“Reva mana Mbak?” pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Zidan setelah tiba di rumah.“Udah di kamar sejak habis makan malam tadi Tuan.”Dahi Zidan berkerut, tidak biasanya Reva seperti itu. “Hm, tadi ada tamu yang datang?”“Ada Tuan, sepasang suami istri dan anaknya.”“Itu Kakak saya sama suami dan anaknya.”“Oh maaf saya tidak tahu Tuan.”“Iya enggak apa-apa.”“Iya, kalau begitu saya permisi.” Zidan mengangguk.Zidan melanjutkan langkahnya, saat tiba di depan pintu kamar Reva, ia berhenti, menatap pintu kayu itu cukup lama. Perlahan ia bergerak mendekati pintu, berdiri lama di depan pintu. Ia menggelengkan kepalanya saat tangannya berniat mengetuk pintu itu hingga akhirnya memilih untuk pergi ke kamarnya.“Halo Kak,” Zidan langsung menghubungi kakaknya saat tiba di kamarnya.“Halo, kenapa nelpon malam-malam begini?”“Hm, aku minta maaf karena enggak bisa menemui kalian hari ini. Mungkin besok aku akan ke rumah.”“Ohh, enggak apa-apa. Aku tahu kamu orang yang sibuk. Kamu nelpon ak
“Semuanya, maaf aku harus pulang sekarang. Aku pamit ya."“Eh, mau ke mana—“ belum juga Eva menyelesaikan kata-katanya, Zidan sudah hilang dari ruang makan, bergerak cepat keluar dari rumah sampai semua orang kebingungan.Satpam yang melihat Zidan keluar rumah dengan terburu-buru, langsung dengan cepat membuka pagar kembali.Tin tin! Zidan hanya membunyikan klakson tanpa menurunkan jendela mobil. Ia tampak buru-buru.Setibanya di rumah, ia memencet bel berkali-kali sampai Riri membukakan pintu. “Reva mana?” satu pertanyaan keluar dari bibir Zidan saat baru tiba di rumah.“Di kamarnya Tuan,” jawab Riri menunduk. Zidan langsung menerobos masuk dan pergi ke kamar Reva yang tidak dikunci.Ceklek!Reva yang sedang duduk bersandar sontak menoleh. Keduanya berpandangan. “Om Zidan."“Kamu enggak apa-apa? katanya kamu kepleset di kolam berenang. Kamu itu kalau mau ngapa-ngapain tuh hati-hati. Ceroboh banget sih jadi orang!”Reva kaget. Ini sebenarnya dia lagi di khawatirin atau di marahin si
“Ternyata Zidan buru-buru pergi tadi karena istrinya terpleset terus kakinya terkilir. Mama baru tahu dia bisa bersikap semanis itu,” ucap Eva setelah mengakhiri sambungannya dengan Evan. Ia, anak dan menantunya sekarang sedang duduk di ruang tamu sehabis makan siang.“Jadi, tadi dia pulang ke rumahnya, Ma?” tanya Devi. “Iya. Dia udah bawa Reva berobat juga. Mama kayaknya nanti sore mau ke sana, jenguk Reva. Kalian mau ikut?” “Enggak deh Ma.” Daniel sontak menoleh, memasang wajah bingung ketika istrinya spontan berkata seperti itu. “Loh, kenapa?” “Aku jaga rumah aja sekalian mau packing barang, lusa ‘kan kami balik Ma.” “Masih lama lagi, kenapa mesti packing sekarang. Besok ‘kan juga bisa.” “Enggak apa-apa Ma, aku enggak mau apa-apa terburu-buru, dari pada nanti repot. Lagi pula Kayana lagi tidur sekarang, kasihan kalau dibangunin. Ya ‘kan ay?” ujar Devi seraya menyenggol lengan suaminya, agar membantunya bicara. Devi biasanya memanggil Daniel dengan sebutan ayang.“I-iya Ma,” j
“Kenapa tadi enggak jadi makan siang di rumah Mama, Om? Padahal ‘kan ada Kakakmu juga yang udah jauh-jauh dari luar negeri.”Zidan sontak mendongak, menatap Reva dengan mata bulat. “Kamu udah tahu?”“Udah. Tadi, Mama Eva ke sini.”“Ya, ‘kan aku balik ke rumah karena kamu jatuh.” “Tapi ‘kan aku enggak ada minta kamu pulang. Itu aja Mbak Riri bukan aku yang nyuruh ngehubungi kamu.” Zidan sontak mengedip-ngedipkan matanya gugup. “Ayo, ketahuan ‘kan kamu peduli sama aku? kamu udah mulai suka sama aku ya?” sambung Reva menggoda suaminya. “Apaan sih kamu? itu tuh cuma karena aku masih punya hati nurani. Ngarep aku sukain?”“Udah lah enggak usah sok cool gitu Om, padahal kalau tidur aja ngorok dan suka buat gaya nyeleneh.”Baru saja ingin menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya, sontak ia urungkan. Ia kembali menatap Reva dengan mata melotot. “Apa katamu?!”“Ups, keceplosan,” ucap Reva seraya menutup mulutnya.“Kamu tahu dari mana?” Sebenarnya Zidan dengar yang Reva ucapkan tapi dia pura-p
