Keira terlihat melamun sekarang padahal di depannya sudah terdapat makanan yang ia pesan.
“Ra, lo kenapa?” tanya Winda.Saat ini Keira, Winda, dan Lala sedang berada di kantin universitas.“Hah!” Keira menekuk wajahnya dan membenamkan wajahnya di meja kantin.“Lo kenapa sih?” tanya Lala heran.“Gua mau mati aja!” ucap Keira lebay.“Eh … ya jangan dong! Kalau lo mati kita susah dapet uang taruhan balapan lagi!” peringat Lala.Keira menatap Lala dengan mematikan.“Eh-ehm maksud gua kalau lo mati kita bakal sedih dong!” ucap Lala.“Udah, nggak usah dengerin si Lala. Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Winda.“Lo emang sahabat yang paling ngerti gua, Win!” Keira langsung memeluk Winda tanpa malu.“Lo kenapa sih?” tanya Winda yang heran dengan tingkah sang sahabat.Keira tentu tidak mungkin memeluk Winda sampai begini jika tidak ada masalah. Keira bukan tipe perempuan yang suka main skinsip.“Nggak papa kok!” ucap Keira yang sudah kembali biasa.‘Gua lupa, nggak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau gua udah nikah. Nikahnya sama dosen gila yang sialnya suami gua lagi!’Keira menyebut Keinan gila bukan tanpa alasan. Keinan mengancam akan mengumumkan pernikahan mereka jika sampai Keinan mengetahui Keira yang tidur di kelas lagi.“Hiks! Kenapa gua dapat suami modelan kaya gitu!” gumam Keira pelan.“Kenapa, Ra?” tanya Lala.Keira hanya menggeleng dengan pelan meratapi nasibnya.“Eh, lo tahu nggak kalau ada dosen ganteng lho di fakultas psikologi! Ra, lo tahu nggak?” ucap Lala yang mulai bergosip ria.“Tapi bukannya gua denger tuh dosen baru aja nikah ya!” ucap Winda.“Lah, bener lo! Gila sih, cewek mana coba yang berhasil gaet tuh dosen! Lo tahu, dosen itu wajahnya oke sih. Tapi katanya killer abis, belum lagi tuh dosen sampe disebut psikopatnya dari jurusan psikologi,” ucap Lala yang mendrama.“Kok bisa?” heran Winda.“Iya, dosen itu nggak pernah kasih hukuman yang tanggung-tanggung ke mahasiswanya. Tapi bahkan hukumannya langsung kena mental dong!”“Wah, gila padahal dosen psikologi masa buat mahasiswa kena mental sih?!” ucap Winda tidak percaya.Keira yang sejak tadi mendengar obrolan mereka bergumam, “Bener banget, mental gua langsung kena.”“Apa, Ra?” tanya Lala lagi karena Keira hanya bergumam saja.“Btw, Ra ini bakso kalau nggak dimakan biar gua makan ya!”“Ambil aja, gua nggak napsu makan.”“Rara!” teriak seorang cowok dari jauh.Cowok itu berlari dan langsung duduk di samping Keira. Tentu saja cowok menggeser duduknya Winda.“Sat, lo apa-apaan sih!” keluh Winda yang hampir terjatuh. Untung saja Winda sempat berdiri terlebih dahulu, jadi dirinya tidak terdorong sampai jatuh ke lantai.“Maap-maap, sengaja gua!”“Sialan lo!” umpat Keira sambil menabok lengan Satya.“Ra, lo nanti malam ada acara nggak?” tanya Satya.“Napa?”“Nonton gua balapan ya!”Keira mengernyitkan dahi berpikir, jika dirinya menonton balapan nanti malam otomatis itu akan mempersingkat pertemuannya dengan Keinan. Secara Keinan pasti sudah tidur jam 11, biasa balapan liar itu bahkan baru dimulai jam 2 pagi. Jadi Keira bisa pulang kisaran jam 3 pagi. Itu kesempatan bagus.“Oke, gua nonton!” ucap Keira semangat.***Malamnya, di sebuah jalanan yang jauh dari keramain terdapat banyak anak muda yang sudah berkumpul. Tidak terkecuali dengan Keira, Winda, dan Lala. Tentu wajib hukumnya bagi mereka untuk menonton balapan liar itu. Jika tidak menonton maka akan sama kehilangan sebagian jiwanya seperti para fans K-pop.“Ra, lo yakin nggak papa jam segini belum pulang?” tanya Winda yang sedikit khawatir.Winda tahu bagaimana kerasnya Ayah Keira jika sampai tahu Keira belum pulang jam segini. Apalagi ditambah sejak pulang kuliah Keira justru malah main dan tidur di rumahnya. Keira belum pulang sampai sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi.“Huu!” teriak anak-anak muda itu begitu melihat Satya yang berhasil sampai pertama di garis bisnis.“Wah, lo keren banget, Sat!” ucap Lala yang terpesona dengan Satya.Lala memang menyukai Satya, tapi Lala tidak pernah mengutarakan perasaannya. Apalagi saat melihat Satya yang selama ini selalu mengejar-ngejar Keira. Lala tahu, tidak ada tempat lagi untuknya di hati Satya.“Ra, udah malam lho ini! Lo gua anterin pulang aja!” Satya tidak menanggapi lontaran pujian dari Lala. Tapi justru langsung mengajak Keira untuk pulang.Lala menunduk menatap sepatunya sedih.‘Nggak papa, La. Seenggaknya lo sadar untuk nggak jadi penghampat hubungan orang,’ batin Lala mencoba baik-baik saja.Keira melihat jam tangannya dan memastikan, memang benar jam tangannya sudah menunjukkan pukul 3 kurang, dini hari. Itu artinya, Keinan pasti sudah tidur kan.“Oke!” Keira langsung naik ke motor besar Satya.“Gua pamit dulu anter temen kalian! Kalian bawa mobil sendiri kan?”“Iya, gua bawa kok! Hati-hati ya nyetirnya!” ucap Winda.Satya melesatkan motornya membelah jalanan sepi di Yogyakarta.Lala yang melihat Satya pergi dengan Keira hanya menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.“Ayo, La!” ajak Winda.Lala mengangguk dan mengikuti jalan Winda.***“Ini beneran rumah lo, Ra?” tanya Satya yang bingung.Pasalnya dari Satya yang mencari info rumah milik Keira itu bukan di lingkunan ini.“Iya, kok!”“Bukannya rumah lo ada di jalan XXX ya?”“Ah, gua baru aja pindah.”Satya hanya megangguk-angguk.“Yaudah, sana lo pergi!” ucap Keira yang lebih ke mengusir.“Gua tunggu lo sampai masuk dulu!” ucap Satya menolak.“Ck, nggak usah lah! Kalau ketahuan bokap gua berabe urusannya!” ucap Keira.“Oke-oke gua pergi! Malam ya cantik!” ucap Satya sebelum berlalu pergi.“Huft, untung aja!”Keira berjalan masuk ke rumah Keinan dan membuka pintu rumah itu.“Lho, kok nggak dikunci?” gumam Keira.Keira memasuki rumah yang temaram itu dengan jalan berjingkat. Pikir Keira, Keinan sedang tidur saat ini dengan keadaan lupa mengunci pintu. Hingga tiba-tiba lampu di seluruh rumah itu menyala dengan terang.“Dari mana kamu?” tanya Keinan dengan baju koko dan sarung yang melekat di badannya.Keira membalikkan badannya dan menyengir bodoh.“Jam 3 pagi,” ucap Keinan sambil melihat jam dinding.“Saya memang bilang untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Tapi kalau kamu bertingkah seperti hidup sendiri seperti ini. Saya nggak bakal tinggal diam!” ucap Keinan sambil berjalan mendekati Keira.Keinan memegang tangan Keira dan menyeretnya untuk duduk di sofa ruang tamu.“Kamu anggap saya apa Keira?”“Ba-bapak ya s-suami saya,” ucap Keira pelan dan menunduk.“Tatap mata saya!”Keira memberanikan diri untuk menatap mata Keinan yang kini sedang tersulut emosi itu.“Kamu tahu kalau kamu salah?”Keira kembali menunduk.“Saya tanya, kamu tahu nggak kalau kamu salah?”“I-iya, pak. Gua tahu!”“Mulai sekarang panggil saya Mas dan berhenti menggunakan lo-gua dengan saya. Saya suami kamu Keira. Bukan seperti ini komunikasi yang terjalin antara sepasang suami istri,” ucap Keinan.Keira menatap Keinan dalam. Entahlah, jujur sudah berapa lama Keira tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang lain. Bukan dalam bentuk kenakalannya, tapi karena dia adalah seorang Keira. Keira tidak pernah mendapatkan itu. Lalu, sekang seorang laki-laki dewasa yang asing tiba-tiba hadir di kehidupan Keira dan memberikan perhatiannya. Bukan karena Keira nakal, tapi karena Keira sekarang adalah isrti dari Keinan.“P-pak!”“Mas!”“M-mas, kenapa kamu berperilaku seperti ini?” tanya Keira pelan.Keinan yang awalnya duduk berhadapan dengan Keira pindah untuk duduk di samping Keira.