Sepanjang jalan tak ada pembicaraan yang berarti, Keysa memalingkan wajahnya dan serius menatap deretan gedung-gedung yang mereka lewati, Rehan yang sesekali menyentuh tangannya tak di hiraukannya.Kini mereka memasuki sebuah kawasan yang cukup bersih, Keysa tau ini adalah kawasan rumah-rumah para konglomerat. Dia pernah di ajak ayahnya ke rumah salah satu kolega bisnisnya. Saat itu usianya masih sangat muda bahkan masih terbilang kanak-kanak, tapi ingatannya sangat kuat, jika rumah yang pernah dia kunjungi belum di renovasi maka dia akan bisa mengingatnya."Kita sudah sampai.""Hah ?"Keysa terkejut, dia tak menyangka jika mobil Rehan sudah memasuki halaman rumah mewah. Rumah ini terlihat berbeda dari rumah-rumah yang lain di sekelilingnya. Rehan turun dari mobil lalu mengitarinya dan membukakan pintu mobil untuk Keysa. Tuan Sunshine dan Ibu Sekar mengintipnya dari balik jendela kamar lantai dua. "Lihatlah gadis itu, sepertinya wajahnya sangat familiar," ucap tuan Sunshine."Semua
Ayah dan anak terlibat pembicaraan yang cukup serius, saking tak puasnya mereka pindah ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Tuan Sunshine mengirim pesan pada isterinya untuk tidak mengganggu mereka di dalam kamar."Katamu Keysa bukan anaknya Geraldy, lalu kau menanyakan keluarga Emil, apa hubungannya ? Tapi...i..itu..," tuan Sunshine terdiam. Dia teringat wajah Keysa yang sangat familiar di benaknya."Kenapa pa, apakah papa mengetahui sesuatu ?"Rehan memperhatikan ayahnya yang tiba-tiba terdiam, jantungnya berdegub dengan kencang. Dia takut akan sesuatu yang sangat sulit untuk di terimanya."Terlalu rumit untuk menceritakannya, papa tak tau hendak memulainya dari mana.""Apakah keluarga Emil di bunuh ? Papa tau siapa pelakunya atau....?" Rehan menatap ayahnya dengan penuh selidik."Mengapa kau menatap papa seperti itu ? Papa rasa tidak ada hubungannya dengan isteri barumu," tuan Sunshine gelisah. Kegelisahan ayahnya sempat terekam dengan baik dalam benak Rehan, dia sangat takut jik
Satu-satunya cara yang harus di lakukan Rehan adalah membicarakan masalah ini bersama. Keysa itu sangat religius jadi pasti akan menerima penjelasan suaminya walau sikapnya masih sangat ke kanak-kanakan."Bagaimana jika kita ajak Keysa berbincang bersama?" tanya Rehan."Ah kau ini, bicarakan berdua dulu baru libatkan orang tua. Mengapa kau kembali seperti anak kecil, menikah dengan gadis remaja bukan berarti mengabaikan kedewasaan kita. Pastikan setelah semua baik-baik saja, barulah ajak mama dan papa. Dan juga kalian perlu melaksanakan resepsi agar semua orang tahu jika kau sudah menikah.""Baiklah pa, terima kasih masalah resepsi nanti saja. Aku pulang dulu, entah apa yang dilakukan Keysa dan mama di luar."Rehan dan tuan Sunshine keluar dari kamar, mereka sama-sama mencari keberadaan isterinya masing-masing.Ternyata Keysa dan ibu mertua sedang membuat adonan roti, Keysa memang hobi membuat kue, dia terlihat sangat antusias membuat adonan, bahkan dia tak perduli dengan tepung yang
Tak ada alasan bagi Keysa untuk menolak permintaan suaminya tinggal di rumah Pondok Indah. Walau masih bingung dengan situasi yang di hadapinya sekarang tetapi mau tidak mau dia harus menurutinya.Sepulangnya dari rumah mertua, Keysa terpaksa mengikuti semua kemauan Rehan. "Setidaknya kita kembali ke rumah kontrakan untuk mengambil pakaianku," ucap Keysa pada akhirnya."Tidak perlu, semua pakaianmu sudah di bawa Luna ke rumah," jawab Rehan dengan santainya.Dia terlihat sedang serius mengemudikan mobil, sesekali dia membunyikan klakson jika ada mobil yang berusaha menyalipnya."Apakah seperti ini dirimu ?" Keysa kelihatan kesal.Rehan menengok sesaat pada isteri kecilnya ini, jika diladeni maka pertengkaran akan terjadi, akhirnya dia hanya meminta maaf."Maaf aku tidak sempat memberitahumu lebih awal, aku tak ingin kau kelelahan bolak balik di jalan, makanya aku langsung menyuruh Luna memindahkan pakaianmu."Rehan harus berusaha menekan rasa gemasnya melihat wajah Keysa yang di tekuk
Keysa merasa iba, dia tak tega melihat bibi Janah yang sudah semakin tua itu makan sendirian, akhirnya dia ikut turun bersama dengan bibi Janah. Kesempatan itu di pergunakan Rehan untuk mengambil kunci kamar dan menguncinya. Rehan tersenyum penuh kemenangan.Dia membiarkan mereka berdua makan di bawah, pintu kamar yang lain sudah di kuncinya, dan semua kunci di taruhnya di bawah bantalnya. Rehan tersenyum membayangkan bagaimana raut wajah Keysa saat tahu semua kamar terkumci kecuali kamar utama yang dia tempati. Menikah dengan gadis remaja ternyata sangat menggelikan tapi menyenangkan.Di ruang makan nampak Keysa sudah selesai makan dengan bibi Janah."Non, kaaihan tuan Rehan pasti belum makan, apa perlu saya bawakan makanannya ke kamar ?""Jangan nek, pasti nenek akan kelelahan turun naik tangga."Tidak sia-sia Rehan memamggil bibi Janah, dia yang sudah berdiri di tengah tangga terpaksa balik lagi ke kamar. Dia pura-pura berbaring, sambil membuka-buka ponselnya. Terdengar bunyi senda
Keysa membaringkan tubuhnya di samping Rehan tetapi sebelum itu dia meraih guling yang dia gunakan sebagai pembatas antara dirinya dan suaminya.Rehan membiarkannya, dia lalu membalikkan badannya menghadap ke arah Keysa yang saat ini memejamkan matanya. Rehan dengan usilnya mencolek hidung Keysa. "Apa-apaan sih!" sungut Keysa. Dia menggeser tubuhnya menjauhi Rehan."Mendekatlah karena aku ingin mengatakan sesuatu padamu,' pinta Rehan, dia menaruh tangannya di bawah kepalanya. Kakinya saling menyilang dan tatapannya tetap tak lepas dari wajah Keysa yang tak juga mau membuka matanya."Cepat katakan, aku mau tidur !"Keysa tetap masih keras kepala. Sebenarnya dia merasa penasaran dengan apa yang akan di katakan Rehan, tetapi karena gengsi dia bersikap acuh tak acuh.Rehan tersenyum penuh arti, "Ini terkait orang tuamu."Keysa terkejut, seketika itu dia bangun dan duduk menghadap ke arah suaminya."Berbaringlah dan mendekatlah padaku, aku takut kau tak kuat menerima hal ini," Rehan merai
Keysa berdiri di samping bathtub, dia meraih handuk dan melilitkanya di pinggang, ingin bergerak namun dia merasa tak nyaman. Rehan merasa kasihan melihatnya, akhirnya Rehan membantu mengisi air hangat ke dalam bathub agar Keysa bisa berendam."Bisakah kau keluar ?" pinta Keysa dengan memelas."Baiklah, panggil aku jika kau membutuhkan bantuan."Keysa menatap punggung Rehan sampai dia tak terlihat lagi dan pintu kamar mandinya tertutup. Keysa meringis dan membuka handuk dan piyama bagian atas yang masih melekat di tubuhnya dan menaruhnya di atas wastafel. Kemudia Keysa melangkahkan kakinya masuk ke dalam bathtub. Keysa tak menyangka jika melalui malam pertama itu harus sesakit ini. Keysa lumayan lama berendam di dalam bathtub untuk meredam rasa perih dibagian sensitifnya. Karena terlalu lama Rehan membuka pintu kamar mandi."Kenapa lama sayang, nanti kau masuk angin."Rehan tau apa yang dirasakan isterinya, rasanya dia ingin membantu membiasakan Keysa dengan keadaan namun dia tahu ak
