dengan tangan yang mulai dingin.Perlahan Keinan membaca deretan kalimat yang dirangkai Keira membuat hati Keinan sesak bukan main. Bahkan, air mata lolos di pipinya mengalir secara deras. Sebagai akibat Keinan yang tidak kuasa membendung bening kristal itu.“Bukan seperti itu sayang. Aku mencintaimu,” ucap Keinan pelan dengan sesenggukan memeluk surat itu.Berharap jika yang dipeluknya itu adalah Keira dan Keinan berbicara di depan Keira secara langsung.Keinan dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu hingga tangisnya kembali pecah. Kali ini lebih keras dari pada tadi.Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sedi
Keinan merasa lega karena sudah melakukan klarifikasi tapi entah kenapa justru seperti ada hal yang hilang darinya, tapi entah apa.Keinan benar-benar merasa tidak tenang sama sekali di hatinya. “Ada apa sebenarnya?” batinnya.Setelah klarifikasi yang berakhir lancar Keinan langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya berpikir untuk beristirahat sebentar setelah beberapa hari lupa bagaimana caranya mendapatkan kualitas tidur yang bagus.Keinan memasuki ruangan keluarga dengan padangan yang sudah sangat kuyu. Belum lagi pakaiannya yang sudah berantakan karena Keinan yang sudah melepas beberapa atribut yang dia pakai saat melakukan klarifikasi tadi.“Kamu mau minum, Nak?” tawar Nana kepada anaknya yang juga ikut prihatin dengan kondisi anaknya.Meskipun dirinya memahami betul jika itu merupakan salah dari Keinan. Akan tetapi, tetap saja sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya. Nina tetap tidak tega melihat anaknya terlihat begitu letih dan lebih kurus dar
Berita tentang skandal Keina dan Meina semakin meraja lela. Bagaimana tidak jika skandal itu melibatkan seorang pewaris Sanjaya Group dengan seorang artis papan atas yang bahkan mampu menempus bintang Hollywood. Desas-desus yang semakin beredar semakin membuat Nina khawatir dengan nasib pernikahan anaknya. Apalagi dari kabar terakhir yang ia dengan dari anaknya bahwa Keira masih belum mau ditemui. Keira juga terus-terusan libur dan mengambil surat dispensasi. “Ayah, apakah kita tidak seharusnya melakukan sesuatu?” tanya Nina dengan sorot mata kekhawatiran.Hendra menatap pancaran mata istrinya untuk menyelami maksud dari bunga permatanya itu. Hingga akhirnya Hendra mengangguk dan langsung bangkit menghubungi seseorang.Sedangkan di sisi lainnya, Keira yang sudah mengetahui dirinya hamil dan sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya tidak menyurutkan dirinya untuk tetap mendapatkan nilai sempurna dalam ujian perkuliahan.Kebetulannya, saat dimana Keira memergoki Keinan dan M
Keesokan harinya, Keinan tentu saja tidak menyerah untuk tetap berusaha menemui Keira. Meskipun sama seperti sebelumnya, Keira tetap tidak mau menemui dirinya. Begitu juga Rendra yang tetap tidak mengijinkan Keinan untuk bertemu dengannya.Keinan menatap sendu rumah bernuansa putih megah di depannya. Keinan yang masih tidak diijinkan masuk bahkan diusir itu pun hanya mampu menunggu di dalam mobil sembari berharap keajaiban akan datang. “Mas kangen sama kamu,” ucap Keinan sendu.Sedangkan di sisi lainnya, Keira sekarang tengah dilanda pusing yang sangat hebat. Hal ini karena tiba-tiba saja sejak tadi pagi Keira merasakan mual yang sangat luar biasa semenjak bangun tidur. Akibat mual tersebut Rendra pun menyuruh bibi rumah tersebut untuk membuat bubur untuk Keira.Biasanya Keira tidak memilki masalah dengan makanan nasi lembek berair tersebut. Akan tetapi, entah kenapa saat ini Keira justru semakin mual saat melihat bubur itu. Apalagi mencium bau bubur itu yang terasa sangat semerbak d
“Apa yang kau inginkan?” tandas Keinan dengan tajam. Sedangkan Meina yang ditatap seperti itu hanya mengulas senyum tipis, nampak tenang seakan tidak ada yang terjadi di antara keduanya.“Tenanglah dulu. Lebih baik kita nikmati minuman dulu”, titah Meina sambil mengambil cangkir yang ada di hadapannya. Sebuah cangkir cantik dengan gagang gelas yang sangat pas di cari serta hiasan dari cangkir itu yang bermotif bunga-bunga kecil. Masih terlihat kepulan asap panas dari cangkir itu melihatkan betapa nikmatnya jika cairan manis itu melumuri indra pengecapnya disertai dengan sensasi hangat yang menjalar ke tenggorokannya.Keinan hanya memandang Meina dengan sorot mata yang semakin menajam. Hal itu terlihat dari cara pandang Keinan yang semakin menyipit dan menyiratkan sebuah pandangan ketidaksukaan, bahkan terselip kemuakan di sana.Meina yang menyadari arah tatapan Keinan tersorot kepadanya. Meyunginggkan senyum manis yang sayangnya bagi Keinan nampak seperti sebuah senyuman palsu yang d
“Yaudah, kamu susul gih terus kasih penjelasan ke Keira. Hubungan kalian baik-baik saja kan sebelumnya?” tanya Nina yang menyadarkan sikap Keinan yang berubah tanpa sadar.Ya, Keinan berubah sikap karena bisnis yang sudah lama dirintisnya itu sedang mengalami beberapa masalah pokok yang bisa mengancam kelangsungan bisnis. Makanya Keinan sering pulang malam, berangkat lebih pagi, bahkan sulit dihubungi.‘Bodoh, apa yang telah kamu lakukan?’ maki Keinan terhadap dirinya sendiri.Secepat kilat dirinya langsung bangkit berdiri.“Kamu mau ke mana?” tanya Nina yang melihat Keinan bangkit.“Aku mau ke rumah Ayah Mertua, Ma,” ijin Keinan.“Yasudah, hati-hati,” peringat Nina mengizinkan Keinan.Keinan melangkahkan kakinya yang panjang itu dengan langkah lebar menuju ke mobilnya. Keinan langsung menyalakan mobilnya untuk keluar dari rumah keluarga Sanjaya itu dan melajukan mobilnya ke arah rumah keluarga Hadikusumo.Namun, baru saja akan keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dirinya sudah harus d