“Ra, saya tahu kamu dulu terbiasa melakukan itu untuk menarik perhatian ayah kamu. Tapi saya, saya nggak bisa, Ra melihat kamu seperti ini. Tanpa kamu mencari perhatian dari saya, saya pasti akan mencoba memperhatikan kamu di sela waktu kesibukan saya!”Entah kenapa mendengar suara Keinan yang halus itu justru membuat Keira ingin menangis. Keira menitikkan air matanya. Keinan yang melihat hal itu dengan perlahan memeluk Keira dan membiarkan Keira menangis di dalam pelukannya.‘Ibu, ini yang Keira butuhin selama ini!’Ya, Keira sejak dulu hanya ingin sandaran. Tapi semenjak ibunya meninggal saat Keira menginjak SMP, Keira selalu dituntut untuk mandiri. Ayahnya bahkan tidak pernah memeluknya lagi saat Keira menangis. Bahkan, saat Keira mencoba untuk menjadi nakal berharap Ayahnya memperhatikannya. Keira tidak pernah mendapatkan perhatian dari Ayahnya. Ya, seorang Keira yang nakal mampu menangis di hadapan Keinan.Saat ini Keira sedang duduk sambil mengenggam segelas teh hangat yang dibuatkan Keinan kepadanya. Keira memandang Keinan yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di dalam laptopnya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi lebih. Sebentar lagi sudah akan jam empat, tapi Keinan bukannya tidur lagi malah sibuk dengan laptopnya.Keira mencuri-curi pandang kepada Keinan.“Kenapa?” tanya Keinan yang sadar jika Keira sejak tadi mencuri pandang padanya.“B-bapak nggak tidur?” tanya Keira kikuk.Keinan menukikkan alisnya, “Bapak?”Keira memandang Keinan bingung.Keinan mengembuskan napas, “Mas, Keira,” desis Keinan.“O-oh iya, Mas, maksudnya Mas nggak tidur?” Keira menampilkan wajah malu bercampur kaget.‘Duh, sial malu-maluin gua!’ umpat Keira dalam hati.“Saya terbiasa untuk bangun pagi Keira. Memeriksa perkerjaan mahasiswa saya sebelum berangkat ke universitas.”“Tapi kan hari ini hari minggu, Pak?”“Pak?”“M-maksudnya Mas.”Keinan geleng-geleng kepala.“Biasakan untuk panggi
“Gimana rasanya?” tanya Keinan penasaran."Ehm, rasanya ...."Alih-alih menjawab langsung, Keira justru menelan nasi goreng di mulutnya sampai habis dan memberi jeda sebentar. Menatap wajah Keinan yang sangat menunggu komentarnya itu membuat Keira merasa tertarik untuk menjahili Keinan.“Aku belum pernah ngerasain rasa nasi goreng yang kaya gini sih,” ucap Keira datar dengan wajah dibuat bingung dan melirik Keinan untuk tahu ekspresi Keinan.Keira menaikkan sudut bibirnya saat melihat Keinan menunduk dan terlihat kecewa dengan komentarnya.“Rasanya benar-benar fantastis! Sampai-sampai aku nggak bisa komentar lagi! Kalau ada nasi goreng terenak di dunia, pasti ini!” ucap Keira kemudian dengan menggebu-nggebu sambil menunjuk nasi goreng.Keinan tersenyum mendengar kalimat pujian dari Keira.Keira yang melihat senyum Keinan itu merasa jika Keinan imut seperti anak kucing sehingga Keira tanpa sadar mengelus kepala Keinan pelan. Sampai saat Keira menyadarinya, wajah Keinan sudah memerah mal
Keinan yang sudah akan beranjak pergi kembali berbalik dan justru melangkah mendekati Keira.'A-apa ini?' batin Keira.Keira yang gugup dan sekaligus terkejut justru menutup matanya. Hingga Keira merasakan sebuah benda kenyal dan sedikit basah menyentuh pipinya. Keira langsung melotot kaget dan bercampur heran ke arah Keinan.Keinan masih belum menjauhkan wajahnya setelah mengecup pipi Keira. Keinan justru tersenyum manis di hadapan Keira sambil menyampirkan anak rambut Keira yang terjatuh menutupi wajah cantik Keira."Saya sudah bilang kan kalau saya akan mencium kamu jika kamu memanggil saya 'Pak' lagi? Saya tahu kamu suka, tapi tolong jangan disengaja, oke?" Ucap Keinan dengan nada rendah menggoda dan diakhiri kedipan mata saat mengucap kata 'oke'.Setelahnya Keinan berlalu begitu saja seakan-akan tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Keira. Sedangkan Keira masih termangu dalam keterkagetannya. Keira bisa merasakan degup jantungnya yang cepat sekali. Rasanya sampai mau meledak.