Pagi hari sangat bagus untuk berolahraga, bisa dibayangkan ini adalah cara efektif untuk membakar kalori dan membutuhkan kerja keras. Olahraga di pagi hari akan meningkatkan metabolisme tubuh. Hal ini yang ingin dilakukan Rehan setiap pagi. Berada dalam pelukan pasangan saat bangun tidur menjadi perasaan yang paling manis yang dirasakan keduanya."Aku ingin tahu cerita tentang masa laluku," Keysa yang baru saja keluar dari kamar mandi segera membaringkan tubuhnya di samping Rehan."Tunggu lima menit lagi setelah aku membersihkan badan."Rehan segera bangun dan bergegas ke kamar mandi, sebelumnya dia meraih handuk yang tergantung di samping pintu. Suara gemericik air menggema di seluruh ruangan, Keysa memeluk guling sambil menunggu suaminya keluar dari kamar mandi. Dia merasa aneh dengan dirinya sendiri, keputusan dadakan yang dia jalani sekarang terasa aneh. Entah bagaimana nanti kedepannya ketika dia membuat pilihan menikah dengan duda yang terpaut usia sangat jauh dengannya ini.Key
Bau disinfektan menyengat hidung, Adinda berdiri mematung di belakang ayahnya tanpa disadari oleh tuan Geraldy. Ayahnya terus sesenggukan menggenggam tangan nyonya Syakila. Dengan perasaan tak menentu Adinda memegang bahu ayahnya."Ayah! Apa yang terjadi?"Geraldy mendengar suara Adinda terkejut, dia tak menoleh namun dia menyentuh tangan anaknya yang menempel di bahunya."Seperti yang kau lihat nak!" jawab tuan Geraldy dengan suara serak menahan tangis." Maafkan aku ayah, ibu begini karena aku, aku salah dan khilaf!" Adinda memeluk bahu ayahnya dari belakang.Geraldy terdiam, apa lagi ini. Adinda menyembunyikan apa lagi? Geraldy meraih tissue dan menghapus air matanya. Dia diam dan berharap Adinda melanjutkan kata-katanya. Lalu Geraldy menarik sebuah kursi kosong ke sebelahnya dan menyuruh Adinda duduk di dekatnya."Maafkan aku ayah!" ucap Adinda lirih."Ada apa nak?" tanya Geraldy pelan.Sesaat Adinda menarik nafas dalam lalu menghempaskannya dengan pelan. Dia ikut menggenggam tang
Tuan Sunshine berbicara di ruangan direktur, direktur yang tak lain adalah Dr. Yuta meninggalkan mereka berdua dan segera melihat kembali kondisi nyonya Syakila."Ini terkait dengan Syakila!" kata Geraldy memulai obrolan."Sebelum kau bicara lebih jauh, lihatlah isi ponsel istrimu mungkin kau bisa menemukan petunjuk mengapa istrimu mencoba minum obat tidur dalam dosis yang tinggi!"Geraldy menerima ponsel istrinya namun dia tak membukanya."Tak membukanya sekalipun, aku tahu penyebabnya. Mungkin dia merasa menyesal karena mantan kekasihnya yang membunuh anaknya sendiri!" kata Geraldy dengan penuh penyesalan.Tuan Sunshine merasa tidak enak hati, ini adalah aib keluarga Geraldy jadi dia tak ingin mendengarnya."Sebaiknya selesaikan dengan baik, setiap manusia pasti berbuat kesalahan tapi tolong simpanlah ini dalam hatimu, jangan biarkan orang lain tahu aibmu sendiri!" Nasehat tuan Sunshine.Geraldy terdiam sangat lama air matanya jatuh bercucuran. Dia merasa sangat malu, karena dia men
