Share

Mendadak Pergi

Penulis: dwi23end
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 01:53:45

Kali ini Ganis tak mau lagi terlena oleh ciuman Ramon. Ia cukup waspada untuk tidak larut sebelum ada kepastian hubungan seperti apa yang akan mereka jalani nanti.

“Kak tolong hentikan!” bujuk Ganis menghindari pagutan Ramon ke arah lehernya.

“Bukannya kau ingin melayaniku. Kau mencintaiku dari dulu bukan?” ucap Ramon membelai pipi Ganis lembut.

“Darimana kakak tahu?” seru Ganis melebarkan matanya. Ramon memeluk Ganis hangat. Ganis tak bisa menolaknya. Sangat nyaman sekali.

“Aku melihat tanda Love di foto bersama Marco. Aneh kenapa kau malah menyukaiku daripada Marco sendiri,” seru Ramon menyusupkan wajahnya ke bahu gadis itu. Ganis menggeleng pelan. Ia nggak menyangka Ramon telah tahu perasaannya jauh sebelum tadi pagi ia mengakuinya secara langsung pada pria itu.

“Tidakkah kita bisa menjalani ini apa adanya saja dulu. Butuh waktu juga untukku menjelaskan pada Sofia tentang apa yang terjadi,” ujar Ramon kini menatap mata hitam pekat milik Ganis. Ganis tersenyum kecil. Ini sungguh me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Rindu

    Ganis terbangun saat matahari hangat menerpa wajahnya dari jendela. Ia menggeliat pelan dan membuka matanya. Ia rasakan Ramon sudah tak ada di sebelahnya. Ia tersenyum teringat apa yang terjadi padanya semalam bersama Ramon. Sentuhan Ramon yang begitu lembut dan gelayar nikmat yang akan terus mengusik pikirannya. Ia membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Wajahnya memanas saat menatap tanda-tanda pagutan merah di beberapa tempat di bagian leher dan dadanya. Sejenak ia merinding teringat gimana Ramon menggoda dengan bibir dan lidahnya menerbangkannya ke awan sampai ia begitu nyenyak tertidur.Ia sadar suasana terasa begitu sunyi sekali. Jangan-jangan kak Ramon sudah pergi berangkat bekerja tanpa sempat minum kopi pagi ataupun sarapan. Ganis buru-buru turun dari ranjangnya. Pakaian bawahnya masih rapi. Ramon sama sekali tak berniat mencari keuntungan saat dia lemah. Ramon tidak melakukan persetubuhan sama sekali. Ganis kini yakin Ramon tak ingin menyakitinya. Pria itu hanya ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kejutan Untuk Semua Orang

    Tak ingin larut kembali dalam ingatan tentang Ganis, Ramon bergegas keluar untuk menikmati udara pagi dengan berolahraga di luar. Cuaca di luar lumayan bersahabat. Lama ia tak menikmati waktu di rumahnya sendiri. Saat ia kembali ke bangunan utama tampak bibi Carmen yang telah sibuk di dapur dan Simon yang sibuk memangkas rumput. Suasana rumah yang begitu hidup membuatnya teringat saat-saat awal mula ia tinggal di rumah ini. Ia masih 5 tahun saat orang tuanya membawanya ke sini. Banyak kenangan yang membahagiakan. Ibunya dulu masih tak memakai asisten rumah tangga. Rumahnya juga dulu tak sebesar sekarang. Dulu ibunya sangat senang memasakkannya sup jamur. Sampai diusianya yang menjelang remaja ibunya mengalami depresi karena ayahnya diketahui punya hubungan dengan wanita lain tatkala ayahnya merantau ke Indonesia dan menjadi pelatih sepak bola di sana. Kemudian Paman Fabio dan bibi Sabina datang bersama Tobias. Ibunya semakin parah bahkan melarang ada sup jamur lagi. Sup jamur adalah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bau Pria Lain

    “Aku harus pulang,” ujar Sofia segera meraih kemeja dan celana jeansnya. Sebastian langsung meraih tubuh Sofia dengan kasar.“Tidak saat aku masih ingin Sofia,” ucapnya kesal. Bibirnya kembali meraup bibir Sofia dan tangannya meremas bukit kembarnya. Sofia berontak. Ia mendorong Sebastian hingga terjengkang ke belakang.“Cukup Sebastian. Kita selesai sampai di sini. Ramon telah datang,” ujar Sofia tegas dan segera keluar ruangan.Sebastian mengumpat dengan keras. Ia merasa terhina dan direndahkan. Sofia meninggalkannya seperti seonggok sampah tak berguna. Sofia meninggalkannya hanya karena tunangannya telah pulang. Pria itu menggeram dan bergegas masuk ke kamar mandi dan menuntaskan hasratnya di sana. Sumpah serapah terus ia dengungkan. Bisa-bisanya Sofia meninggalkannya dengan hasrat yang masih belum tuntas. Ia bersumpah Sofia akan membayar semuanya. Sofia akan berlutut dan akan memohon-mohon padanya.Sofia keluar dari ruangan sambil mengenakan pakaiannya dengan terburu-buru. Maria m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Perintah Dari Negeri Jauh

    Ganis tertegun lama.“Kau tak perlu banyak berpikir. Kita jalani saja,” ucap Shine.“Tapi Shine aku..,” ucap Ganis tersendat. Tangan Shine mengelus pipi Ganis lembut. Tentu saja Ganis tak siap dengan semua ini. Tiba-tiba pesan Ramon langsung muncul di kepalanya. Apa salahnya mencoba dengan orang lain.Shine perlahan mendekatkan wajahnya dan membungkuk. Ganis merasakan bibir Shine singgah di bibirnya. Yang ada di pikirannya adalah cara Ramon menciumnya. Sungguh ia tak bisa melakukannya dengan pria lain. Ganis mendorong pelan Shine.“Ini terlalu cepat Shine. Aku sungguh tak bisa. Aku tak punya perasaan sama sekali padamu,” ucap Ganis sehalus mungkin. Wajah Shine langsung menggelap. Sungguh ia ingin cintanya bersambut manis.“Tak apa Ganis. Sungguh aku bisa menunggunya,” sahutnya tak putus asa.“Sungguh aku tak bisa,” ucap Ganis memaksa dirinya tegas. Ia juga kasihan kalau harus memberi harapan kosong pada Shine atau menjadikannya hanya pelarian saja. Perasaannya saat ini jelas ada pada

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Apartemen

    Hari itu setelah rutinitas paginya membersihkan bungalow dan sarapan Ganis minta diantarkan Pak Dirman ké apartemen Ramon. Sesampainya di apartemen Ganis langsung memasukkan kunci dan membukanya.Ganis kagum dengan suasana di apartemen itu. Sangat mewah dan nyaman. Ganis langsung terharu begitu melihat ada foto Maco yang dibingkai dan digantung di ruang depan. Tak mau berlama-lama Ganis mulai membersihkan ruangan depan dan dapur terlebih dahulu. Setelah itu ia mulai ké ruangan dapur dan kamar. Setelah semua bersih Ia mulai melihat daftar di ponselnya. Ganis mulai menelpon Ramon. Ia tak bisa memilah barang tanpa menghubungi sang pemilik secara langsung. Saat itu Ramon baru bangun dari tidurnya di mansion kediamannya di Buenos aires. Ia sangat senang menerima panggilan video dari Ganis. Rasa rindu pada wajah manis Ganis sedikit terobati. Jantung Ganis berdesir begitu kembali melihat wajah Ramon. “Ya Nis ada apa?” tanya Ramon menahan senyum di wajahnya. Wajah Ramon tampak masih baru b

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Terbongkar

    Ganis mulai menghubungi Ramon lagi. Namun kali ini tak ada jawaban. Jadi Ganis langsung memotret Kato berikut wanita dari panti penitipan hewan. Masih tak ada balasan. Ia pun kembali menekan ikon panggilan video. Kali ini juga ia mengeraskan speaker suaranya agar wanita itu bisa mendengar. Ramon yang saat itu baru saja mandi dan hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya langsung meraih ponselnya. “Ya ada apa lagi Nis?” tanya Ramon. Melihat wajah Ramon yang tampak segar dengan rambut basahnya dan juga tubuh bagian atas yang sangat epik membuat Ganis terhenyak sejenak. “Nis?” seru Ramon lagi merasa aneh melihat muka Ganis yang tak berkedip menatapnya. “Eh iya. Ini kucing Marco,” kata Ganis gelagapan langsung mengarahkan ponselnya pada Kato. “Kirain apa? Memang ada apa dengan kucing itu. Kenapa ia ada di apartemen?” ujar Ramon nggak menyangka kalau kucing itu akan kembali ke apartemen. “Aku harus bagaimana? Kato datang dari panti. Ada biaya yang harus dikeluarkan,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Merindukanmu

    Malam itu Ganis meminta Pak Dirman mengantarkannya lagi ke bengkel. "Non Ganis jangan pulang malam-malam," kata Pak Dirman sebelum pergi."Apa Pak Dirman disuruh kak Ramon terus mengawasiku?" ujar Ganis kini jengkel. Rasanya ia tak memiliki kebebasan sedikitpun."Ya itu perintah Pak Ramon. Dia sangat mengkhawatirkan anda Nona," seru Pak Dirman terus terang. Ia ingin Ganis mengerti betapa Pak Ramon selalu memikirkan keadaannya."Katakan padanya malam ini aku akan senang-senang sampai pagi. Tak ada yang bisa melarangku. Kak Ramon bukan apa-apaku. Aku sudah dewasa dan tahu apa yang aku perbuat," ucap Ganis kesal. "Jangan begitu Nona. Jangan membuat saya kesulitan," seru Pak Dirman dengan wajah memohon."Toh kak Ramon akan menikah. Dia pergi tak akan kembali. Semua akan dijual. Jadi Pak Dirman mulai hari ini bebas mengurusi urusanku," kata Ganis langsung berbalik dan menaiki motor yang telah berhenti di depannya. Shine telah sampai di depan bengkel untuk menjemput Ganis. Shine pun melar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Tak Tahan

    Ganis tersadar saat ia mendengar suara keributan. Ia sedikit terkejut dengan pikiran yang nyaris masih terpengaruh alkohol. Ia melihat Shine sedang bertengkar dan berkelahi dengan Pak Dirman.“Shine pergilah! kenapa kau meladeni kakek tua ini?” teriak Ganis masih terhuyung setengah sadar. Ia tak tahu pasti kenapa mereka bertengkar.“Ya kau seharusnya pergi. Pemuda kurang ajar!” tantang Pak Dirman.“Pak tua jangan ikut campur urusanku. Kalau Ganis tak melarangku aku sudah membalasmu. Nis aku pergi dulu. Kita ketemu lagi nanti,” ucap Shine sebelum pergi.Ganis hanya mengangguk dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Samar-samar ingatannya mulai kembali. Di bawah guyuran shower malam itu Ganis menggigil. Pak Dirman telah menyelamatkannya dari ulah bejat Shine. Tak menyangka Shine mencuri kesempatan. Tadi ia sungguh mengira Shine adalah Ramon. Akibatnya Shine bisa mencuri ciuman bibirnya. Untungnya Pak Dirman tiba-tiba muncul dan langsung memukul Shine. Apakah setiap laki-laki akan ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20

Bab terbaru

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 120

    Seperti kilatan mimpi upacara pernikahan berlangsung singkat dan mengundang haru. Pestanya di halaman panti, tamunya semua anak panti dan juga penduduk sekitarnya. Bagi Ganis ini sudah lebih dari cukup. Ia sempat mengira Ramon akan memberikannya pesta bak miliarder di ballroom hotel dengan tamu ribuan mengingat status Ramon. Alih-alih pria itu memberinya pesta yang intimate dan membuatnya meneteskan air mata. Tak ada pendeta yang ada Ramon mengundang petugas catatan sipil untuk memberikan surat nikah untuk ditandatangani. Mungkin Ramon ingin menghormatinya karena dirinya secara identitas juga beragama islam. Tak sampai di situ karena di negara ini tak diizinkan ada pernikahan beda agama Ramon mengganti agamanya menjadi islam di atas kertas.Ganis tahu semua mata yang hadir mendoakan kebahagiaan mereka begitu tulus. Bu Panca berulang kali mengusap matanya dengan sapu tangan. Beberapa pegawai panti ikut terharu. Lain halnya para anak. Mereka menyanyikan lagu wedding penuh semangat denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 119

    Setelah perjalanan yang lumayan membosankan terbang dari Barcelona ke Indonesia pagi itu Ganis sampai kembali di tanah air. Ia menghembuskan nafas dalam sambil menyeret kopernya menuju peron bandara. Kali ini ia akan benar-benar pulang. Setelah sekian lama merantau ke luar negeri.Ia tersenyum tatkala ia tak melihat seorang pun menjemputnya. Biasanya bibi Sunnah dan juga Givani yang akan menyambutnya. Ia tak tahu harus bersyukur atau tidak. Ternyata Ramon tak menjemputnya dan juga Givani. Mereka juga tak menghubunginya. Belum selesai rasa keheranannya tiba tiba seorang pria berbadan tegap menghampirinya"Anda harus ikut kami.Anda Ganis, bukan?" "Ya benar. Anda siapa kok saya harus menuruti anda?" tanya Ganis sama sekali tak bergeming dari posisinya."Saya suruhan pak Ramon," ucap pria itu membungkuk hormat dan meraih koper Ganis. Ganis mendesah pelan dan mengikuti kemana pria itu.Ganis tak banyak bertanya meskipun pria itu membawanya ke daerah yang sama sekali tak dikenalnya. Mungk