Keira menjatuhkan Sarah dan menduduki Sarah bersiap untuk memukul wajah Sarah. Namun, seseorang berhasil menahan pergelengan tangan Keira.“Apa?!” ucap Keira dengan nada tinggi yang diakhiri pelototan saat tahu siapa yang menahan tangannya.Orang itu manarik Keira berdiri dan memisahkan Keira dengan Sarah.“P-pak!” ucap Sarah dengan kikuk karena saat ini dihadapannya ada seorang dosen ganteng yang sedang menatap tajam dirinya.Sarah tentu tahu siapa Keinan yang merupakan seorang dosen muda ganteng yang memang menjadi topik terpanas di kampus ini. Meskipun sebenarnya Sarah belum pernah diajar secara langsung dengan Keinan.“Kalian berdua ikut saya ke ruangan saya!” ucap Keinan dingin dan berlalu begitu saja.Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, Keira dan Sarah langsung mengikuti langkah Keinan.Sekarang mereka berakhir di ruangan segi empat yang tidak terlalu besar milik Keinan Sanjaya.“Jadi, sebenarnya kenapa kalian sampai berkelahi seperti anak kacil begitu?” tanya Keinan sambil me
Keinan dan Keira sekarang sudah tiba di rumah tepat saat waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Keinan sempat menghentikan mobilnya di masjid saat azan maghrib tiba. Sehingga hari itu akhirnya Keira kembali shalat lagi. Meskipun ya memang masih bolong-bolong. Keira shalat jika ingat saja.Sekarang Keinan sejak tadi hanya diam di depan Keira padahal Keira sudah siap dengan hukumannya. Maksudnya bukan Keira siap untuk dicium tapi dirinya sudah menyiapkan mentalnya untuk dibuat jantungnya berpacu cepat lagi.Keira mencuri-curi pandang ke arah Keinan yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.‘Ini bapak-bapak sebenarnya jadi mau hukum gua nggak sih? Ada istri secantik ini malah dianggurin sama dia. Mana aku malah diduakan sama laptopnya,’ batin Keira melirik tajam ke arah laptop Keinan.Keinan yang sejak tadi merasakan tidak enak dengan pandangan menghunus Keira pun menyudahi aktivitasnya.“Kamu kenapa Ra?” tanya Keinan.“Ya Bapak yang kenapa lah? Maksudnya Mas yang kenapa?” tany
Keira saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangan Keinan. Entah kenapa, Keira justru merasa ragu untuk mengetuk pintu itu. Pasalnya, Keinan terlihat disengaja saat memberikan tugas tadi malam. Keira curiga jika ini adalah akal-akalan Keinan saja untuk membuat hukuman tambahan bagi Keira.Keira menghembuskan napas lesu. Sebelum dirinya memutuskan untuk mengetuk pintu ruangan itu.Tok tok tok.“Masuk!” Terdengar suara Keinan menyahut.Keira menghembuskan napas lagi mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Keinan.“Siang Pak!” sapa Keira saat masuk di ruangan Keinan.Keinan mendongak dan melihat sosok Keira yang datang dengan senyum terpaksa. Keinan semakin ingin mengerjai Keira saat ini.“Duduklah!” perintah Keinan yang langsung dilaksanakan dengan Keira.Setelah Keira duduk, Keinan justru hanya mendiamkan Keira dan mengecek tumpukan kertas-kertas di mejanya. Keinan menghiraukan keberadaan Keira.‘Sialan nih bapak-bapak! Sengaja banget buat gua nunggu dia kaya gini,’ dumel Keira da
