Cuaca pagi ini mulai mendung, sepertinya akan turun hujan. Para pengendara motor terlihat mulai bersiap-siap menggunakan jaket pelindung. Abhygael memasuki gedung bertingkat Pratama Corporation. Setelah memarkirkan mobilnya dia lansung naik ke ruangannya menggunakan lift. Regan sudah menunggunya di ruangannya. "Hari ini kita akan mengunjungi pabrik pengalengan ikan dan makanan kemasan milik Leona. Apakah kau sudah siap ?" tanya Regan. "Batalkan saja, aku sudah janjian dengan Tania untuk makan siang bersama hari ini," jawab Abhygael sambil mengabaikan Regan. Regan menahan geram, lagi-lagi wanita itu menjadi penghalangnya. Dia terpaksa hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan atasannya itu dan menuju ke ruangan Putera. Di sana Putera tengah berbincang dengan Arafat. Lagi-lagi mereka membicarakan tentang Abhygael. Regan mengetuk pintu. "Masuk!" ucap Putera dari dalam ruangan. Dia sudah melihat kedatangan Regan melalui layar monitor. Regan masuk dan duduk di kursi sofa di samping
Leona membuka matanya, teramat menyakitkan saat melihat orang lain yang mendampingnya dan bukan suaminya. Air matanya semakin turun dengan deras. Wildan mengambil tisu dan mengusap air mata itu dengan lembut. "Jangan menangis, aku akan selalu ada untukmu," bisik Wildan menghibur hati Leona. "Tolong jangan biarkan Abil melihatku, aku takut penyakit ini akan menular padanya," pinta Leona dengan pilu. "Jangan khawatir, anakmu aman di rumah. Kau tahu, aku bahkan tak takut jika tertular olehmu hmm," Wildan merasa tak tega melihat wanita yang pernah dicintainya secara diam-diam itu menangis, sehingga Wildan tak segan-segan memberikan semangat pada Leona. Leona nampak tertawa dibalik kesedihannya yang dalam, saat ini dia sangat merindukan Abhygael. Namun suaminya entah dimana. Bahkan semalam ketika dia merasa sangat demam, dia masih sempat menggumamkan nama Abhygael, tapi suaminya itu bahkan tak pernah bertanya dimana dia. "Wildan, bawa aku pergi dari sini. Aku merasa sangat tidak nyaman
Masalah yang dihadapi Regan semakin menumpuk, kini Leona harus di isolasi dan Abhygael malah semakin menjadi-jadi. Rencana yang diceritakan Dian mungkin merupakan solusi yang terbaik sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi Abhygael saat ingatannya pulih. Memang kondisi ini bukanlah kesalahan Abhygael semata, tapi karena dia tak pernah berjuang untuk keluar dari amnesianya yang membuat Regan tetap menyalahkannya. Yang lebih membuatnya frustrasi adalah kehamilan Leona. Mungkinkah Abhygael akan mengakui jika itu anaknya? Apakah selama amnesianya mereka pernah tidur bersama? Bagaimana jika Abhygael menolak jika anak di dalam kandungan Leona bukan anaknya? Regan merasa nyaris gila memikirkan sesuatu yang bukan ranahnya. Dulu dia berhasil menyatukan kedua pasangan yang nyaris terpisah karena kasus penculikan. Kini dia diperhadapkan pada kasus yang lebih rumit. Di hati Regan berdoa semoga ini bukanlah kabar yang buruk. Regan memakai pakaian pelindung dan masuk ke ruang isolasi. "Apakah
Indahnya panorama alam di malam hari, mereka berempat tengah menikmati hidangan khas Indonesia Timur sambil menikmati pemandangan itu. "Hmmm, makanannya sungguh sangat lezat, harganya juga terjangkau," puji Dian. Tak diragukan lagi semua tawaran menu yang ada di resort ini, hanya saja Leona tak bisa duduk lama di luar. Dia merasa sangat kedinginan. Usai makan malam, Wildan mengantarnya ke kamar. "Apakah kami perlu menemanimu ?" tawar Wildan, dia khawatir dengan kondisi Leona. Memang suhu tubuhnya sudah normal, tetapi bintik-bintik itu malah semakin banyak, bahkan wajah Leona terlihat mengerikan, karena bintik-bintik itu menutupi seluruh wajahnya yang putih mulus itu. "Tidak usah, aku mau tidur. Perjalanan dari Jakarta lumayan melelahkan," tolak Leona dengan halus. Dia ingin menyendiri, apalagi dia masih berstatus istri orang sehingga tak boleh berduaan dengan laki-laki lain. "Baiklah, semoga mimpi indah." Wildan menatapnya iba. Hanya Wildan yang terlihat tidak jijik padanya, bah