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 118

    Terdengar suara panggilan dari pengeras suara. Mereka harus segera naik pesawat. "Kita bisa menundanya besok," kata Ramon masih menggenggam tangan Ganis. Givani tersenyum jahil pada Ganis."Tak perlu Ayah. Salah sendiri kakak tiba-tiba mau ikut," serunya membuat Ganis tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Givani. "Ok. Aku bisa menyusul kalian besok. Aku juga harus membereskan pekerjaanku sekalian aku ingin ziarah ke makam bi Sunnah. Jadi sekarang berangkatlah anak centil," ucap Ganis gemas. "Ku tunggu Nis," ucap Ramon seolah begitu berat melepaskan tangan Ganis."Ayah, jangan lebay ah," decak Givani berjalan lebih dahulu. Mereka pun berciuman sebentar dan melambaikan tangan. Ramon segera di dorong oleh perawat dan Raffi.Hari itu setelah Ganis pamit pada rekan kerja dan atasannya ia mengunjungi makan bibi Sunnah dengan ditemani Shawn dan juga bibi Merry."Aku ingin memindahkan makamnya ke Indonesia sebenarnya," kata Ganis ketika mereka dalam perjalanan pulang."Kalau kau

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 117

    Ramon menatap muram cincin berlian di tangannya. Detik demi detik berlalu. "Ramon," suara Ganis akhirnya terdengar. Ramon melihat wajah Ganis yang tampak ragu. "Bagaimana Nis?" tanya pria itu kini semangatnya mulai mengendur. "Cincinnya sangat bagus dan aku senang kakak melamarku. Tapi untuk menikah aku butuh waktu lagi. Kau tahu pekerjaanku," seru Ganis tercekat. Hatinya kini sedang bergulat hebat. "Tak apa. Aku akan menunggu. 7 tahun masih ditambah lagi beberapa tahun juga tak apa. Asal pada akhirnya kau bersamaku. Tapi apakah Givani bisa menunggu dan memahaminya," ujar Ramon perlahan meraih tangan Ganis yang menggenggam erat sisi kemejanya. Ganis tak punya kekuatan untuk menarik tangannya dan menolak saat Ramon mengecup punggung tangannya dan menatapnya dalam. Dalam sekejap mata cincin berlian itu kini sudah melingkar indah di jarinya. Air mata Ganis luruh. Ramon segara menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. "Kau milikku. Dari dulu Nis," bisik Ramon di telinga Ga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 16

    Ganis merasa cepat atau lambat memang ia harus segera memutuskan. "Aku akan pikirkan. Aku akan segera mandi. Waktunya untuk bekerja," seru Ganis kemudian dengan cepat mengancingkan baju Ramon. Ramon hanya mengangguk tak mau terlalu menekan Ganis. Saat Ganis selesai membersihkan diri rupanya Givani, Shawn dan juga bibi Merry sudah datang termasuk juga asisten Ramon. "Kak kata Ayah besok aku akan pulang. Aku juga harus sekolah. Kakak ikut kan? Sekarang sudah tidak ada lagi ibu," tukas Givani dengan wajah sedihnya. Ganis menjadi tak enak."Kakak tidak bisa untuk langsung berhenti bekerja sayang. Beri kakak waktu " seru Ganis sambil mengelus rambut putrinya. Ramon memandang Givani"Vani jangan desak ibumu," seru Ramon tegas. Givani pun mundur dan kembali ke dekat Ramon. Ia pun terdiam dan tak banyak bicara lagi. Suasana hangat menjadi sedikit tegang."Ayo kita sarapan di kantin. Biar Shawn membawa Ramon ke toilet dulu," kata bibi Merrymengajak Ganis dan juga Givani. Setelah sarapan

