Kenichi memeriksa berkas-berkas di ruang kerjanya, matanya memang memandang berkas tersebut namun tidak dengan fokusnya, pikirannya masih tersita dengan pertemuannya dengan Seika.
Kenichi sangat senang bertemu dengan Seika hari ini, dapat berbicara dengan gadis yang sangat ia cintai dan rasa senangnya di iringi oleh rasa kesedihan.
Tentu saja ia sedih jika gadis yang paling ia puja tidak mengingatnya. Namun walaupun begitu ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Seika.
“Kumicho” panggil Daiki.
Lamunan Kenichi buyar, ia menoleh ke arah Daiki. “Ada apa?”.
Daiki bertingkah serba salah, raut wajahnya ingin mengatakan sesuatu namun pikirannya mencoba menahannya sekuat tenaga.
“Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja” Ucap Kenichi memberi pengertian.
“Itu.. berkasnya” Bisik Daiki.
Kenichi menaikka
“Ittadakimasu” Ucap Kenichi lalu diikuti oleh anak buahnya. Kenichi dan anak buahnya makan dengan tenang, suasana di ruangan washitsu lebih sunyi karena tidak ada Michio yang menghangatkan suasana atau pun Seika yang mengajak bicara para anak buah Kenichi yang akhirnya membuat laki-laki itu cemburu dan mereka bertengkar sejenak. Kenichi teringat dengan suasana ketika Seika masih duduk disampingnya, ia tersenyum pelan. Ia sangat merindukan saat-saat bahagia tersebut.Akira mengeluarkan handphone dari saku celananya dan membalik badan untuk mengangkat telepon, beberapa saat ia berbicara lalu menutup teleponnya. “Kumicho-san” panggil Akira. Kenichi menoleh. “Anee-san ada di daerah Ikuta Road, sepertinya dia mencari anda” lapor Akira. Kenichi memejamkan mata sejenak. Ia telah memerintahkan seorang anak buahnya untuk terus mengawasi Seika, ia
Seika melihat kertas berisi alamat dan memandang pintu pagar yang tertutup, wanita itu melihat nama yang tertempel di kayu memanjang ke bawah bertuliskan ‘Yamaguchi-gumi’. “Ya. Alamatnya benar seperti yang Michio berikan” gumam Seika. Beberapa detik kemudian pintu di buka dari dalam dan tampak dua orang laki-laki memakai setelan jas menyambutnya. Mereka adalah Kenzo dan Botan. Botan tampak terkejut dengan kehadiran Seika, ia membungkukkan badannya. “An...” Sapaan Botan terputus ketika Kenzo memukul kepala laki-laki bertubuh buntal itu. Seika terkejut melihat adegan tidak terduga tersebut. “Anda mencari siapa nona?” tanya Kenzo dengan wajah tenang namun suara laki-laki itu sedikit bergetar. Seika terdiam sejenak, ia merasa familiar dengan kedua laki-laki di depannya. “Aku mencari Kenichi-san”. Kenzo memasang wajah ceria agar terlihat ramah namun wajahnya yang tegang dan keningnya yang mengernyit masalah terlihat seba
Seika membulatkan matanya, jantungnya berdetak di luar kewajaran. Ia bahkan tidak bisa menghitung berapa detak jantungnya perdetik. Tangannya bergetar pelan. Pelukan Kenichi, entah kenapa sangat familiar ditubuhnya, seperti merindukan tubuh atletis itu untuk waktu yang sangat lama. Tanpa sadar tangan Seika membalas pelukan Kenichi, sentuhan hangat di punggung membuat Kenichi tersadar dan segera melepaskan pelukannya. Kenichi membalikkan tubuhnya menyembunyikan tangannya yang terkepal kuat. “Maafkan aku. Aku memelukmu karena kau mirip dengan seseorang yang aku cintai”. Seika sangat terkejut ketika mendengar perkataan Kenichi, tangannya bergetar pelan. Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, tubuhnya bertindak diluar kontrolnya. Air mata wanita itu mengalir tanpa sadar, dadanya berdenyut sakit, ia tidak mengerti mengapa ia begitu sakit hati ketika mendengar bahwa Kenichi sudah mempunyai wanita yang laki-laki itu cintai. Dengan air mata berlinang, Seika membu
“Biarkan aku memelukmu sekali lagi” Ucap Seika dengan tenang. Metode kedua untuk memicu ingatan adalah kontak fisik, jika Kenichi adalah masa lalunya, ingatan Seika pasti akan terpengaruh oleh kontak fisik tersebut. Pelukan terakhir mereka sangat membekas di hati Seika, seperti sudah ia nantikan sekian lama. Oleh karena itu ia akan mencoba metode kontak fisik kembali. Kenichi terkejut dengan kata tidak terduga dari mulut Seika. “Apa?”. Rahangnya mengeras karena menahan keinginan untuk memeluk wanita di hadapannya. Seika tersentak dengan suara yang terdengar seperti ancaman, ia berdeham beberapa kali untuk menenangkan hatinya. “Aku tahu ini egois, tapi aku ingin memastikan kalau kau tidak ada hubungannya dengan masa laluku”. Kenichi terdiam sejenak. “Apa yang sebenarnya ingin kau pastikan?”. “Aku ingin memastikan bahwa kau bukan laki-laki yang kutemui di restoran waktu itu”. “Aku sudah bilang kalau kau salah orang”