Tok tok tok!“Cepat dong! katanya mau pergi!” seru Zidan di depan kamar Reva. Sesuai kesepakatan, malam ini mereka akan makan malam bersama di rumah orangtua Zidan dan orangtua Zidan pun tidak keberatan dengan itu. Zidan akhirnya menuruti permintaan Reva agar foto aibnya dihapus.Namun hampir jam 7, Reva belum juga keluar dari kamar sementara Zidan sudah siap dari tadi. “Sabar Om! sebentar lagi siap!” sahut Reva dari dalam. Zidan memeriksa jam di tangan kirinya yang telah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya padahal tadi mereka janji sama Mama Eva akan datang jam 7 tapi jam segini saja Reva belum siap. Tak kunjung dibukakan pintu, Zidan akhirnya menyerahkan dan lebih memilih menunggu di ruang tamu. Malam ini Zidan kelihatan tampan dan lebih muda karena pakaian yang dikenakan terlihat kasual dan trendi. Atasan turtleneck hitam dibalut dengan jaket kulit coklat dan bawahan celana jeans biru laut, rambutnya yang masih sedikit basah ditata
Hari ini adalah hari Senin, hari tersibuk telah datang kembali. Semua yang sekolah kembali sekolah, semua yang kuliah kembali kuliah dan semua yang bekerja kembali bekerja dan begitupula dengan Zidan, sang CEO muda yang hari ini memiliki perjalanan bisnis ke Surabaya.Setelah sarapan, Reva dan Riri mengantarkan Zidan ke depan. Riri juga membawakan koper Zidan karena kemungkinan Zidan akan berada di sana selama 4-5 harian.“Hati-hati ya,” ucap Reva. Zidan mengangguk. “Kamu juga jangan ceroboh selama aku enggak ada.” “Iya.” Reva lalu menadahkan tangannya untuk salim, Zidan memberikan tangannya. Riri yang sedari tadi menyimak hanya bisa tersenyum canggung. Menurutnya pasangan suami istri ini masih tampak canggung satu sama lain jadi membuatnya ikut canggung namun sesaat kemudian sesuatu terjadi yang membuat Riri sontak melebarkan matanya. Zidan mengecup kening Reva. Reva sebenarnya sama shocknya dengan Riri. Dia tuh masih kaget kalau dapat serangan mendadak gitu namun si pelaku alias Z
“Kayaknya benar ini rumahnya,” gumam Kevin di dalam sebuah mobil sedan merah. Ia tampak sedang berhenti di depan pagar rumah Reva dan Zidan sampai membuat Pak Anton yang sedang duduk di pos berdiri celingak-celinguk ketika melihat ada mobil berhenti di depan pagar.Setelah yakin, ia keluar dari mobilnya sambil menenteng sebungkus plastik hitam yang berisi sesuatu. “Permisi!” “Ya, mau cari siapa Dek?” tanya Pak Anton. “Saya—“ ia sengaja menggantung ucapannya saat tak sengaja melihat ada sebuah motor di halaman rumah Reva yang enggak asing di matanya. “Hm, apa benar ini rumahnya Reva Queen Arabella?”“Iya benar Dek. Adek ini siapa dan ada perlu apa?” Setelah berpikir sejenak, Kevin akhirnya menyodorkan bawaannya pada Anton. “Saya temannya Reva, Pak. Boleh minta tolong berikan ini padanya? saya enggak bisa lama-lama di sini soalnya saya masih ada urusan lain.” “Ohh, boleh Dek. Ngomong-ngomong nama adek siapa? Biar kalau non Reva tanya, saya bisa kasih tahu.” “Bilang saja dari teman
Hari terus berganti, sudah 4 hari Reva tidak masuk kuliah dan sudah 4 hari pula Zidan di luar kota. Hari ini, Reva akan kembali kuliah, kakinya sudah sembuh dan bisa berjalan normal kembali seperti biasa.“Non, yakin kuliah hari ini? tanggung Non. Kenapa enggak Senin aja mulai kuliah lagi?” tanya Riri yang sedang menyiapkan bekal untuk Reva. Reva yang memintanya sendiri.“Enggak apa-apa Mbak. Saya udah sembuh kok, udah bisa jalan normal juga,” jawab Reva setelah meneguk air putihnya hingga habis.“Ya udah kalau gitu, tapi hati-hati ya Non.”“Iya, Mbak. Ya udah kalau gitu, saya berangkat.” Reva berdiri, menyimpan kotak bekal yang telah disiapkan Riri ke dalam tas totebagnya yang terbuat dari jeans.Riri ikut mengantar Reva sampai ke depan. “Hati-hati ya Non.”“Iya Mbak.” Reva pergi ke kampus menaiki motornya.Setibanya di kampus, Reva langsung menuju ruang kuliahnya yang berada di lantai 2. “Reva! sayangku! akhirnya kamu balik kuliah lagi!” seru Rosa yang langsung menghampiri Reva di