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 115

    Ciuman itu berlangsung pelan dan intens. Pikiran Ganis kosong Telapak tangan Ramon mengelus pinggang dan punggungnya pelan. Ganis tak bisa menutupi perasaannya lagi. Senikmat ini bersama dengan orang benar-benar dicintai. Saat keduanya tengah tenggelam saling menghisap dan melumat, sebuah suara langsung menghentikan mereka. "Astaga! Apa kalian sudah tak bisa menahannya sama sekali Pintu ini terbuka. Bagaimana kalau ada perawat masuk," seru Shawn yang harus kembali untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Keduanya perlahan saling menjauhkan diri. Rasanya Ganis ingin menghilang saja saking malunya. Seperti perempuan tak berhati saja. "Kau kembali," ucap Ganis dengan risih. Ramon sendiri tampak santai dengan menyentuh bibirnya dengan jemarinya. Shawn menahan perasaannya untuk tidak menonjok kakaknya itu. "Ada yang ketinggalan. Nis apa kau sudah makan?" tawar Shawn yang sengaja mengajaknya karena ingin berbicara dengannya. "Belum. Ayo pergi makan," ajak Ganis buru-buru bera

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 114

    "Sebaiknya kau harus membiasakan diri dengan perawat. Aku tak bisa terus-terusan merawatmu. Aku juga harus bekerja. Aku masih pegawai magang. Jadi tak bisa sembarangan libur," ucap Ganis berusaha mengendalikan dirinya dengan melepas baju Ramon dengan cepat. Walhasil Ramon mengernyit kesakitan. Pergerakan sedikit saja sudah berefek pada otot kaki dan tangannya yang sedang di gips. "Kau mau menyiksaku!" ucap Ramon dengan wajah keras."Kau mengada-ngada. Pakai sendiri saja kalau bisa," seru Ganis menyodorkan pakaian ganti dan beranjak duduk di sofa sambil mulai menyalakan TV. Ramon tak bergeming sedikitpun. Malah dengan tangan kanannya yang sehat ia meraih ponselnya dan segera berbicara dengan bawahannya tentang semua pekerjaannya yang semuanya harus terbengkalai. Ramon menghubungi asistennya dan juga sekretarisnya Mara. Ia meminta Mara untuk mengatasi semua pekerjaannya selama ia belum bisa kembali ke Indonesia. Sementara asistennya Raffi ia perintahkan untuk segera terbang ke Spanyol

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 13

    Ganis pergi menuju bangsal dimana Ramon di rawat. Dengan kekayaannya sungguh Ramon tak membutuhkan dirinya. Ia hanya perlu memancing Ramon untuk mengusirnya sehingga ia bisa menghindar dari keharusan untuk menungguinya. Dengan begitu Givani tak lagi bisa menyudutkannya agar mau merawat Ramon.Sesampai di depan bangsal ia sedikit terpana melihat beberapa orang berjas hitam layaknya pengawal sedang mondar-mandir di dekat pintu kamar. Apakah orang orang ini adalah pengawal dan suruhan Ramon pikir Ganis memutuskan untuk segera masuk saja. Bayangan seorang pasien yang kesepian dan menyedihkan seperti bayangan Givani tak terjadi pada Ramon. Ganis melihat Ramon kini dikelilingi beberapa orang. Ganis tak asing dengan mereka.Mereka adalah Sir Ferguso beserta keluarganya. Perlahan Ganis mundur untuk berbalik. Tapi wanita cantik sang pengantin baru yang merupakan anak Sir Ferguso memergokinya."Hai, kau darimana? Bukankah kau seharusnya ada di samping kekasihmu saat ini?" ucap wanita itu denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 112

    Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Shawn yang mewakili sebagai keluarga mengikuti dokter masuk ke ruangan dokter. Ganis yang baru saja tiba berusaha mencegah Givani untuk ikut masuk ke dalam ruangan. "Dia Ayahku. Aku juga berhak tahu keadaanya," sahut Givani tak bisa menahan perasaannya."Aku tahu kamu sangat menyayangi Ayah. Apa dokter akan mau menceritakan semuanya pada anak umur 7 tahun? tentu saja tidak. Meskipun mungkin kau cukup pintar. Tetap saja kau tak bisa menandatangi persetujuan atas tindakan dokter," seru Ganis kini menjadi tak sabar. Givani menghempaskan tubuhnya di sofa depan ruang ICU."Aku harap setelah ini kakak segera saja melanjutkan acara pernikahan kakak dengan Shawn," seru Givani dengan wajah tertekuk. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu. Sementara bibi Sunnah baru saja meninggal," seru Ganis mengelus dada menahan emosinya. Ganis menatap wajah Givani yang mengeras. Ganis pun perlahan berjalan menuju ruang dokter. Ia tak ingin memperpanjang perdebatan l

DMCA.com Protection Status