Ternyata Abhygael kini sangat rajin ke kantor, Regan bahkan kewalahan karena harus mengikuti jadwal bosnya. Pagi-pagi saat karyawan belum datang, Abhygael sudah berada di ruangannya. Terpaksa Regan harus bangun lebih pagi. Regan bahkan tak sempat sarapan pagi, untunglah isterinya sudah menyiapkan bekal sehingga dia bisa memakan sarapannya itu di kantor. Regan berusaha menduga-duga apa yang terjadi dengan sahabatnya ini, dia lalu menelpon Leona. "Direktur, apakah suamimu salah minum obat, sehingga waktu masih terlalu pagi dia sudah tiba di kantor?" "Kau sendiri tau, jika kami tidak sekamar, tapi kulihat belakangan ini dia sering menerima telepon dari seorang wanita. Tapi kurasa wanita itu bukanlah Selena," jawab Leona. "Oh baiklah, jangan khawatir, aku akan mengawasinya, sampai jumpa." Regan menutup teleponnya, pasti yang membuat Abhygael bersemangat ke kantor karena wanita itu. Aku mau lihat apa yang akan dia lakukan. Batin Regan. "Selamat pagi bos, maaf aku terlambat," sapa Rega
Rupanya video yang beredar luas di internet itu dilihat Selena. Dia tidak lagi membaca kolom komentar tetapi langsung menuju cafe Monolog. Dia berharap masih menemukan Tania dan Abhygael di sana. Dia bahkan tak memikirkan penampilannya, baginya saat ini bagaimana dia bisa membuat perhitungan dengan artis pendatang baru itu. Dan benar saja, nampak Abhygael dan Tania bersiap-siap hendak meninggalkan cafe. Selena segera berlari dan menarik rambut Tania. Tania yang tidak siap tentu saja nyaris jatuh karena tarikan Selena sangat keras. Untung saja Tania sempat berpegangan di bahu Abhygael. "Apa-apaan kau Selena, kau membuatku malu !" bentak Abhygael. Dia lalu membantu merapikan rambut Tania yang acak-acakan, hal ini malah menyulut emosi Selena. "Dasar perempuan tak tahu diri, bisa-bisanya kau mengambil kesempatan ini hah?" Selena hendak menampar Tania tapi tangannya langsung di cekal Abhygael. "Jangan membuat kesabaranku hilang Selena! Kau membuatku malu!' Abhygael menatap Selena deng
Di rumah keluarga Hendrinata, berita yang menjadi perbincangan hangat di media sosial kini menjadi pehatian serius keluarga Leona. Tuan Hendrinata hanya bisa mengelus dada namun ibu Renata terlihat sangat tenang seakan dia yakin anaknya Leona akan bisa melalui ini semua tapi sudah pasti di dalam hatinya tidak menerima ini. Lain lagi dengan Rafael, dia yang pernah jatuh cinta pada direktur Leona menahan amarah saat melihat berita itu. "Ini tidak bisa dibiarkan, kita perlu memperingati Abhygael agar jangan sampai kebablasan," ucap Rafael. "Leona sudah memberitahu ibu, jika Abhygael mengalami amnesia, ibu sedih membayangkan nasib Leona. Masalah selalu saja datang bertubi-tubi menimpanya. Ibu tidak yakin dia bisa sabar menjalaninya atau tidak. Usianya masih sangat muda," Renata merasa sangat sedih walau wajahnya tak menunjukkannya. Secara tidak langsung dia meminta dukungan untuk anaknya. "Bagaimana kalau kita berkunjung ke sana, kita harus melihat secara langsung bagaimana kehidupan L
Sejak kejadian pingsannya Abhygael, Leona tak lagi memaksa Abhygael untuk mengingatnya. Terlalu beresiko jika dia terus memaksakan keadaan, dia harus benar-benar bersabar sebelum sesuatu yang lebih buruk lagi menimpa suaminya. Dengan sangat terpaksa Leona menyetujui acara pemotretan yang dilangsungkan di rumahnya. Dia sudah bosan harus menjalani dua peran antara Rara dan Leona, tapi apa boleh buat. Entah harus sampai kapan dia akan terus seperti ini. Pernah Leona tak menghapus makeup nya dan menemui anaknya, tapi yang terjadi anaknya malah ketakutan. Abil menangis histeris sampai seisi rumah harus bergantian meredakan tangisnya. Anaknya sangat ketakutan melihatnya berdandan seperti dulu lalu apa yang harus dia lakukan? "Aku mulai bosan menjalani peran ini," kata Leona pada Dian dan Arini saat mereka sedang makan bersama di ruangannya. "Kau harus sabar, Wildan juga sedang berupaya mencari terapis yang tepat untuk suamimu. Aku dengar dia menelpon saudaranya minta dicarikan ahli terap
