Share

Tak Mengakui

Author: dwi23end
last update Last Updated: 2023-11-14 12:38:44

"Maaf anda memanggil siapa? apa aku mengenalnya?" ucap Ganis mencoba untuk tetap terlihat tenang.

Ramon berjalan mendekati Ganis.

"Nis jangan berpura-pura. Tak mungkin kau melupakan aku," ujar pria itu menatap ke dalam mata gadis itu.

Ganis segera menghindari tatapan Ramon. Masih sama tatapan yang membuatnya terlena. Ia tak boleh membiarkan sesuatu yang dikuburnya dalam-dalam mengusik kehidupannya lagi. Entah apa yang terjadi pada Ramon dan pernikahannya.

"Maaf aku bukan Ganis. Mungkin aku agak mirip dengannya. Kau salah orang. Aku harus kerja. Silahkan ambil motor anda, bayar di kasir dan pergilah," tukas Ganis segera menjauhi Ramon. Ramon langsung meraih tangan Ganis dan menariknya.

"Tidak. Kau Ganis. aku tak mungkin salah," ucap Ramon dengan penuh penekanan.

Ganis mencoba untuk tetap santai tak terbawa perasaan.

"Sudahlah! Mungkin. Anda terlalu merindukannya hingga melihat wajah gadis itu di wajahku. Saya tegaskan sekali lagi. Saya bukan Ganis tapi Gendis," ungkap Ganis mencoba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Saatnya Mengakhiri

    Ramon menyesap anggurnya dengan dada sesak. Ingatan dari ucapan Ganis berulang-ulang berputar di otaknya. Ia terus minum meskipun sudah mabuk. Hatinya terasa sakit dan remuk. Begini menyakitkannya patah hati itu. Baru pertama kali seumur hidupnya ia merasakannya. Kenapa pada Ganis? gadis biasa dengan standar biasa yang berani-beraninya memporak-porandakan dirinya. Begitu mudahnya gadis itu bilang kalau cintanya sudah hilang. Malah menuduh cinta yang ia rasakan adalah cinta yang semu dan tak nyata. Ia memang tak pernah jatuh cinta seperti pada Ganis sebelumnya. Mengapa di usianya yang sudah hampir kepala 4 ia baru mengalaminya. Selama ini ia selalu menganggap cinta sejati yang dialami dan dikatakan orang hanyalah suatu sia-sia. Kini rasanya bernafas saja susah. Hatinya mulai memanas rasa sakit itu kini menjadi kemarahan. Ia marah pada dirinya sendiri. Kenapa tidak sedari awal ia menyadari perasaannya yang sesungguhnya. Kenapa ia begitu bodoh menuruti saran Ganis untuk tetap bersama S

    Last Updated : 2023-11-17
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kebakaran

    Malam itu Sofia seperti biasa terbangun di tengah malam. Ia akan mengambil air minum ketika ia melihat sinar dari luar. Ia bergegas melihat ke jendela kamarnya. Ternyata api telah berkobar dari beberapa sudut Mansion. Anehnya tak ada suara-suara ribut minta tolong atau kepanikan. Apakah semua penghuni tidak tahu kalau ada kebakaran. Sebenarnya inilah kesempatannya untuk melarikan diri. Kobaran api begitu cepat melahap seluruh bagian Mansion. Sofia dengan susah payah mencoba keluar dari kamarnya. Dari lantai dua lewat jendela ia terlalu takut. Jadi ia memilih lewat pintu utama. Sungguh ia sangat takut ketika merasakan api panas menyengat kulitnya. Asap mulai membuatnya sesak. Ia sempat berpikir mungkin saja ini perbuatan ayahnya untuk menyelamatkannya. Tapi mana ayah atau anak buahnya. Mengapa mereka tidak menyelamatkan dirinya terlebih dahulu sebelum membakar seluruh Mansion. Tiba-tiba sebuah papan terjatuh menimpanya. Ia merasa sudah tidak mungkin mencapai pintu keluar. Samar-samar

    Last Updated : 2023-11-20
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kembali normal

    Dalam bunker di bawah bangunan mansion yang sudah tinggal puing-puing menghitam tampak semua penghuni mansion yang semuanya selamat dan sehat bugar. Mereka dikumpulkan dengan masih tanda tanya besar tentang peristiwa kebakaran yang terjadi begitu tiba-tiba.Tobias duduk di bawah tatapan ingin tahu semua orang. Kedua orang tuanya juga sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan putranya itu."Hari ini kalian yang telah bekerja di mansion aku bebas tugaskan. Kalian akan mendapat pesangon dan tunjangan berikut sisa gaji kalian. Bilang pada orang luar kebakaran ini terjadi karena ada yang membakar," ucap Tobias memandangi satu persatu para pegawai yang sudah mengabdi berpuluh tahun pada keluarga Soares."Bagaimana kalau Tuan muda Ramon datang dan melihat mansion dan mencari kita semua?" ucap bibi Carmen masih tak bisa menghentikan tangisnya karena harus melihat mansion yang mengenaskan."Aku tak bisa pastikan kak Ramon akan kembali. Biarlah itu menjadi urusanku nanti. Jadi

    Last Updated : 2023-11-22
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kepergian sang Penolong

    "Mama!!" teriak Sofia sambil terisak begitu melihat mama dan juga kedua adik perempuannya. Kedua adiknya hanya memandang kakaknya sinis. Mereka kesal gara-gara untuk menyelamatkan kakaknya Ayah mereka harus mendekam di penjara."Sofi kau baik-baik saja nak?" ucap Clarita memeriksa penampilan Sofia. Tampak kuyu dan kantong mata menghitam. "Aku yakin kau gadis kuat. Sofia," ujar Clarita menghela nafas penuh keprihatinan. Ia bersyukur anaknya tenyata selamat dalam kebakaran itu. Mulanya semua sudah mengikhlaskan jika Sofia tak dapat selamat seperti yang dikatakan Alfaro. "Tobias menyelamatkanku. Terlambat sedikit aku sudah tewas terpanggang. Sekarang ayah ada di mana Ma?" tanya Sofia memandang dua saudaranya. "Kakak jangan pura-pura. Apakah Tobias tak bilang sama sekali. Ayah di penjara. Dengan tuntutan tak main-main. Kita akan jatuh miskin," ujar adik kedua Sofia. Sofia begitu sedih mendengar itu. Tobias menatap Clarita memberi tanda kalau waktu mereka telah habis. "Sofia kembalila

    Last Updated : 2023-11-25
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Menyembunyikan diri

    Ramon menerima ponselnya dan segera membuka pesan dan panggilan. Pesan Tobias muncul dan membuatnya terdiam sejenak. "Hallo Tobias?" ia memutuskan untuk menghubunginya."Kak Ramon aku kira aku sudah hilang kontak denganmu," sahut Tobias sangat senang akhirnya kakak sepupunya itu merespon pesannya. "Apa maksudmu dengan membakar mansion?" tanya Ramon tak mau bereaksi sebelum tahu apa yang terjadi selengkapnya."Alfaro sudah kalah kak. Dia sudah miskin dan sebentar lagi akan masuk ke hotel prodeo selamanya," jawab Tobias dengan penuh kebanggaan."Yah aku salut padamu. Kau hebat. Dia tak akan jadi duri lagi di Soares grup," sahut Ramon tak mengira bakal secepat itu Tobias menyingkirkan Alfaro yang begitu serakah dan licik. "Tapi maksudmu mansion telah habis terbakar?" tanya Ramon yang hatinya sedikit terganggu. Gimanapun juga mansion itu adalah tempat untuknya pulang. Mansion itu sarat kenangan dengan ibunya."Ya lebih baik aku sendiri yang membakar mansion itu dengan semua penghuni da

    Last Updated : 2023-11-28
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Terlambat

    Ramon turun dari mobilnya. Hari masih pagi. Hawa sejuk pegunungan terasa begitu menyegarkan. Ia jadi paham kenapa Pak Dirman memilih pulang kampung daripada bekerja terus untuknya. Ia memberi isyarat pada salah satu anak buahnya untuk bertanya pada seorang wanita paruh baya yang sedang menggendong balita di depan sebuah rumah kecil dan sederhana yang terbuat dari papan dan juga anyaman bambu. Bi Sunnah segera berbalik untuk kembali masuk ke dalam rumah namun terlambat salah satu orang dari mereka telah memanggilnya."Bu maaf bisa mengganggu sebentar," tanya seorang pria mendekati bi Sunnah. Bi Sunnah mencoba tersenyum seraya menyembunyikan wajah Givani. Ia hanya ingin mengantisipasi kekhawatirannya seandainya dugaannya benar kalau pria barat itu kemungkinan ayah Givani."Ya ada apa ya pak?" kata Bi Sunnah."Apa anda tahu pak Dirman? apa pria itu masih tinggal di sini?" tanya orang itu. Bi Sunnah berpikir cepat. Ia menjadi lebih waspada. "Ini memang kediaman Pak Dirman. Anda mengena