Setelah kecupan dari Keira yang mendadak itu Keinan jadi tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Rasanya, dirinya seperti masih merasakan kenyalnya dan sedikit basahnya pipinya bekas bibir Keira saat ini.“Ah,” desahan napas keras keluar dari bibir Keinan.Keinan memandang langit-langit kamar dan malah dirinya melihat Keira yang sedang tersenyum manis di sana.“Hah, sepertinya aku udah mulai gila.” Keinan menutup matanya dengan lengan kirinya.Saat dirinya menutup mata pun, justru bayangan Keira yang sedang gugup dengan wajah imutnya yang muncul.“Hah!” teriak Keinan sambil bangkit duduk.“Nggak mungkin kan aku jadi suka sama bocah ingusan kaya gitu!” ucap Keinan yang berusaha menyangkal kata hatinya.“Tapi dia istri kamu lho,” ucap setan lain di pikiran Keinan.“Bener, kamu mau suka bahkan mau melakukan hubungan layaknya suami-istri pun sah-sah aja,” tmpal setan lain di pikirannya.“Hush hush!” ucap Keinan mengusir segala pikiran yang tidak masuk akal di otaknya.“Ingat, kamu nikah d
“Makasih ya, Sat!” ucap Keira kepada Satya yang sudah mengantarkannya pulang.Ya, hari ini Keira memang tidak menggunakan motornya seperti biasa. Keira tadi hanya memesan ojol untuk mengantarkannya ke rumah Winda dan jalan-jalan ke mall tadi menggunakan mobil Winda. Sehingga saat pulang justru Satya yang menawarkan diri untuk mengantarkan Keira pulang.“Iya, sama-sama. Apasih yang enggak kalau buat lo,” ucap Satya.Ya, Satya sebenarnya ingin menggunakan aku-kamuan dengan Keira, tapi beberapa hari yang lalu Keira dengan tegas melarang Satya melakukan itu.“Sat, tolong jangan pake aku-kamu kalau ke gua. Banyak orang salah sangka ke kita berdua,” ucap Keira saat itu yang sedang duduk berdua saja dengan Satya.Keira mengajak Satya untuk bertemu dengannya di sebuah café selepas kuliah selesai. Hal itu karena tanpa Keira sengaja dengar. Rumor bahwa Keira dan Satya adalah sepasang kekasih sudah menyebar di kampus. Bahkan, adik tingkat saja ada yang tahu. Sehingga semakin banyak cewek yang me
Keinan dan Keira masih diam di tempat masing-masing. Setelah kejadian ciuman tadi, mereka berakhir untuk kembali ke rumah dan mengganti baju yang telah basah karena air hujan.Suara dering telepon memecah keheningan di antara keduanya. Namun, tidak ada yang bergerak untuk menjawab atau pun sekedar mengetahui siapa gerangan yang menelepon di larut malam seperti ini.“Mas angkat dulu teleponnya,” tutur Keira pelan kepada Keinan.“Ha? Ah, iya,” jawab Keinan canggung.Keinan langsung mencari letak ponselnya dan mengerutkan dahi ketika sebuah panggilan ia dapatkan dari om kerabat jauhnya.“Halo Om, ada apa?” tanya Keinan to the point.“Apa?” sentak Keinan.“Baik, aku akan segera ke sana,” jelas Keinan dan langsung menutup panggilan serta langsung bersiap-siap akan melangkah pergi.“Mau ke mana Mas?” tanya Keira yang justru bingung karena secara tiba-tiba suaminya berganti pakaian dan memakai jaket seperti orang yang akan berpergian.“Mas ada urusan, kamu tunggu Mas pulang di sini saja ya,”
Di sisi lain, Keinan melangkah tak tentu arah di sepanjang pinggir jalan. Dirinya bahkan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Keinan sudah terlihat seperti orang gila yang berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah.Hingga akhirnya dirinya melihat bayangan sosok Keira dari kejauhan. Keinan langsung menghampiri sosok itu dan memeluknya erat-erat dari belakang. “Sayang, akhirnya,” ucap Keinan lirih.Namun, saat dirinya mencium wangi parfum yang berbeda dari Keira. Keinan melepaskan pelukan itu dan melihat sosok yang dipeluknya. Dirinya begitu terkejut saat mengetahui jika orang itu bukanlah Keira istrinya.Orang itu memandang Keinan dengan pandangan risih dan berlalu begitu saja.Lain halnya dengan Keinan yang justru terpaku di tempat dan tersenyum kemudian. Dirinya menertawakan dirinya sendiri yang sudah kehilangan kewarasannya. “Hahaha sepertinya aku sudah gila!” ucap Keinan keras sambil menengadah ke atas langit. Di atas langit dirinya melihat awan malam yang begitu mendung siap
Entah sudah berapa lama kesadaran Keinan terenggut. Karena kini waktunya sudah berbeda, bahkan hari sudah berganti menjelang larut malam. Namun Keinan masih belum siuman juga.Ibu Nina yang terlihat paling merenung di dalam kepedihan melihat anak pertamanya terbaring di ranjang di rumah sakit dengan kondisi masih belum sadar. Sedangkan Raka sudah disuruh pulang karena esoknya anak itu masih tetap harus sekolah. Sehingga Hendra menyuruh Raka untuk pulang dan istirahat.Kini hanya tinggal sepasang suami istri itu saja di dalam lorong rumah sakit yang sepi. Sebenarnya mereka ingin menemani Keinan di dalam kamar inapnya. Akan tetapi, dokter mengatakan jika lebih baik menunggu Keinan sadar terlebih dahulu untuk memasuki kamar inapnya.Hal ini karena menurut sang dokter, Keinan membutuhkan waktu istirahat yang sangat banyak. Kehilangan kesadaran yang menjadi penyebab Keinan sampai pingsan adalah karena kurangnya waktu tidur dan asupan makanan yang menjadi nutrisi tubuhnya.Sehingga saat se
Keinan masih memandangi surat itu dengan hati yang berkecamuk. Benaknya begitu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ternyata bukan hanya sebuah surat yang dititipkan oleh Keira kepada Hendra. Tetapi juga sebuah kotak yang Keinan juga tidak dapat menebaknya.Setelah menguatkan hati dan menghela napas panjang. Keinan pun perlahan membuka sepucuk surat itu dengan tangan yang mulai dingin.Perlahan Keinan membaca deretan kalimat yang dirangkai Keira membuat hati Keinan sesak bukan main. Bahkan, air mata lolos di pipinya mengalir secara deras. Sebagai akibat Keinan yang tidak kuasa membendung bening kristal itu.“Bukan seperti itu sayang. Aku mencintaimu,” ucap Keinan pelan dengan sesenggukan memeluk surat itu.Berharap jika yang dipeluknya itu adalah Keira dan Keinan berbicara di depan Keira secara langsung.Keinan dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu hingga tangisnya kembali pecah. Kali ini lebih keras dari pada tadi.Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sedi
Keinan merasa lega karena sudah melakukan klarifikasi tapi entah kenapa justru seperti ada hal yang hilang darinya, tapi entah apa.Keinan benar-benar merasa tidak tenang sama sekali di hatinya. “Ada apa sebenarnya?” batinnya.Setelah klarifikasi yang berakhir lancar Keinan langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya berpikir untuk beristirahat sebentar setelah beberapa hari lupa bagaimana caranya mendapatkan kualitas tidur yang bagus.Keinan memasuki ruangan keluarga dengan padangan yang sudah sangat kuyu. Belum lagi pakaiannya yang sudah berantakan karena Keinan yang sudah melepas beberapa atribut yang dia pakai saat melakukan klarifikasi tadi.“Kamu mau minum, Nak?” tawar Nana kepada anaknya yang juga ikut prihatin dengan kondisi anaknya.Meskipun dirinya memahami betul jika itu merupakan salah dari Keinan. Akan tetapi, tetap saja sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya. Nina tetap tidak tega melihat anaknya terlihat begitu letih dan lebih kurus dar