Syakila.semakin terngiang ungkapan penyesalan Geraldy baru-baru ini yang mengatakan jika sebenarnya Keysa itu adalah Natasya. Jika Rehan mengatakan pelaku pembunuhan itu adalah Bagas, artinya Bagas telah membunuh darah dagingnya sendiri. Sejak kelahiran Keysa Bagas tak terlihat lagi batang hidungnya, bahkan ponselnya tak aktif lagi.Akhirnya Syakila ikut mengganti nomor ponselnya, dia sudah merasa sangat bersalah terhadap suaminya. Lalu kini dia bagaikan seorang pesakitan, seakan dia telah menerima hukuman akibat perbuatannya yang telah mengkhianati Geraldy.Sampai Adinda hendak berangkat ke kampus, Syakila tak juga bergerak dari tempat duduknya."Ibu, ada apa?" tanya Adinda bingung.Air mata yang menggenang di pipi ibunya membuatnya mendekati ibunya."Apakah karena Keysa?" tanya Adinda dengan penuh dendam."Ti..tidak sayang, terimalah Keysa sebagai adikmu, mungkin dengan cara itu ibumu ini bisa melupakan semua rasa bersalah ini," Isak nyonya Syakila."Memangnya apa salah Ibu?""Sudah
Melihat gelagat yang tidak bagus di wajah tuan Geraldy dan nyonya Syakila, akhirnya Rehan dan Keysa pamit pulang."Hati-hati nak!" pesan tuan Geraldy yang mengantar mereka sampai depan pintu gerbang.Taun Geraldy melihat beberapa motor mengiringi kepergian mobil Rehan. Dia menarik nafas dalam, syukurlah Keysa kini di jaga oleh orang yang tepat. Gumamnya dalam hati.Tuan Geraldy kembali masuk ke dalam rumah dia mengambil tas kantornya dan tak pamit lagi pada nyonya Syakila Yang sedang duduk diam di ruang tamu. Nyonya Syakila merasa sangat gugup dengan sebuah nama yang baru saja disebutkan Rehan. Nyonya Syakila dan Bagas adalah sepasang kekasih semasa kuliah, karena saat itu orang tuanya tak merestui hubungan mereka akhirnya Syakila dinikahkan dengan Geraldy. Awal pernikahan mereka berjalan aman-aman saja, Bagas menghilang entah kemana, namun setahun kemudian ketika Syakila telah melahirkan seorang putri yang di beri nama Adinda dia muncul kembali. Hubungan mereka berlanjut secara sem
Pagi menjelang, Keysa buru-buru turun ke dapur membantu maid menyiapkan sarapan pagi. Ditinggalkannya suaminya yang masih tertidur pulas. Untunglah semalam Rehan tak mengganggu tidurnya."Nyonya sudah bangun?" sapa maid."Iya bi, hari ini menunya apa biar aku saja yang memasaknya," Keysa menawarkan diri."Nasi goreng seafood!" jawab maid.Keysa mengambil bahan-bahan dari dalam kulkas, lalu dia mulai memasak menu kesukaan suaminya. Selain nasi goreng dia juga menyiapkan menu yang lain berupa roti panggang, salad buah dan telur dadar. Tak lupa pula dia menyiapkan jus wortel.Rehan terbangun dan tak menemukan Keysa di sampingnya segera bangun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya keluar menuju kamar mandi, setelah menggosok giginya dan mencuci wajahnya dengan sabun lalu keluar. Dia menuju ke dapur seperti dugaannya nampak Keysa sedang menyiapkan menu sarapan pagi.Nyonya Sekar dan tuan Sunshine keluar bersamaan dari dalam kamar. "Ayo kita sarapan, Panggi mama dan papa."Kedua menan
Pembicaraan berlanjut setelah makan malam, makanan penutup di bawa ke ruang keluarga. Kali ini Rehan duduk di samping Keysa. Mendengarkan pembicaraan menyangkut pembunuhan orang tuanya tentunya sangat tidak mengenakan hati. Makanya Rehan harus memberikan dukungan moril untuk Keysa."Sepertinya kalian kelihatan tidak sabar mendengar cerita papa," ucap tuan Sunshine.Rehan dan Keysa hanya tertawa tanpa suara. Mereka tak bisa memungkirinya."Apakah ada kemungkinan lain?" tanya Rehan."Sebenarnya ini adalah rahasia besar yang tidak bisa di ketahui oleh kalian berdua, takutnya kalian tidak bisa bijak mendengarnya. Tapi ini baru berupa spekulasi. Papa dan detektif yang menyimpulkannya, benar tidaknya hanya Tuhan dan mereka yang bersangkutan yang tahu.Rehan menatap ayahnya dengan penuh tanya."Sejak kapan papa penuh teka-teki seperti ini?" protes Rehan."Ini aib orang nak!""Lho, tujuan papa kan hanya ingin membuka kebenaran agar kita tahu siapa pembunuhnya, dengan begitu kita akan bisa leb
Sepanjang jalan menuju ke rumah orang tua Rehan, Keysa tak banyak bicara. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan mata. Rehan sesekali melirik ke kiri dan kanan mencoba memperhatikan keadaan jangan sampai ada yang mengikuti mobil yang dia tumpangi.Dia dan Bayu bertukar mobil demi untuk mengelabui musuh dan tak lupa pula dia meminta para bodyguard mengikutinya dari jarak yang tidak terlalu dekat."Ah, untunglah tak ada yang mengikuti ku," gumam Rehan dalam hati. Tak berapa lama mobilnya memasuki pekarangan yang sangat luas. Rumah besar nan megah milik orang tuanya. Terlihat ayah dan ibunya sedang menanti kedatangan mereka dengan duduk di teras rumah.Rehan membangunkan Keysa dengan mencium pipinya. Tentu saja gadis cantik ini tersentak kaget."Kita sudah tiba sayang, ayo turun!" ajak Rehan.Keysa membetulkan jilbabnya lalu membuka pintu mobil. Rehan ikut turun dan mengitari mobil lalu menggandeng tangan istrinya menuju teras."Assalamualaikum!" "Waalaikum salam!""Mari
Tuan Bismu sangat serius mengurus masalah yang diminta sahabatnya Rehan. Dia sudah beberapa hari ini bolak balik ke pengadilan hanya untuk bertemu dengan hakim dan jaksa, dirinya juga telah menyiapkan pengacara atas persetujuan Rehan, keduanya terlihat sangat sibuk di pengadilan. Untunglah hari itu tak ada sidang sehingga mereka bisa leluasa berbicara dengan hakim dan Jaksa.Di hari berikutnya, tuan Bismu bertemu pengacara di pengadilan."Bagaimana urusannya?" tanya Bismu."Ini akan menguak kasus yang lama terpendam!" jawab pengacara yang bernama Amar. "Tidak masalah, siapa tau dengan kemunculan putri kandung tuan Emil akan menguak misteri pembunuhan yang telah menimpa keluarganya."Amar terdiam beberapa saat, menurutnya bukan pada masalahnya tetapi pada keamanannya. Jika pembunuh itu masih berkeliaran di luar bukan berarti bukan hanya Rehan dan Keysa yang tidak aman tetapi merekapun dalam keadaan yang tidak aman."Mungkin kita perlu menyiapkan beberapa petugas dari kepolisian untuk
Atika memberikan keterangan dengan menunjukkan beberapa dokumen pendukung."Hmm sepertinya dokumen ini harus disandingkan dengan dokumen yang ada pada kami," jawab Abimanyu."Maksudmu apa tuan?""Penerus perusahaan ini adalah Keysa Geraldy, dia adalah anak kandung tuan Emil dan nyonya Adiba. Jika ibu maksud nyonya Adiba memiliki anak lain, saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan perusahaan ini!"Setelah mengatakan itu Abimanyu mencoba meneliti wajah wanita di depannya. Sepertinya wanita ini terlalu berani."Anak yang kami asuh bernama Natasya Aurelia, dan sekarang namanya di ganti menjadi Naura," kata Atika.Abimanyu tertawa, "Silakan tinggalkan ruangan ini Bu, maaf saya harus meeting dengan karyawan. Tak perlu membawa siapapun ke perusahaan ini walau ibu membawa gadis manapun ke perusahaan ini, sekali lagi saya tegaskan tak ada hubungan sama sekali dengan saya, apa ibu paham?"Abimanyu secara tidak langsung mengusir Atika dari ruangannya, tapi Atika bahkan tak bergeming."Aku data