    Last Updated : 2023-11-30
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Mencintaimu adalah dosa

    Beberapa kali Tobias membawa perempuan berbeda ke apartemen. Masih tetap sama ia akan bercinta seenaknya di segala sudut ruangan apartemen tanpa peduli dengan keberadaan Sofia. Seperti biasa pula Sofia tetap dengan wajah acuhnya mengerjakan tugasnya. Malam itu Sofia sedang tidur seperti biasa ketika Tobias dengan kurang ajarnya membawa seorang perempuan ke kamarnya."Pergi Sofia aku ingin bercinta di atas ranjang mu," ucap Tobias tak menghentikan cumbuannya pada seorang jalang yang terkikik geli karena sentuhan Tobias. Tentu saja Sofia yang baru bangun sempat bingung. Ia beranjak dari kamar tidurnya memandangi kelakuan tidak senonoh di depannya. Tobias dan wanita itu langsung saling tindih di atas tempat tidur yang baru saja ditidurinya. Entah kenapa kali Sofia tidak bisa menoleransi semuanya. Kemarahan menggelegak menyesakkan dadanya. Dengan segenap tenaganya ia menyerang perempuan itu dan berusaha memisahkannya dari Tobias. Tobias tertegun melihat Sofia seperti kesetanan. "Dasar

    Last Updated : 2023-12-01
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Hanya seorang dokter biasa

    Wanita yang menarik kartu kridit itu ternyata setelah diselidiki adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit tempat ATM itu berada. Ramon segera menemui dokter itu ketika dokter itu baru selesai praktek."Maaf mengganggu waktunya sebentar," ujar Ramon yang duduk di kursi tunggu pasien. "Maaf apakah anda pasien saya?" jawab dokter wanita itu meneliti tubuh pria itu. Ramon berdiri dan mengulurkan tangannya. Dokter wanita itu menyambutnya canggung. "Silahkan masuk ke ruangan saya. Meski ini bukan tempat praktek pribadi.,""Ini tak akan lama saya hanya menanyakan satu hal pada anda," ujar Ramon masuk dan segera duduk berhadapan dengan dokter itu. "Ya silahkan saja. Mungkin saya bisa membantu," ujar dokter itu. Ramon menghela nafas kemudian menunjukkan data transfer."Di tanggal ini anda menarik uang dari kartu kridit saya yang saya berikan pada kekasih saya. Saya ingin tahu kenapa anda sampai bisa menarik uang dari kartu itu?" tanya Ramon menatap tajam sang dokter. Dokter mencob

    Last Updated : 2023-12-03

Latest chapter

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 120

    Seperti kilatan mimpi upacara pernikahan berlangsung singkat dan mengundang haru. Pestanya di halaman panti, tamunya semua anak panti dan juga penduduk sekitarnya. Bagi Ganis ini sudah lebih dari cukup. Ia sempat mengira Ramon akan memberikannya pesta bak miliarder di ballroom hotel dengan tamu ribuan mengingat status Ramon. Alih-alih pria itu memberinya pesta yang intimate dan membuatnya meneteskan air mata. Tak ada pendeta yang ada Ramon mengundang petugas catatan sipil untuk memberikan surat nikah untuk ditandatangani. Mungkin Ramon ingin menghormatinya karena dirinya secara identitas juga beragama islam. Tak sampai di situ karena di negara ini tak diizinkan ada pernikahan beda agama Ramon mengganti agamanya menjadi islam di atas kertas.Ganis tahu semua mata yang hadir mendoakan kebahagiaan mereka begitu tulus. Bu Panca berulang kali mengusap matanya dengan sapu tangan. Beberapa pegawai panti ikut terharu. Lain halnya para anak. Mereka menyanyikan lagu wedding penuh semangat denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 119

    Setelah perjalanan yang lumayan membosankan terbang dari Barcelona ke Indonesia pagi itu Ganis sampai kembali di tanah air. Ia menghembuskan nafas dalam sambil menyeret kopernya menuju peron bandara. Kali ini ia akan benar-benar pulang. Setelah sekian lama merantau ke luar negeri.Ia tersenyum tatkala ia tak melihat seorang pun menjemputnya. Biasanya bibi Sunnah dan juga Givani yang akan menyambutnya. Ia tak tahu harus bersyukur atau tidak. Ternyata Ramon tak menjemputnya dan juga Givani. Mereka juga tak menghubunginya. Belum selesai rasa keheranannya tiba tiba seorang pria berbadan tegap menghampirinya"Anda harus ikut kami.Anda Ganis, bukan?" "Ya benar. Anda siapa kok saya harus menuruti anda?" tanya Ganis sama sekali tak bergeming dari posisinya."Saya suruhan pak Ramon," ucap pria itu membungkuk hormat dan meraih koper Ganis. Ganis mendesah pelan dan mengikuti kemana pria itu.Ganis tak banyak bertanya meskipun pria itu membawanya ke daerah yang sama sekali tak dikenalnya. Mungk

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 118

    Terdengar suara panggilan dari pengeras suara. Mereka harus segera naik pesawat. "Kita bisa menundanya besok," kata Ramon masih menggenggam tangan Ganis. Givani tersenyum jahil pada Ganis."Tak perlu Ayah. Salah sendiri kakak tiba-tiba mau ikut," serunya membuat Ganis tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Givani. "Ok. Aku bisa menyusul kalian besok. Aku juga harus membereskan pekerjaanku sekalian aku ingin ziarah ke makam bi Sunnah. Jadi sekarang berangkatlah anak centil," ucap Ganis gemas. "Ku tunggu Nis," ucap Ramon seolah begitu berat melepaskan tangan Ganis."Ayah, jangan lebay ah," decak Givani berjalan lebih dahulu. Mereka pun berciuman sebentar dan melambaikan tangan. Ramon segera di dorong oleh perawat dan Raffi.Hari itu setelah Ganis pamit pada rekan kerja dan atasannya ia mengunjungi makan bibi Sunnah dengan ditemani Shawn dan juga bibi Merry."Aku ingin memindahkan makamnya ke Indonesia sebenarnya," kata Ganis ketika mereka dalam perjalanan pulang."Kalau kau

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 117

    Ramon menatap muram cincin berlian di tangannya. Detik demi detik berlalu. "Ramon," suara Ganis akhirnya terdengar. Ramon melihat wajah Ganis yang tampak ragu. "Bagaimana Nis?" tanya pria itu kini semangatnya mulai mengendur. "Cincinnya sangat bagus dan aku senang kakak melamarku. Tapi untuk menikah aku butuh waktu lagi. Kau tahu pekerjaanku," seru Ganis tercekat. Hatinya kini sedang bergulat hebat. "Tak apa. Aku akan menunggu. 7 tahun masih ditambah lagi beberapa tahun juga tak apa. Asal pada akhirnya kau bersamaku. Tapi apakah Givani bisa menunggu dan memahaminya," ujar Ramon perlahan meraih tangan Ganis yang menggenggam erat sisi kemejanya. Ganis tak punya kekuatan untuk menarik tangannya dan menolak saat Ramon mengecup punggung tangannya dan menatapnya dalam. Dalam sekejap mata cincin berlian itu kini sudah melingkar indah di jarinya. Air mata Ganis luruh. Ramon segara menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. "Kau milikku. Dari dulu Nis," bisik Ramon di telinga Ga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 16

    Ganis merasa cepat atau lambat memang ia harus segera memutuskan. "Aku akan pikirkan. Aku akan segera mandi. Waktunya untuk bekerja," seru Ganis kemudian dengan cepat mengancingkan baju Ramon. Ramon hanya mengangguk tak mau terlalu menekan Ganis. Saat Ganis selesai membersihkan diri rupanya Givani, Shawn dan juga bibi Merry sudah datang termasuk juga asisten Ramon. "Kak kata Ayah besok aku akan pulang. Aku juga harus sekolah. Kakak ikut kan? Sekarang sudah tidak ada lagi ibu," tukas Givani dengan wajah sedihnya. Ganis menjadi tak enak."Kakak tidak bisa untuk langsung berhenti bekerja sayang. Beri kakak waktu " seru Ganis sambil mengelus rambut putrinya. Ramon memandang Givani"Vani jangan desak ibumu," seru Ramon tegas. Givani pun mundur dan kembali ke dekat Ramon. Ia pun terdiam dan tak banyak bicara lagi. Suasana hangat menjadi sedikit tegang."Ayo kita sarapan di kantin. Biar Shawn membawa Ramon ke toilet dulu," kata bibi Merrymengajak Ganis dan juga Givani. Setelah sarapan

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 115

    Ciuman itu berlangsung pelan dan intens. Pikiran Ganis kosong Telapak tangan Ramon mengelus pinggang dan punggungnya pelan. Ganis tak bisa menutupi perasaannya lagi. Senikmat ini bersama dengan orang benar-benar dicintai. Saat keduanya tengah tenggelam saling menghisap dan melumat, sebuah suara langsung menghentikan mereka. "Astaga! Apa kalian sudah tak bisa menahannya sama sekali Pintu ini terbuka. Bagaimana kalau ada perawat masuk," seru Shawn yang harus kembali untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Keduanya perlahan saling menjauhkan diri. Rasanya Ganis ingin menghilang saja saking malunya. Seperti perempuan tak berhati saja. "Kau kembali," ucap Ganis dengan risih. Ramon sendiri tampak santai dengan menyentuh bibirnya dengan jemarinya. Shawn menahan perasaannya untuk tidak menonjok kakaknya itu. "Ada yang ketinggalan. Nis apa kau sudah makan?" tawar Shawn yang sengaja mengajaknya karena ingin berbicara dengannya. "Belum. Ayo pergi makan," ajak Ganis buru-buru bera

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 114

    "Sebaiknya kau harus membiasakan diri dengan perawat. Aku tak bisa terus-terusan merawatmu. Aku juga harus bekerja. Aku masih pegawai magang. Jadi tak bisa sembarangan libur," ucap Ganis berusaha mengendalikan dirinya dengan melepas baju Ramon dengan cepat. Walhasil Ramon mengernyit kesakitan. Pergerakan sedikit saja sudah berefek pada otot kaki dan tangannya yang sedang di gips. "Kau mau menyiksaku!" ucap Ramon dengan wajah keras."Kau mengada-ngada. Pakai sendiri saja kalau bisa," seru Ganis menyodorkan pakaian ganti dan beranjak duduk di sofa sambil mulai menyalakan TV. Ramon tak bergeming sedikitpun. Malah dengan tangan kanannya yang sehat ia meraih ponselnya dan segera berbicara dengan bawahannya tentang semua pekerjaannya yang semuanya harus terbengkalai. Ramon menghubungi asistennya dan juga sekretarisnya Mara. Ia meminta Mara untuk mengatasi semua pekerjaannya selama ia belum bisa kembali ke Indonesia. Sementara asistennya Raffi ia perintahkan untuk segera terbang ke Spanyol

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 13

    Ganis pergi menuju bangsal dimana Ramon di rawat. Dengan kekayaannya sungguh Ramon tak membutuhkan dirinya. Ia hanya perlu memancing Ramon untuk mengusirnya sehingga ia bisa menghindar dari keharusan untuk menungguinya. Dengan begitu Givani tak lagi bisa menyudutkannya agar mau merawat Ramon.Sesampai di depan bangsal ia sedikit terpana melihat beberapa orang berjas hitam layaknya pengawal sedang mondar-mandir di dekat pintu kamar. Apakah orang orang ini adalah pengawal dan suruhan Ramon pikir Ganis memutuskan untuk segera masuk saja. Bayangan seorang pasien yang kesepian dan menyedihkan seperti bayangan Givani tak terjadi pada Ramon. Ganis melihat Ramon kini dikelilingi beberapa orang. Ganis tak asing dengan mereka.Mereka adalah Sir Ferguso beserta keluarganya. Perlahan Ganis mundur untuk berbalik. Tapi wanita cantik sang pengantin baru yang merupakan anak Sir Ferguso memergokinya."Hai, kau darimana? Bukankah kau seharusnya ada di samping kekasihmu saat ini?" ucap wanita itu denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 112

    Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Shawn yang mewakili sebagai keluarga mengikuti dokter masuk ke ruangan dokter. Ganis yang baru saja tiba berusaha mencegah Givani untuk ikut masuk ke dalam ruangan. "Dia Ayahku. Aku juga berhak tahu keadaanya," sahut Givani tak bisa menahan perasaannya."Aku tahu kamu sangat menyayangi Ayah. Apa dokter akan mau menceritakan semuanya pada anak umur 7 tahun? tentu saja tidak. Meskipun mungkin kau cukup pintar. Tetap saja kau tak bisa menandatangi persetujuan atas tindakan dokter," seru Ganis kini menjadi tak sabar. Givani menghempaskan tubuhnya di sofa depan ruang ICU."Aku harap setelah ini kakak segera saja melanjutkan acara pernikahan kakak dengan Shawn," seru Givani dengan wajah tertekuk. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu. Sementara bibi Sunnah baru saja meninggal," seru Ganis mengelus dada menahan emosinya. Ganis menatap wajah Givani yang mengeras. Ganis pun perlahan berjalan menuju ruang dokter. Ia tak ingin memperpanjang perdebatan l

DMCA.com Protection Status