“Ya, aku mengetahuinya.” Elena mengembuskan napas dengan berat seraya membuang muka ke arah lain. Dua kali, hari ini, pria itu tak memberi tahunya hal penting. “Lagi? Kau tak memberitahuku lagi?” “Ini masih dalam penyelidikan, Elena. Aku mengumpulkan sebanyak mungkin kelemahan mereka.” “Apa rencanamu? Kau merahasiakan apa lagi?” “Mengungkap semuanya. Menghukum mereka. Aku perlu waktu menggali kesalahan – kesalahan mereka.” “Kurasa hanya aku yang tahu apa pun di sini.” “Aku akan memberitahumu. Tapi, tidak sekarang.” “Apa bedanya?” Kalau saja Drake bisa mengatakan, jika Elena tahu semuanya, wanita itu akan pergi sejauh mungkin dari pantauannya. Ia tak bisa mengatakannya semudah itu sekarang. “Drake?” panggil Elena lagi saat Drake tampak termenung. “Beri aku waktu. Semua akan kuselesaikan.” “Kau selesaikan bagaimana?” “Mereka yang bersalah, harus dihukum.” “Aku tak tahu kenapa kau tak memberitahuku hal – hal penting hari ini. Tapi, yang jelas, aku akan mengusut semua hal
Dengan sigap, Drake menahan pintu dengan kakinya ketika Elena membuka pintu itu. Ekspresi terkejutnya membuat Drake tersenyum. Elena yang tersadar, segera mendorong pintunya, tapi, tersangkut. Ia menatap ke bawah. Mendapati kaki Drake menahan pintunya. “Kakimu ... pulang sana. Kenapa kemari?” Masih berusaha menutup pintunya, tangan Elena terulur untuk mendorong Drake pergi. Tapi, pria itu dengan mudah justru menarik perlahan tangan Elena ke arahnya seraya mendorong pintunya dengan tangan kanan. Pintu berhasil terbuka sempurna, sementara Elena jatuh ke pelukannya. “Drake! Sialan kau!” “Baiklah, kita masuk, Carl.” Elena melotot ke arah Carl yang menahan pintu agar tetap terbuka untuk Drake dan Elena yang masuk ke dalam lagi. Kate yang mendengar keributan segera keluar seraya membawa pasta giginya. “Bahkan kau sudah memakai piyama. Elena, ambil barangmu dan kita pulang sekarang.” “Tidak mau! Aku tidak mau pulang karena ada kau.” Menahan suaranya agar tak terlalu keras, Elena men
Kate melongo mendengar kalimat Carl. Mendapati terbangun di pelukan pengawal sahabatnya itu membuat Kate canggung. Mengapa ia bisa berakhir tidur di bawah dengan Carl? “Bagaimana aku bisa tidur di sini?” “Tidurmu sangat anggun sekali, Kate. Sampai – sampai kau jatuh ke bawah. Beruntung aku tetap terjaga jadi bisa menangkapmu. Sudah seperti itu pun kau belum terbangun juga.” Kate tak bisa menyangkal apa pun. Ia sama sekali tak sadar tadi malam. Yang ia tahu, ia hanya merasa tidur dengan nyaman. Tak tahunya tidur di bawah dengan Carl. Wanita itu langsung berdiri, meraih kaca mata yang ada di meja kecil samping ranjangnya. “Aku sudah terlambat.” Meluncur dengan kecepatan penuh, Kate segera berlari menuju kamar mandi. Saat mandi pun, pikirannya enggan menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Apa yang kulakukan sih, sampai terjatuh ke bawah dan memeluk Carl begitu?” Beberapa kali ia merutuki dirinya sendiri. Setelah ia keluar dari kamar mandi, giliran Carl. Kate yang berdandan d
Drake duduk di dekat Elena. Ekspresi pria itu tak terbaca. Elena menelan ludah saat menatap dada bidang dan otot perut pria di sebelahnya itu. Ia berusaha mengalihkan pandangan ke hal lain. Pandangannya jatuh pada lengan berotot Drake yang membuatnya menahan napas beberapa detik. “Aku tahu.” “Apa?” Mengira ia salah mendengar, Elena berusaha menguasai kesadarannya kembali. Jadi, pria ini tahu jika kekasihnya berselingkuh. “Kau tahu Alexa berselingkuh darimu saat itu?” “Jangan membahas masa lalu lagi. Bukan hal yang penting.” Jari tangan Drake memainkan rambut panjang Elena. Pirang yang mengilap itu selalu berhasil mencuri perhatiannya. Hati Elena terasa perih. “Ini penting bagiku, karena ini penting bagimu.” “Kenapa menurutmu itu penting untukku?” “Karena itu artinya Alexa membohongimu! Aku sendiri tahu seberapa besar kau mencintainya, tapi, yang dilakukannya menyakitimu. Berselingkuh darimu.” Elena memegang kepalanya yang terasa pening. Respons Drake tampak biasa karena mun
Usai kepergian tim kuasa hukumnya, Elena berdiri menatap view di hadapannya. Kate berjalan mendekatinya. “Akhirnya, kita bisa menggunakan bukti di tangan kita sebentar lagi.” “Ini baru awal, Kate. Kita lihat nanti malam, bagaimana batu pijakan awal bekerja.” “Kau mau melihatnya langsung?” “Apa kau mau menemaniku?” “Tentu saja.” Kedua wanita itu saling melempar senyum. Tentu saja, malam ini tak boleh dilewatkan begitu saja. Keduanya sudah bertekad melihat langsung. Carl yang duduk tak jauh dari mereka menghela napas panjang. Malam ini, dua wanita keras kepala itu akan membuatnya pusing. Sebuah pesan muncul di ponsel Carl. Ia segera membaca pesan itu lalu membalasnya seraya mengawasi dua wanita itu. “Mereka ingin melihat langsung rencana malam ini.” Begitu bunyi pesan Carl. Ia segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Kate yang sempat melihat gerakan tangan Carl mengerutkan kening. *** Elena mengalkulasi semuanya. Bukti keterlibatan Alexa dalam insiden intimidasi
Drake menyerahkan seberkas dokumen kepada Elena pagi itu, masih memakai jubah mandinya. Elena menelan ludahnya diam – diam. Dia baru saja selesai ganti baju saat Drake masuk ke kamarnya. “Semua ini, hasil penyelidikanmu?” “Ya. Aku punya tim sendiri, khusus untuk mencari tahu sesuatu.” Elena melihat sekilas isi dokumen. Ada bukti transaksi sejumlah uang dari Alfred ke seseorang yang diduga pelaku dan pertemuan usai insiden itu. Ia lalu memasukkan kembali dokumen itu ke map. “Terima kasih. Aku bisa menggunakan ini juga untuk memberatkan Alfred.” “Tak perlu berterima kasih, siapa saja yang menyentuhmu sehelai rambut sekali lagi. Aku tak akan tinggal diam.” Elena melihat rambut Drake yang masih setengah basah. Ia lalu mengambil hair dryer yang ada di meja riasnya. “Duduklah, aku akan mengeringkan rambutmu.” Pria itu menurut saja. Duduk di sofa panjang dan membiarkan Elena mengeringkan rambutnya. “Kau jadi tinggal denganku kan, meskipun perjanjian kita berakhir?” “Aku belum memu
Elena berjalan keluar dari ruangan pertemuan dengan Alexa. Kate dan Carl segera mendekatinya. Melihat wajah muram Elena, Kate menggandeng lengan sahabatnya itu. “Elena, apa kau baik – baik saja?” “Aku ingin mencari angin segar. Di taman depan.” Elena berusaha mengulas senyum. Kate yang paham melepaskan tangannya dari lengan Elena. Membiarkan wanita berambut pirang itu keluar dari gedung. Tepat saat itu, Drake juga keluar. Matanya memicing saat melihat Kate membiarkan Elena keluar gedung. “Ke mana Elena?” “Mencari udara segar di taman depan. Sepertinya dia perlu waktu sendiri.” “Bahaya jika dia sendiri.” Pria tinggi besar itu tak memedulikan perkataan Kate, ia menyusul langkah Elena di depannya. Begitu melihat mantan istrinya itu duduk di sebuah bangku panjang. Drake memutuskan untuk mengambil jarak. Berdiri di balik pohon tak jauh dari Elena. Elena menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu menyugar rambut panjangnya ke belakang. Tatapannya lurus ke depan. “Ya Tuhan
Kate dengan sigap segera memasak untuk makan malam mereka. Carl mempersiapkan peralatan makan di meja makan. Kate meminta Carl membawa makanannya ke meja. Wanita itu lebih banyak diam usai berbelanja tadi. “Apa kau marah karena pertanyaanku tadi?” “Tidak.” “Kenapa cemberut begitu?” “Karena kau terus bertanya kapan aku menjawab permintaanmu.” “Aku sudah menunggu lebih dari seminggu. Tak apa kalau kau minta waktu lagi. Asal pastikan kau menjawabnya.” Kate menatap Carl lama. Ia tak habis pikir, kenapa Carl selalu berusaha mendekatinya akhir – akhir ini. Ia menunggu Carl menyelesaikan makan malam. “Kate, kenapa kau tinggal di sini? Tempat ini biasa untuk ukuran sekretaris sepertimu. Sepertinya Nona Elena juga baik padamu.” “Tidak diragukan lagi, Elena menggajiku dengan baik. Sangat baik malah.” “Lalu, kenapa tidak cari apartemen yang bagus?” “Karena aku nyaman tinggal di sini. Malas pindah.” “Benarkah hanya itu?” “Aku ... sebenarnya agar aku tetap mengingat masa ketika aku be