Persis seperti apa yang di katakan paman Taufan dalam mimpinya, mereka ke pantai Dodola menggunakan speed boat. Pantainya sangat indah, pasirnya putih bersih. Leona jadi berpikir, jangan-jangan paman Taufan hanya ingin dia rekreasi saja untuk menghilangkan segala kepedihan hatinya. Apapun tujuan paman Taufan, Leona tak perduli. Dia terlanjur terpesona dengan indahnya pantai Dodola. Terlihat sudah banyak pengunjung yang memadati pantai. Mereka menyewa penginapan yang berada di pulau itu. Setelah mengganti pakaian dengan pakaian yang sedikit sopan, Leona berlari ke pantai dan menceburkan dirinya di laut. Rasa gatal yang sedari tadi ditahannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Mimpinya ternyata benar. Bintik-bintik di tubuhnya mulai memudar perlahan. "Leona, bintik-bintik di wajahmu mulai menghilang !" seru Arini. Dia gembira dan memeluk Leona. "Jangan dulu memelukku, takutnya penyakit ini menular," Leona mendorong tubuh Arini sedikit menjauh darinya. "Tidak Leona, lihat wajahmu. Di
Pengusaha terkenal Abhygael ketahuan sedang berdua dengan seorang artis pendatang baru yang baru-baru ini namanya melejit mengalahkan para artis senior yang sudah lebih dulu berkiprah di dunia hiburan. Saat di temui awak media mereka mengaku sedang menjalin hubungan spesial dan tak lama lagi akan menikah. Awalnya Aditia tidak begitu memahami berita tersebut. Media tak mengatakan siapa artis itu, artis pendatang baru sangat banyak yang namanya melejit bagaikan meteor. Berita tersebut seakan memberikan teka-teki bagi pemirsa untuk menebak sendiri artis tersebut. Namun kemudian Aditia teringat jika Selena pernah melabrak Tania di sebuah cafe. Hmm, Aditia kini mengerti, wanita itu ternyata jatuh cinta pada Abhygael. Atau dia mau balas dendam? Aditia terlihat sedang memikirkan sesuatu, pikirannya melayang ke masa lalu dimana dia menyuruh Tania berperan sebagai Leona. Ada penyesalan di dalam hatinya ketika mengingat hal itu. Aditia membaca berita itu berulang kali, dia berpikir untuk memb
Kunjungan Putera dan Arafat bukan hanya di pabrik mereka saja, hari ini mereka meluangkan waktunya untuk mengunjungi lokasi pembangunan proyek multiyears. Pembangunannya berjalan sesuai rencana, kecelakaan yang menimpa Abhygael tak mempengaruhi berjalannya proyek itu. "Sejauh yang ku ketahui, polisi sepertinya terus mengusut tuntas kasus kecelakaan itu," kata Arafat saat mereka baru saja turun dari lantai dua. "Itu sudah pasti, aku merasa kecelakaan yang menimpa Abhygael ada unsur kesengajaan. Tapi sekarang ini polisi sedang menyelidiki siapa dalangnya dan apa motifnya. Jika mereka sudah menemukannya maka aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya," ucap Putera. Mereka berhenti sebentar dan memandangi para kuli bangunan satu persatu seakan memberi isyarat jika salah seorang di antara para kuli itu pasti dengan sengaja mencelakai Abhygael, tapi apa motifnya? Berpikir sampai disitu mereka berdua saling memandang seakan memikirkan hal yang sama. "Akibat dari kecelakaan itu banyak hal y
Roby menghabiskan waktunya hari itu dengan memikirkan Selena. Ia tahu kekasihnya itu jika menginginkan sesuatu maka harus segera dituruti, jika tidak maka dia akan merajuk dan tidak bisa dihubungi berhari-hari lamanya.Roby sudah melacak keberadaan Tania dengan niat bulat untuk menghabisinya agar tak menghalangi lagi karir kekasihnya. Dia pernah mencoba menyambangi apartemennya tetapi selalu gagal dan akibatnya Selena tak mau lagi bertemu dengannya. Masalahnya sekarang dia tak boleh meninggalkan jejak, sekarang saja hatinya tak tenang karena polisi terus mengusut kasus kecelakaan yang menimpa Abhygael.Menurut informasi yang dia dapatkan terkait Tania, gadis itu jarang tinggal di apartemennya. Satu-satunya peluang yang dimiliki Roby adalah membuat gadis itu kecelakaan, tapi bagaimana caranya? Apakah dia harus menabrak mobilnya? Pilihan itu bukanlah solusi yang terbaik, yang ada dia malah mati konyol atau membusuk di penjara dan tak mendapatkan Selena lagi. Sepertinya keberuntungan se
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka