Sekretaris mendapat perintah melalui interkom, jika hari ini Ceo akan mengadakan konferensi pers. Ruangan sudah diatur sedemikian rupa, para pencari berita memadati gedung itu, ini sungguh berita spektakuler ketika seorang karyawan membocorkan rahasia jika wajah pimpinan perusahaan sangat tampan. Ternyata Televisi swasta menyiarkan ini secara live. "Pengusaha buruk rupa ternyata sangat tampan," publik dibuat terkejut dengan berita itu. Masing-masing segera menyalakan televisi yang menayangkan siaran itu. Terlihat Seorang pria tampan didampingi Regan dan wanita buruk rupa disampingnya, membuat publik bertanya-tanya siapa wanita itu ? "Maaf, saya tau pasti banyak yang bertanya, mengapa saya selama ini menggunakan topeng dan baru sekarang melepaskannya," ucap Abhygael sambil tak melepaskan genggaman tangannya dari Leona. Kamera menangkap pemandangan itu, sehingga seorang wartawan sempat bertanya, "Siapakah wanita di sebelahnya." Publik dihebohkan dengan berita menggemparkan itu, Nene
Julit sangat geram, rupanya saudara tirinya itu mengetahui perbuatannya. Sejak Abhygael berusia balita dialah yang membuatnya keracunan, dan diusianya yang ke 7 tahun, isterinya yang menuangkan minyak goreng saat melihat Abhygael sedang berlari menuju dapur. Sejak saat itu, Julit tak tahu Abhygael dibawa kemana. Dia tak lagi mencari keberadaan Abhygael karena isterinya melahirkan seorang putra yang diberi nama Aditia. Ketika Aditia berusia 7 tahun, anaknya itu terus menangis ingin tinggal bersama neneknya. Akhirnya dimanjakan dengan kemewahan membuat dirinya semakin manja. Ketika Aditia SMP dia terlihat sering mencuri pandang pada bibinya Mutia. Awalnya Julit tidak terlalu memperdulikannya, karena dia tahu Aditia masih kecil. Namun saat Aditia memasuki usia sekolah Menengah dia dan isterinya terkejut dengan pernyataannya. "Papa, mama, aku mencintai bibi Mutia." Bagaikan tersengat aliran listrik Yolan ibunya nyaris pingsan. Julit sadar, sebenarnya dia sendiri sangat mencintai Mutia.
Abhygael menjemput Leona di rumah nenek Melinda. Tingkah mereka berdua sangat menggelikan, Abhygael terlihat bagaikan seorang suami yang sangat perhatian namun Leona nampak terus menghindar, bahkan ketika Abhygael menyelipkan tangannya ke pinggang Leona, gadis itu terkejut dan langsung melonjak kaget. Nenek Melinda geleng-geleng kepala melihat ulah pasangan itu, namun Aditia berusaha mencermati apa yang baru saja dilihatnya. Dia penasaran, dia ingin tau kenapa Abhygael yang sangat tampan itu begitu terlihat sangat peduli terhadap isteri buruknya. Ada sesuatu yang disembunyikan mereka, dan dia ingin tau itu. Nenek Melinda yang selalu bersikap waspada akhirnya mencoba mencairkan suasana, "Kalian berdua jika di depan nenek malu-malu kucing, coba kalo nenek gak ada." Leona yang mendengar itu matanya melotot, namun dia segera sadar apa maksud Nenek Melinda. Dan diapun terpaksa memanyunkan mulutnya, yang membuat Abhyagel tertawa lalu segera mengajak isterinya pulang. "Ayo sayang kita pul
Dua puluh menit kemudian Abhygael keluar dari kamar mandi, dilihatnya Leona sudah tertidur lelap. Ditatapnya isterinya itu, ternyata walau masih menggunakan bintik-bintik hitam di wajah, dia terlihat sangat manis. Betapa besyukurnya Abhygael karena berhasil mencabut gugatan cerainya. Beruntung malam ini dia bisa menguasai dirinya setelah beberapa menit yang lalu sempat tergoda dengan suara dan tubuh isterinya. Jadi dia tak perlu menggunakan sabun seperti yang sering dilakukannya selama ini. Pria tampan ini tersenyum tipis lalu mengambil bad cover yang digunakannya sebagai alas di lantai kamar itu. Biarlah malam ini dia harus melantai, akan tiba saatnya mereka berdua bisa tidur bersama. Keesokan paginya Leona terbangun, saat dia membuka mata tak dilihatnya Abhygael di sampingnya. Dengan sedikit merenggankan ototnya, Leona segara bangun. Kakinya menyentuh sesuatu, dia terkejut. Suaminya tidur dilantai dengan beralaskan bad cover. Leona merasa bersalah, dia ingin membangunkan suaminya a
