Argi langsung memukul wajah Bayu, ketika melihatnya keluar. Bayu yang tak menyadari, terhuyung mundur hingga punggungnya menyentuh tembok kamar mandi."Gi, lu disini?" Ucap Bayu sembari memegang pipi sebelah kiri yang terkena pukulan temannya.Argi tak menjawab pertanyaan itu, dia kembali mendekati Bayu, dan meraih baju pemuda itu."Lu ngapain si Dany? Lu jangan kurang ajar, Bay!!" Muka Argi merah padam menahan emosi, dia telah mendengar pengakuan dari teman Bayu. Kalau pemuda ini telah berbuat tak senonoh dengan teman kekasihnya. Argi merasa tidak enak hati pada Akira, karena dia telah mengenalkan Dany pada pria seperti Bayu. Yang dia tahu Bayu temannya adalah pemuda yang baik, dan gak mungkin melakukan tindakan yang tak pantas.Ketika Argi hendak melayangkan pukulannya lagi pada Bayu, Akira berlari menghampiri untuk menghentikan aksinya."Gi, jangan. Jangan pakai kekerasan." Ucap Akira sambil memegang lengan pemuda itu.Argi mendengar suara Akira, kini membuat kepalan tangan pemuda
Matahari sudah semakin naik, menandakan hari semakin siang. Mama Ruth yang masih melihat puteranya tertidur, berniat ingin membangunkannya.Dia berjalan mendekat ke arah kasur, dan menepuk pelan lengan Anggara."Ang, bangun udah siang. Sarapan dulu, Nak." Ucapnya dengan sangat lemah lembut.Anggara berbalik badan dengan mata yang masih terpejam, kembali mama Ruth menepuk bahu Anggara, kali ini tepukannya lebih keras dari yang pertama.Hingga akhirnya pemuda itu membuka mata, dan melihat mama Ruth yang tengah duduk di sebelahnya.Dia seperti bermimpi, dulu sebelum dia memutuskan untuk keluar dari rumah. Inilah kebiasaan yang dilakukan oleh mama Ruth, selalu membangunkannya dengan lemah lembut. Salah satu hal yang begitu dirindukan olehnya adalah perhatian mama Ruth.Anggara tersenyum ke arahnya, bergerak untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Setelah itu diapun bangkit dari tempat tidurnya."Makan dulu, Nak. Mama udah beliin makanan."Ruth bangkit berdiri dan berjalan ke arah
Kini kedua sahabat itu telah berada di rumah. Setelah memarkirkan motor, mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.Dany berniat untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Sudah seharian ini dia tak mengganti bajunya.Sedangkan Akira masuk ke dapur, untuk menyiapkan makanan yang telah mereka beli ketika perjalanan tadi. Setelah menaruh makanannya di atas piring, Akira berlalu ke kamar untuk mengganti seragamnya dengan baju santai rumahan. Lalu kembali ke dapur dan duduk di depan meja makan, menunggu Dany untuk mengajaknya makan bersama.Beberapa menit kemudian Dany keluar dengan penampilan yang lebih segar. Meskipun wajahnya tak seceria seperti biasanya. Dia berjalan ke arah meja makan dan duduk di sebelah sahabatnya."Dan, kita makan sama-sama ya." Ajak Akira, diikuti anggukan Dany. Mereka pun makan bersama."Na, gue minta maaf ya semalem bikin lu menunggu. Lu jadi tidur sendirian." Ucap Dany di sela-sela waktu makannya."It's ok, Dan. Kalau bisa, ada apa aja lu kasih kabar ke gu
Hari sudah semakin gelap, Ruth kini sudah berada di rumahnya. Dia tengah menunggu kedatangan suaminya. Dengan duduk di sofa sembari melihat berita di televisi.Sejam sebelumnya, Baskoro telah meneleponnya kalau dia sudah berada di dalam pesawat dan akan melakukan perjalanan kembali ke kotanya.Ruth telah membersihkan diri, kini dia tengah mengenakan dress panjang warna pink nude. Membuatnya terlihat semakin tampak cantik dan anggun. Make up tipis yang dia sapukan di wajahnya, membuat wajahnya terlihat lebih muda dan semakin berseri. Dia sengaja menyemprot parfum kesukaan suaminya.Dia berharap suaminya tidak akan curiga dan mencari tahu tentang apa yang dilakukannya selama ditinggal pergi. Karena tak ingin kembali menciptakan masalah yang nantinya akan membuatnya semakin menjauh dari puteranya.Sebelumnya ketika tadi sampai di rumah, dia sudah mengumpulkan asisten-asisten rumah tangga maupun suruhan suaminya untuk tutup mulut mengenai pertemuannya dengan Anggara. Seakan mengerti denga
Tak terasa Akira tertidur, dan baru sebentar memejamkan mata, bunyi dering ponsel membangunkannya. Segera dia bangkit dari kasur dan meraih ponsel yang ada di atas meja belajar. Melihat ke arah layar ponsel, terlihat nama ibu Lidiya tengah melakukan panggilan masuk. Akira menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya di daun telinga. "Halo bu?" "Nak, maaf ibu baru sempat lihat HP. Ibu baru bangun tidur. Kamu sudah makan?" Ucap Lidiya dari seberang sana. "Sudah Bu, tadi Lena makan bareng Dany." "Dimana Dany, Nak?" "Lagi tidur dia Bu. Ibu kapan pulang?" "Ibu belum tau nak, tapi ayahmu nanti usahain secepatnya pulang." Obrolan berlanjut, pertanyaan ibunya meliputi kegiatan sekolah dan kegiatan selama di rumah. Akira menjawab semua pertanyaan ibunya. Hingga panggilan berakhir, Akira yang terlanjur terbangun, kini tak bisa memejamkan matanya kembali. Hari sudah sore, dia beranjak dari kasur, meninggalkan Dany yang masih tertidur. Dia berniat untuk membersihkan rumah untuk m
"Besok libur, sudah ada acara? Mau ikut lihat festival musik?" Ucap Anggara memulai obrolan."Jam berapa Ang?" Akira menoleh ke samping, ke arah pemuda tampan itu."Siang, bisa?" Tatapannya kini beralih ke gadis yang tengah menatapnya. Senyum tipisnya begitu terlihat sangat manis di penglihatan Akira."Bisa." Akira mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya, sungguh senyum itu yang membuatnya kasmaran.Anggara kembali membawa pandangannya ke depan. "Nanti di festival itu, aku tampil sama Argi dan Bayu." Wajahnya kini kembali datar, dia sempat lupa dengan Argi yang masih menjadi bayang-bayang gadis ini. Dan ketika sekarang dia mengingatnya, Anggara begitu menyesal membahas tentang festival musik itu.Tentunya dengan adanya Argi, membuatnya akan merasa tidak nyaman. Akira pun sama, kini dia terdiam karena mendengar Anggara menyebut nama Argi.Saat ini dia merasa seperti menduakan Argi secara diam-diam. Padahal kenyataanya Argilah yang terlalu berharap tanpa menunggu jawaban darinya. Mere
Sebenarnya dia merasa bosan hingga dia memutuskan untuk keluar rumah, padahal jam sudah menunjuk tengah malam. Dan ketika melihat ke halaman rumah, ternyata Akira keluar tak menggunakan motornya. Maka dia memutuskan untuk menunggu sahabatnya itu sampai pulang ke rumah, karena pesan yang dia kirim tak dibalas oleh Akira.Akira yang mengetahui keberadaan Dany yang tengah memandang ke arah mereka, buru-buru pamit dengan pemuda yang mengantarnya."Ang, pulang hati-hati, aku langsung masuk ya. Udah ada Dany tuh." Ucapnya setelah turun dari motor. Anggara menoleh sekilas ke arah halaman rumah Akira, dia tahu keberadaan Dany di sana, namun tatapannya hanya datar tanpa ekspresi. Yang dia inginkan sebenarnya adalah biar teman Akira mengetahui kedekatan yang terjadi di antara mereka. Toh sebaik-baiknya orang menyimpan rahasia pasti nantinya bakal ketahuan juga."Oke, aku pulang ya, selamat malam, Akira." Ucapnya sembari memutar motornya, lalu menjalankannya menuju kontrakan.Akira membuka gerba
Pagi itu Akira terbangun dengan badan yang lebih segar, melirik ke samping tempat tidur. Dilihatnya Dany masih tertidur dengan lelap. Secara perlahan turun dari tempat tidur, agar tak menimbulkan suara berisik dan tak membangunkan Dany. Setelah berhasil turun, Akira pergi ke toilet untuk membersihkan diri. Mengganti bajunya dengan celana pendek jeans dan baju oversize warna pink. Beralih ke dapur, mencari bahan yang kira-kira bisa dia masak untuk menu sarapan mereka. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membuat nasi goreng. Ya, Akira begitu kangen nasi goreng buatan bu Lidiya. Kemarin dia sering melihat ibunya memasak, dan kini dia mau mempraktekkannya. Entah bagaimana nanti rasa nasi goreng buatannya, bisa dimakan atau tidak. Sembari bersenandung kecil, Akira mengeluarkan nasi putih dari Magicom. Mulai meracik bumbu, tentunya sesuai dengan apa yang dia ingat. Menyiapkan telur dan sosis sebagai toping yang nantinya di pakai sebagai pelengkap. Suara Akira begitu merdu, terdengar