Keysa tak tahu mengapa dia mengikuti begitu saja keputusan gila Rehan. Mungkin usianya sudah wajib nikah tapi menikah dengan duda yang berbeda usia yang sangat jauh ini, di luar perkiraannya. Anehnya dia setuju begitu saja tanpa berpikir panjang, Siang ini setelah makan siang berakhir, Keysa akan di ajak Rehan bertemu kedua orang tuanya. Keysa sengaja berlama-lama di kamar mandi, dia sudah menyabuni seluruh tubuhnya lalu mengguyurnya dengan shower tapi kemudian melakukannya berulang kali, sampai terdengar ketukan di pintu. Siang ini mereka berdua akan bertemu dengan tuan Sunshine, Rehan sudah memberi kabar kepada kedua orang tuanya jika dia akan berkunjung. Orang tuanya sudah menduga apa tujuannya, mata-mata mereka telah melaporkan jika Rehan sedang kasmaran."Key....! Jangan lama-lama di kamar mandi, nanti kau masuk angin."Keysa tau itu suara Rehan, siapa lagi laki-laki di rumahnya jika bukan suami dadakannya ini. Dia menyelesaikan rutinitas mandinya dan segera keluar dengan menge
Sepanjang jalan tak ada pembicaraan yang berarti, Keysa memalingkan wajahnya dan serius menatap deretan gedung-gedung yang mereka lewati, Rehan yang sesekali menyentuh tangannya tak di hiraukannya.Kini mereka memasuki sebuah kawasan yang cukup bersih, Keysa tau ini adalah kawasan rumah-rumah para konglomerat. Dia pernah di ajak ayahnya ke rumah salah satu kolega bisnisnya. Saat itu usianya masih sangat muda bahkan masih terbilang kanak-kanak, tapi ingatannya sangat kuat, jika rumah yang pernah dia kunjungi belum di renovasi maka dia akan bisa mengingatnya."Kita sudah sampai.""Hah ?"Keysa terkejut, dia tak menyangka jika mobil Rehan sudah memasuki halaman rumah mewah. Rumah ini terlihat berbeda dari rumah-rumah yang lain di sekelilingnya. Rehan turun dari mobil lalu mengitarinya dan membukakan pintu mobil untuk Keysa. Tuan Sunshine dan Ibu Sekar mengintipnya dari balik jendela kamar lantai dua. "Lihatlah gadis itu, sepertinya wajahnya sangat familiar," ucap tuan Sunshine."Semua
Ayah dan anak terlibat pembicaraan yang cukup serius, saking tak puasnya mereka pindah ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Tuan Sunshine mengirim pesan pada isterinya untuk tidak mengganggu mereka di dalam kamar."Katamu Keysa bukan anaknya Geraldy, lalu kau menanyakan keluarga Emil, apa hubungannya ? Tapi...i..itu..," tuan Sunshine terdiam. Dia teringat wajah Keysa yang sangat familiar di benaknya."Kenapa pa, apakah papa mengetahui sesuatu ?"Rehan memperhatikan ayahnya yang tiba-tiba terdiam, jantungnya berdegub dengan kencang. Dia takut akan sesuatu yang sangat sulit untuk di terimanya."Terlalu rumit untuk menceritakannya, papa tak tau hendak memulainya dari mana.""Apakah keluarga Emil di bunuh ? Papa tau siapa pelakunya atau....?" Rehan menatap ayahnya dengan penuh selidik."Mengapa kau menatap papa seperti itu ? Papa rasa tidak ada hubungannya dengan isteri barumu," tuan Sunshine gelisah. Kegelisahan ayahnya sempat terekam dengan baik dalam benak Rehan, dia sangat takut jik
Satu-satunya cara yang harus di lakukan Rehan adalah membicarakan masalah ini bersama. Keysa itu sangat religius jadi pasti akan menerima penjelasan suaminya walau sikapnya masih sangat ke kanak-kanakan."Bagaimana jika kita ajak Keysa berbincang bersama?" tanya Rehan."Ah kau ini, bicarakan berdua dulu baru libatkan orang tua. Mengapa kau kembali seperti anak kecil, menikah dengan gadis remaja bukan berarti mengabaikan kedewasaan kita. Pastikan setelah semua baik-baik saja, barulah ajak mama dan papa. Dan juga kalian perlu melaksanakan resepsi agar semua orang tahu jika kau sudah menikah.""Baiklah pa, terima kasih masalah resepsi nanti saja. Aku pulang dulu, entah apa yang dilakukan Keysa dan mama di luar."Rehan dan tuan Sunshine keluar dari kamar, mereka sama-sama mencari keberadaan isterinya masing-masing.Ternyata Keysa dan ibu mertua sedang membuat adonan roti, Keysa memang hobi membuat kue, dia terlihat sangat antusias membuat adonan, bahkan dia tak perduli dengan tepung yang
Tak ada alasan bagi Keysa untuk menolak permintaan suaminya tinggal di rumah Pondok Indah. Walau masih bingung dengan situasi yang di hadapinya sekarang tetapi mau tidak mau dia harus menurutinya.Sepulangnya dari rumah mertua, Keysa terpaksa mengikuti semua kemauan Rehan. "Setidaknya kita kembali ke rumah kontrakan untuk mengambil pakaianku," ucap Keysa pada akhirnya."Tidak perlu, semua pakaianmu sudah di bawa Luna ke rumah," jawab Rehan dengan santainya.Dia terlihat sedang serius mengemudikan mobil, sesekali dia membunyikan klakson jika ada mobil yang berusaha menyalipnya."Apakah seperti ini dirimu ?" Keysa kelihatan kesal.Rehan menengok sesaat pada isteri kecilnya ini, jika diladeni maka pertengkaran akan terjadi, akhirnya dia hanya meminta maaf."Maaf aku tidak sempat memberitahumu lebih awal, aku tak ingin kau kelelahan bolak balik di jalan, makanya aku langsung menyuruh Luna memindahkan pakaianmu."Rehan harus berusaha menekan rasa gemasnya melihat wajah Keysa yang di tekuk
Keysa merasa iba, dia tak tega melihat bibi Janah yang sudah semakin tua itu makan sendirian, akhirnya dia ikut turun bersama dengan bibi Janah. Kesempatan itu di pergunakan Rehan untuk mengambil kunci kamar dan menguncinya. Rehan tersenyum penuh kemenangan.Dia membiarkan mereka berdua makan di bawah, pintu kamar yang lain sudah di kuncinya, dan semua kunci di taruhnya di bawah bantalnya. Rehan tersenyum membayangkan bagaimana raut wajah Keysa saat tahu semua kamar terkumci kecuali kamar utama yang dia tempati. Menikah dengan gadis remaja ternyata sangat menggelikan tapi menyenangkan.Di ruang makan nampak Keysa sudah selesai makan dengan bibi Janah."Non, kaaihan tuan Rehan pasti belum makan, apa perlu saya bawakan makanannya ke kamar ?""Jangan nek, pasti nenek akan kelelahan turun naik tangga."Tidak sia-sia Rehan memamggil bibi Janah, dia yang sudah berdiri di tengah tangga terpaksa balik lagi ke kamar. Dia pura-pura berbaring, sambil membuka-buka ponselnya. Terdengar bunyi senda
Keysa membaringkan tubuhnya di samping Rehan tetapi sebelum itu dia meraih guling yang dia gunakan sebagai pembatas antara dirinya dan suaminya.Rehan membiarkannya, dia lalu membalikkan badannya menghadap ke arah Keysa yang saat ini memejamkan matanya. Rehan dengan usilnya mencolek hidung Keysa. "Apa-apaan sih!" sungut Keysa. Dia menggeser tubuhnya menjauhi Rehan."Mendekatlah karena aku ingin mengatakan sesuatu padamu,' pinta Rehan, dia menaruh tangannya di bawah kepalanya. Kakinya saling menyilang dan tatapannya tetap tak lepas dari wajah Keysa yang tak juga mau membuka matanya."Cepat katakan, aku mau tidur !"Keysa tetap masih keras kepala. Sebenarnya dia merasa penasaran dengan apa yang akan di katakan Rehan, tetapi karena gengsi dia bersikap acuh tak acuh.Rehan tersenyum penuh arti, "Ini terkait orang tuamu."Keysa terkejut, seketika itu dia bangun dan duduk menghadap ke arah suaminya."Berbaringlah dan mendekatlah padaku, aku takut kau tak kuat menerima hal ini," Rehan merai
Keysa berdiri di samping bathtub, dia meraih handuk dan melilitkanya di pinggang, ingin bergerak namun dia merasa tak nyaman. Rehan merasa kasihan melihatnya, akhirnya Rehan membantu mengisi air hangat ke dalam bathub agar Keysa bisa berendam."Bisakah kau keluar ?" pinta Keysa dengan memelas."Baiklah, panggil aku jika kau membutuhkan bantuan."Keysa menatap punggung Rehan sampai dia tak terlihat lagi dan pintu kamar mandinya tertutup. Keysa meringis dan membuka handuk dan piyama bagian atas yang masih melekat di tubuhnya dan menaruhnya di atas wastafel. Kemudia Keysa melangkahkan kakinya masuk ke dalam bathtub. Keysa tak menyangka jika melalui malam pertama itu harus sesakit ini. Keysa lumayan lama berendam di dalam bathtub untuk meredam rasa perih dibagian sensitifnya. Karena terlalu lama Rehan membuka pintu kamar mandi."Kenapa lama sayang, nanti kau masuk angin."Rehan tau apa yang dirasakan isterinya, rasanya dia ingin membantu membiasakan Keysa dengan keadaan namun dia tahu ak