Seika berdiri dan membungkukkan kepala kepada seorang kakek yang menjadi pasiennya.“Terima kasih sudah datang ke klinik”. Sang kakek hanya tersenyum dan juga menunduk hormat. Seika duduk kembali di tempat kerjanya lalu menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul satu siang. Sudah waktunya untuk makan siang. Wanita itu melangkah keluar ruangan. “Aoi, aku akan keluar makan siang sebentar” Ucap Seika sambil tersenyum. “Sensei, bolehkah aku ikut? Aku tidak membawa bekal hari ini” Aoi menatap memohon kepada Seika. Seika tertawa pelan. “Tentu saja boleh. Ayo”. Aoi berseru girang lalu memeluk lengan Seika dengan senang. Mereka pun melangkah ke restoran tempat Seika biasanya menghabiskan waktu istirahat siang. “Sensei, kau masih tidak mengingat apapun?” tanya Aoi basa basi. Mereka berjalan di jalan setapak. “Belum, Apa kau tahu tentang masa laluku? Seperti dengan siapa saja aku berteman misalnya?”. Aoi terd
"Apa maksud onee-san?" tanya Michio terkejut.Seika terdiam sesaat lalu menggelengkan kepala. Aoi yang sedari tadi hanya diam saja mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan perkataan Seika.Gadis itu tidak tahu bahwa Seika pernah di culik, yang ia tahu Kenichi mengatakan bahwa gadis itu kecelakaan mobil lalu kehilangan ingatan dan berpesan jika suatu saat Seika menanyakan Kenichi maka Aoi hanya menjawab tidak."Aku tidak tahu tapi ketika melihat pisau, sekelebat tentang sebuah pisau hampir mengenai tanganku masuk ke dalam pikiranku begitu saja" Seika kembali menggelengkan kepala, ia sendiri sangat bingung dan bahkan tidak tau apakah memori yang ada dalam pikirannya itu adalah sebuah memori miliknya atau hanya halusinasi saja."Nanti saja kita bahas. Sekarang onee-san pulang denganku, aku tidak yakin onee-san masih bisa melanjutkan pekerjaan onee-san setelah semua yang terjadi" Ucap Michio.Aoi mengangguk setuju. "Sensei pulang
“Kau mau kemana onee-san?” Tanya Michio ketika melihat Seika berpakaian rapi. “Bekerja” Jawab Seika bingung dengan pertanyaan retoris adiknya. “Bukankah ini masih masa cuti mu?” Tanya Michio bingunh. Seika tertawa canggung. “Aku sudah sering meminta cuti, aku tidak ingin pasien ku kabur semuanya karena tingkah kekanakan ku”. “Tapi kau …” “Aku tidak apa-apa Michio, tenang saja” Seika mengacak pelan rambut adiknya, tiba-tiba sekelebat memori tentang Michio yang melapor tentang keadaannya kepada Kenichi masuk ke dalam pikiran wanita itu, membuat sang wanita tertegun dan segera memindahkan tangannya dari kepala Michio, ia menatap tangannya dengan bingung. “Kenapa onee-san?” Tanya Michio. Seika hanya menatap Michio dengan tatapan berpikir, ia kembali menyentuh kepala Michio dengan perlahan, namun kali ini tidak ada kejadian apapun yang masuk ke dalam kepalanya. Michio semakin bingung dengan tingkah Seika.
Seika membuka pelan matanya dan mengerjap beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya yang terdapat di dalam ruangan tersebut. Ketika ia ingin menggerakkan badannya, tubuhnya tertahan oleh seikat tali yang mengikat badan dan kedua tangannya.Mata Seika membulat dan ia menatap ke arah depan, terdapat beberapa laki-laki dalam ruangan tersebut, salah satunya adalah laki-laki yang bertengkar dengannya di jalan setapak restoran.“Kau sudah bangun kawaii onee-san?” Tanya sang laki-laki yang pernah bertengkar dengan Seika. Teman-temannya tertawa mendengar pertanyaan lucu laki-laki itu.Seika tidak mendengar pertanyaan laki-laki itu, pikirannya di penuhi oleh sekelebat kejadian yang ia tidak tahu kenapa. Matanya mengerjab beberapa kali untuk mengusir bayangan tersebut, napasnya mulai tercekat.Seika bernapas kasar dari mulutnya, keringat dingin mulai bermunculan di kening membuat wajahnya terlihat pucat pasi.Laki-laki itu mengerutkan keningnya m
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U