Setelah melihat Abhygael tertidur lelap, Leona segera keluar dari kamar itu. Dia teringat sesuatu dan kembali lagi ke dalam kamar, dia mencari keranjang pakaian kotor namun tak melihatnya, keningnya mengernyit, bukankah pakaian kotor itu selalu ada disini ?Dengan perlahan Leona turun ke lantai bawah, dilihatnya semua menu sarapan pagi sudah tersedia di meja. Apa-apaan ini, bukankah sudah menjadi tugasnya untuk mencuci dan memasak ?Bibi Sultia memahami kebingungan Leona, "Atas perintah tuan, nyonya tidak diijinkah lagi untuk mencuci dan memasak, semua sudah dilakukan maid.""Tapi mengapa dia tidak memberitahuku ?" protes Leona. Dia segera berbalik naik ke lantai dua.Saat memasuki kamar terdengar erangan dari dalam, Leona buru-buru membuka pintu. Abhygael sedang mengigil kedinginan, obat yang diminumnya tak memberi efek sama sekali, suhu tubuhnya tetap panas namun dia merasa kedinginan. Leona menghampirinya "Kita harus ke Rumah Sakit.""Ti..tidak, aku ingin dirawat di rumah saja. To
Siang itu, Abhygael merebahkan tubuhnya setelah minum obat yang pahitnya bagaikan empedu. Jika bukan Leona, sudah dipastikan Abhygael membuang seluruh obat itu di dalam kloset. Leona di depannya tampak mengawasinya, meski dengan perasaan mendongkol, Abhygael berusaha menutup matanya. Leona tersenyum melihat ulah kekanak-kanakan suaminya ini. Kalau dipikir, dia masih sangat muda dibanding Abhygael, namun kini dia baru menyadari jika ternyata suaminya sangat manja bagaikan anak ingusan. Leona merapikan selimut yang menutupi tubuh Abhygael, saat dia hendak beranjak, Abhygael segera menariknya ke dalam pelukannya. "Apa-apaan ini ? Ingat kau sedang sakit, istrahatlah. Aku akan menemani nenek di ruang keluarga." "Sebentar saja, ijinkan aku memelukmu." "Kau...ahhh," Leona berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Abhygael. Walau dalam keadaan sakit tapi pelukannya sangat kuat, sehingga percuma bagi Leona untuk berontak. "Tolong lepaskan aku, aku janji jika kau sembuh, kau bisa memeluk a
Abhygael menggeliat, dia merasa sangat segar setelah tidur siang. Entah karena janji sang isteri atau karena pengaruh obat. Yang pasti kini dia merasa sudah baikan. Abhygael bergegas kekamar mandi, mengganti kaus dan celana pendeknya yang basah oleh keringat, dan tak lupa menyikat gigi. Teringat sebelumnya jika dia tak melihat Leona maka dia akan berteriak sekencang-kencangnya demi untuk membuat Leona repot, tapi kali ini dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk memperlakukan Leona bagaikan ratu di rumah ini. Dengan kaus oblong biru kesukaannya dan celana jeans pendek sebatas lutut, Abhygael turun ke lantai dasar. Dia kini merasa benar-benar telah sembuh. Adelia yang sempat mendongak melihat Abhyagel turun perlahan menuruni tangga. Adelia segera berdiri menyambut Abhygael, Leona dan nenek Melinda tertegun melihat tingkahnya. "Tuan Abhy, bukankah anda sedang sakit ? Hati-hati jangan sampai jatuh," Adelia mendekati Abhygael dan hendak mengulurkan tangan untuk membantu pria itu t
Sementara itu, meskipun Leona terus meronta, Abhygael tetap tak menurunkannya, senyum di wajahnya tidak berubah saat mendengar teriakan Leona. Tidak masalah, dia akan menaklukan gadis ini cepat atau lambat. Abhygael membaringkan tubuh Leona di atas kasur, setelah itu diapun berbaring disebelahnya, dia tak memberikan ruang untuk Leona melarikan diri. Abhygael mengulas senyum dan menatap mata Leona. "Apakah kau sudah siap melayaniku hari ini ?"Nada suara Abhyagel terdengar sangat santai, Leona bahkan tak bisa menebak, apakah suaminya ini sedang menggodanya atau bersungguh-sungguh. "Kau sedang sakit, fokus saja pada kesehatanmu" Leona menatap netra pria yang pernah memperlakukannya bagaikan pembantu ini. Dia memberikan saran dengan penuh pertimbangan. "Karena kau baru sembuh dari sakit, jadi sebaiknya kau beristirahat saja, hmm." Alis tebal pria itu tampak berkerut. Dia langsung menolak tanpa ragu. "Tidak !" Kata Abhygael. Suaranya bahkan terdengar sangat arogan tanpa bisa ditolak. "M
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka