Share

Bab 62: Tentang Bang Hasan

"Iya, Abang. Aku baik-baik aja, tenang!” Begitulah kuingatkan Bang Hasan di hari ketujuh dinasnya ke pulau Jawa.

Sungguh, Bang Hasan lebih posesif dari pada almarhum bapak dan almarhumah mamak. Tidak hanya merecoki Tya dan Wulan agar mereka berdua tinggal di rumah ini sementara, Bang Hasan terus meneleponku setiap kali dia punya waktu.

Tidak jarang, Bang Hasan hanya bertanya hal sederhana. Sudah makan? Atau sedang apa? Lalu, mematikan panggilan setelah merasa cukup puas.

Jujur, aku senang dibuatnya. Bang Hasan menunjukkan sikap jika diriku memanglah wanita satu-satunya yang dia inginkan di dalam hidupnya yang menawan itu.

Aku yang selalu tersipu mendengar suaranya yang memanggil namaku di seberang sana. Atau, ketika Bang Hasan bertanya tentang apa yang kuinginkan saat dia pulang nanti selain keselamatan dan kesehatannya yang sudah pasti. Unik, bukan? Bang Hasan yang kubayangkan dulu saat kami masih berstatus teman tidaklah se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status