Sejak bertengkar dengan Leona, Julit tak lagi datang kerumah itu. Makanya hari ini Leona berencana ingin menjebak Maid yang bekerja sama dengan paman Julit. Satu persatu dia memanggil Para Maid. Hari pertama dia memanggil seorang maid yang bernama Rio. Dia meminta Rio membantunya membuka karpet untuk menyembunyikan surat yang ditinggalkan ayah mertuanya. menurutnya dia menemukan surat penting itu saat membaca buku Maid pertama, kedua sampai ke sepuluh tak menunjukan sesuatu yang mencurigakan. Leona sudah memperhitungkan titik -titik mana yang akan dibukanya bersama maid dan memasukan sepucuk surat di dalamnya lalu ditutupnya kembali seperti semula. Tak ada yang tau jika Leona memasang kamera tersembunyi dari balik buku tepat dikarpet mana dia meletakkan sebuah memo yang bertuliskan, "Kena Kau !" Setiap maid dipesan untuk tidak menceritakan apapun kepada maid lainnya. Jika ketahuan mereka akan dipecat dan dibuang kehutan. "Jangan ceritakan kepada siapapun jika aku memanggil kalian jik
CCTV di ruang perpustakaan telah normal kembali, Nenek Melinda terkejut melihat adegan itu. Dia segera menelpon petugas CCTV di ruang monitor agar menghapus adegan dimana Leona melompat dari balik meja. Ini akan mengurangi poin feminimnya didepan Abhygael.Namun setidaknya Nenek Melinda tersenyum, Abhygael mendapatkan isteri yang tepat. Nenek akan menginterogasi Leona nanti. Nenek Melinda memastikan kembali rekaman itu. Anak buahnya lumayan bisa diandalkan. Rekaman hanya sampai pada Selena yang mengayunkan tas dan ditangkis dengan tangan kiri Leona.Abhygael mendapat pengaduan dari kekasihnya, tentunya dibubuhi dengan embel-embel yang sedikit ekstrim. Rasa iba untuk Leona yang tadinya muncul kini berubah menjadi kebencian yang mendalam. Dia sudah memastikan jika Leona telah kembali makanya dia segera bergegas pulang ke rumah. Siang itu Leona tidak langsung menemui nenek, setelah makan siang dia berjemur dipinggir kolam renang. Leona tak takut hitam karena lotion cokelat yang dia gunak
Leona sedang berusaha keras menemukan chips itu sebelum persidangan dimulai, agar dia tak lagi terikat dengan keluarga itu. Hanya tinggal menghitung hari jadwal persidangan yang sudah ditetapkan. Jika Abhygael menggunakan pengacara maka Leona tidak. Dirinya yang akan hadir pada persidangan itu. Dia berencana menghadiri persidangan itu dengan wajah aslinya.Sementara itu nenek Melinda sedang berpikir keras, dia tak mempercayai siapapun kecuali bibi Sultia."Tolong pikirkan cara mencegah perceraian itu," Nenek Melinda sedang duduk berbincang dengan Bibi Sultia di dapur."Aku punya ide nyonya besar, tapi aku tidak yakin itu bisa berhasil atau tidak.""Cepat katakan, waktunya tinggal lima hari lagi."Bibi Sultia membisikkan sesuatu, namun Nenek Melinda menggeleng. "Lalu ?"Bibi Sultia berbisik lagi. Nenek Melinda akhirnya manggut-manggut.Sementara Nenek Melinda merencanakan sesuatu, Leona berpikir keras di ruang perpustakaan seperti biasa. Tangannya menyentuh buku satu persatu. Dan tunggu
Abhygael berdiri di depan pintu, nenek Melinda membuka pintu dengan lebar sehingga tanpa bertanyapun Abhygael sudah bisa melihat Leona yang baru saja berdiri dari kursinya dan bersiap-siap keluar.Leona tak bicara dan memilih keluar tanpa memerdulikan Abhygael yang berdiri menunggunya."Bukankah kalian akan bercerai ? Mengapa mencarinya ?" Nenek Melinda tau jika Abhygael sudah mulai menyukai Leona, hanya karena gengsi dengan wajah bintik-bintiknya membuat Abhygael tak mau mengakuinya."I..itu nek, a..aku belum makan siang," Abhygael tak tau harus menjawab apa.Nenek Melinda hendak tertawa melihat kegugupan Abhygael tapi terlintas dalam benaknya ingin memberi pelajaran pada cucunya itu. "Nyonya, ditunggu tuan dan Nyonya Besar di ruang makan," Terdengar suara maid di balik pintu kamarnya.Leona yang baru saja mengganti bajunya segera menyahut, "Iya..nanti aku menyusul."Leona menatap dirinya di cermin, hanya tinggal beberapa hari lagi dia tak akan menggunakan lotion dan makeup coklat in