Dibawah sadar, Abhygael terus menyebut nama Leona, namun saat dia terbangun sudah pasti dia membenci Leona. Kejadian semalam bahkan tak diingatnya sama sekali, yang melekat di benaknya mengapa Leona bisa menyuruh direktur itu masuk ke kamarnya. Hal itu semakin menambah kebenciannya pada istri buruk rupanya itu. Leona hanya bisa menarik nafas berat, entah sampai kapan dia sabar menghadapi kondisi Abhygael yang seperti ini. Untuk menghilangkan rasa sumpek itu terkadang Leona menghabiskan waktunya di kantor dan bermain bersama Abil ketika berada di rumah. "Aku terkadang ingin menyerah," ucap Leona saat dia berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. "Jangan berkata seperti itu, ini merupakan ujian bagimu." nasehat Arini. "Lalu sampai kapan? Abhygael hanya mencintaiku di dalam tidurnya," keluh Leona. "Bukankan hal itu menunjukkan peluang untuk kesembuhannya? Wildan sudah menemukan dokternya tetapi menurutnya Abhygael sebaiknya berobat di luar negeri," Dian yang sedari tadi menyimak berusaha
Guru Arafat menatap Leona iba, wanita cantik ini terpaksa harus banyak bersabar di usianya yang terbilang muda. Berbeda usia lima tahun dengan suaminya, tapi dia mampu menempatkan posisinya sebagai isteri sekaligus seorang ibu. "Biarkan Abhygael istirahat, sebaiknya kita ke ruang perpustakaan." Suara Putera memecah keheningan, Leona segera mendongak dan mengangguk. Dia lalu berdiri mengikuti langkah ayah mertuanya dan guru Arafat. Dia melangkah dengan gontai, pikirannya berkelana entah kemana, istri mana yang tidak merasa tertekan dengan situasi ini, tapi mau bagaimana lagi, Leona pasrah dengan keadaan. "Papa lihat kau sepertinya mulai bosan dengan keadaan ini," ucap Putera tatkala mereka bertiga sudah duduk di sofa yang terdapat di ruang perpustakaan. "Aku bukannya bosan pa, tapi aku merasa kesal. Abhygael secara terang-terangan membawa Tania ke rumah," jawabnya dengan nada rendah menyembunyikan kegalauan hatinya.Sebisa mungkin dia bersikap tenang dan tetap tersenyum di hadapan ay
Hari in Leona tak pergi ke kantor, dia ingin menghabiskan waktu bersama anaknya. Semua energinya tersita untuk Abhygael dan mengabaikan anaknya. Abil terlihat sangat mendambakan kasih sayang darinya, dia tak perduli lagi dengan protes Abhygael yang menganggapnya benalu dalam rumahnya. Leona jika bersama Abil harus tanpa makeup agar anaknya itu tak ketakutan. Leona meraih ponsel dan menghubungi Wildan. Dia sedikit menjauh dari anaknya dan berbicara dari balkon. "Aku tak masuk kantor hari ini, tolong di handel semua pekerjaanku," kata Leona. "Baik !" jawab Wildan dari seberang telepon. Wildan merasa perlu bertanggung jawab untuk kelalaian yang ditimbulkannya. Untunglah dia tak disalahkan. Jika dipikir-pikir, memang bukan karena kesalahannya. Abhygael saja yang tidak berhati-hati sehingga tertimpa material itu. Kasus kecelakaan yang menimpa Abhygael masih ditelusuri, sampai saat ini belum ada yang di tahan sesuai permintaan Putera. Benyamin yang menangani kasusnya, atas perintahnya k
Matahari mengintip dari cela-cela pohon rindang di depan rumah mak Mius. Wanita tua itu mendapat kabar jika hari ini Tania akan datang menemuinya. Tanpa diberitahu sekalipun, ia tahu jika artis itu akan datang menemuinya. Tak berapa lama sebuah mobil mewah berwarna biru berhenti di depan rumahnya. Sepasang kaki putih mulus dengan hak tinggi nampak keluar dari balik mobil. Tania memberi salam dan memeluk mak Mius dengan erat. Betapa besar rasa terima kasihnya kepada wanita tua yang aneh ini. "Mak terlihat semakin kurus, apakah mak sakit?" tanya Tania setelah mak Mius mengajak Tania masuk dan duduk di kursi ruangan tamunya. "Mak sudah tua, jadi seperti yang kau lihat," jawab Mak Mius sambil tersenyum. "Sudah saatnya mak istirahat, jangan lagi mengurusi para tahanan itu," saran Tania dengan penuh perhatian. "Sudah seminggu ini mak tidak mengurus mereka lagi. Mak akan pindah ke rumah yang sudah dibelikan Junet," ucap Mak Mius yang terlihat tetap cantik walau dengan wajahnya yang sudah