Berita tentang skandal Keina dan Meina semakin meraja lela. Bagaimana tidak jika skandal itu melibatkan seorang pewaris Sanjaya Group dengan seorang artis papan atas yang bahkan mampu menempus bintang Hollywood. Desas-desus yang semakin beredar semakin membuat Nina khawatir dengan nasib pernikahan anaknya. Apalagi dari kabar terakhir yang ia dengan dari anaknya bahwa Keira masih belum mau ditemui. Keira juga terus-terusan libur dan mengambil surat dispensasi. “Ayah, apakah kita tidak seharusnya melakukan sesuatu?” tanya Nina dengan sorot mata kekhawatiran.Hendra menatap pancaran mata istrinya untuk menyelami maksud dari bunga permatanya itu. Hingga akhirnya Hendra mengangguk dan langsung bangkit menghubungi seseorang.Sedangkan di sisi lainnya, Keira yang sudah mengetahui dirinya hamil dan sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya tidak menyurutkan dirinya untuk tetap mendapatkan nilai sempurna dalam ujian perkuliahan.Kebetulannya, saat dimana Keira memergoki Keinan dan M
Keesokan harinya, Keinan tentu saja tidak menyerah untuk tetap berusaha menemui Keira. Meskipun sama seperti sebelumnya, Keira tetap tidak mau menemui dirinya. Begitu juga Rendra yang tetap tidak mengijinkan Keinan untuk bertemu dengannya.Keinan menatap sendu rumah bernuansa putih megah di depannya. Keinan yang masih tidak diijinkan masuk bahkan diusir itu pun hanya mampu menunggu di dalam mobil sembari berharap keajaiban akan datang. “Mas kangen sama kamu,” ucap Keinan sendu.Sedangkan di sisi lainnya, Keira sekarang tengah dilanda pusing yang sangat hebat. Hal ini karena tiba-tiba saja sejak tadi pagi Keira merasakan mual yang sangat luar biasa semenjak bangun tidur. Akibat mual tersebut Rendra pun menyuruh bibi rumah tersebut untuk membuat bubur untuk Keira.Biasanya Keira tidak memilki masalah dengan makanan nasi lembek berair tersebut. Akan tetapi, entah kenapa saat ini Keira justru semakin mual saat melihat bubur itu. Apalagi mencium bau bubur itu yang terasa sangat semerbak d
“Apa yang kau inginkan?” tandas Keinan dengan tajam. Sedangkan Meina yang ditatap seperti itu hanya mengulas senyum tipis, nampak tenang seakan tidak ada yang terjadi di antara keduanya.“Tenanglah dulu. Lebih baik kita nikmati minuman dulu”, titah Meina sambil mengambil cangkir yang ada di hadapannya. Sebuah cangkir cantik dengan gagang gelas yang sangat pas di cari serta hiasan dari cangkir itu yang bermotif bunga-bunga kecil. Masih terlihat kepulan asap panas dari cangkir itu melihatkan betapa nikmatnya jika cairan manis itu melumuri indra pengecapnya disertai dengan sensasi hangat yang menjalar ke tenggorokannya.Keinan hanya memandang Meina dengan sorot mata yang semakin menajam. Hal itu terlihat dari cara pandang Keinan yang semakin menyipit dan menyiratkan sebuah pandangan ketidaksukaan, bahkan terselip kemuakan di sana.Meina yang menyadari arah tatapan Keinan tersorot kepadanya. Meyunginggkan senyum manis yang sayangnya bagi Keinan nampak seperti sebuah senyuman palsu yang d
“Yaudah, kamu susul gih terus kasih penjelasan ke Keira. Hubungan kalian baik-baik saja kan sebelumnya?” tanya Nina yang menyadarkan sikap Keinan yang berubah tanpa sadar.Ya, Keinan berubah sikap karena bisnis yang sudah lama dirintisnya itu sedang mengalami beberapa masalah pokok yang bisa mengancam kelangsungan bisnis. Makanya Keinan sering pulang malam, berangkat lebih pagi, bahkan sulit dihubungi.‘Bodoh, apa yang telah kamu lakukan?’ maki Keinan terhadap dirinya sendiri.Secepat kilat dirinya langsung bangkit berdiri.“Kamu mau ke mana?” tanya Nina yang melihat Keinan bangkit.“Aku mau ke rumah Ayah Mertua, Ma,” ijin Keinan.“Yasudah, hati-hati,” peringat Nina mengizinkan Keinan.Keinan melangkahkan kakinya yang panjang itu dengan langkah lebar menuju ke mobilnya. Keinan langsung menyalakan mobilnya untuk keluar dari rumah keluarga Sanjaya itu dan melajukan mobilnya ke arah rumah keluarga Hadikusumo.Namun, baru saja akan keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dirinya sudah harus d