Guntur menggelegar, sebentar lagi akan turun hujan. Benar saja, ketika Regan dan Abhygael masuk kedalam mobilnya masing-masing, hujan turun dengan derasnya. Ketika Abhygael hendak menghidupkan mesin mobilnya, bayangan wajah gadis yang di halte terlintas. Keningnya mengernyit, bukankah bibi Sultia berkata jika Leona pulang dengan basah kuyup ? seakan tersadar dia menekan klaksonnya dengan keras sehingga mengagetkan satpam dan Regan yang berada disamping mobilnya.Abhygael segera menelpon pengacara namun tak diangkat, mungkin karena hujan deras sehingga pengacaranya tak mendengar.Regan yang melihat mobil Abhygael yang tak juga bergerak merasa heran. Jika bukan karena hujan, mungkin saja dia sudah turun dari mobil dan mengetuk kaca jendela mobil bosnya sekaligus sahabatnya itu.Abhygael menelpon sampai sepuluh kali, dia terlihat nyaris putus asa, Dibukanya video yang dikirim neneknya, jantungnya seakan melompat keluar. Itu...itu Leona. Saat dia menonton video tiba-tiba telepon masuk dar
Abhygael berlari-lari kecil menuruni tangga dengan semangat 45, Nenek Melinda yang berada di ruang keluarga hanya geleng-geleng kepala. Senang rasanya melihat sang cucu kembali bahagia. "Bukankah nenekmu ini tidak salah menilai orang ?" Nenek Melinda berkata saat Abhygael duduk disampingnya. "Jangan membuatku malu nek, nenek adalah yang terbaik bagiku," Abhygael memeluk neneknya erat. "Sudah-sudah kau itu sudah besar, buruan sana. Segera berikan nenek cicit, khawatirnya umur nenek pendek sebelum menggendong cicit." "Abhygael melepaskan pelukannya "Jangan ngomong begitu nek, bantu aku agar bisa merebut hatinya," "Nenek sudah berupaya, sekarang tinggal giliranmu. Hari ini nenek akan kembali ke rumah nenek, banyak tugas yang harus nenek selesaikan disana." "Oke, aku akan mengantar nenek, tapi aku mau bilang sesuatu." "Katakan ada apa ?" "Aku mau tampil dengan wajah asliku." Nenek Melinda baru tersadar melihat Abhygael yang saat ini tak lagi memakai topeng. "Kau sudah memikirkan s
Malam ini Abhygael masih membiarkan Leona tidur di sofa, perlu adaptasi bagi Leona untuk bisa tidur berdua dengannya. Besok pagi, Abhygael akan menyuruh maid mengeluarkan kursi itu dari kamarnya. Malam ini Abhygael tidur dalam damai. Ponselnya menggunakan mode silent makanya panggilan tak terjawab Selena sampai 50 kali tak didengarnya. Pagi harinya Abhygael bangun dengan penuh semangat, dia tak melihat Leona. Rupanya isterinya itu sudah melakukan rutinitasnya. Keranjang pakaian kotor tak lagi ditempatnya. Mulai hari ini dia akan menyuruh maid yang melakukan semua tugasnya kecuali memasak. Abhygael ingin terus merasakan masakan isterinya. Pagi ini Abhygael akan melakukan meeting dengan seluruh karyawan. Regan sudah menerima pesannya semalam. Siangnya akan dilanjutkan dengan para direksi dan pemegang saham. Abhygael memasuki Gedung bertingkat itu, menyapa semua para karyawan dari satpam, cleaning servis dan resepsionis. Perubahan yang cukup drastis, pimpinan yang dikenal pelit senyum
Sekretaris mendapat perintah melalui interkom, jika hari ini Ceo akan mengadakan konferensi pers. Ruangan sudah diatur sedemikian rupa, para pencari berita memadati gedung itu, ini sungguh berita spektakuler ketika seorang karyawan membocorkan rahasia jika wajah pimpinan perusahaan sangat tampan. Ternyata Televisi swasta menyiarkan ini secara live. "Pengusaha buruk rupa ternyata sangat tampan," publik dibuat terkejut dengan berita itu. Masing-masing segera menyalakan televisi yang menayangkan siaran itu. Terlihat Seorang pria tampan didampingi Regan dan wanita buruk rupa disampingnya, membuat publik bertanya-tanya siapa wanita itu ? "Maaf, saya tau pasti banyak yang bertanya, mengapa saya selama ini menggunakan topeng dan baru sekarang melepaskannya," ucap Abhygael sambil tak melepaskan genggaman tangannya dari Leona. Kamera menangkap pemandangan itu, sehingga seorang wartawan sempat bertanya, "Siapakah wanita di sebelahnya." Publik dihebohkan dengan berita menggemparkan itu, Nene
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka