Gila, satu kata yang pantas diucapkan untuk apa yang dilakukannya. Tapi Kayana tidak punya pilihan lain selain ini. Setelah pagi tadi ia kembali bertengkar dengan adiknya yang membuat jantung ayahnya kembali kambuh dan hal itu masih teringat jelas dalam ingatannya.
"Kapan Ayah akan menerima lamaran Rizal?" tanya Rose saat di meja makan.
"Kamu tidak akan menikah sebelum Kakakmu menikah."
"Ayah gila! Ayah, tidak memikirkan reputasi dan martabat keluarga kita. Apa kata orang jika mengetahui kalau aku menikah dengan keadaan perut besar!" marah Rose, karena ayahnya selalu saja memikirkan kakaknya dibandingkan dirinya.
"Jangan berbicara dengan nada seperti itu Rose," tegur Rendra.
"Ayah, terimalah lamaran Rizal, biarkan Rose menikah terlebih dahulu, karena aku tidak akan pernah menikah sampai kapanpun," ucap Kayana.
"Apa yang kau katakan, jangankan kau tidak menikah. Dilangkahi oleh Rose, pun tidak akan ayah biarkan, jika memang kau tidak memiliki calon untuk dikenakan pada Ayah. Maka, Ayah akan menjodohkan kamu dengan sepupu kamu yang siap menikah dengan kamu kapan saja."
"Ayah! Jangan gila, aku sudah bilang. Aku tidak akan menikah!"
"Kakak! Kamu yang jangan gila, jika kamu tidak menikah lalu bagaimana dengan diriku. Jangan egois dan memikirkan pacar perempuanmu itu."
Rendra yang mendengar ucapan Rose seketika memegang dadanya yang terasa nyeri.
"Kayana, apa yang dikatakan Rose tadi."
"Ayah, sepertinya. Kakak tidak normal. Dia punya penyakit menyimpang."
"Jaga ucapanmu Rose! Aku tidak seperti itu!" bentak Kayana.
"Jika tidak seperti itu apa? Kami tidak pernah liat kamu pergi dengan pria manapun, malah yang sering kami lihat, kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan sahabatmu."
"Tidak, itu fitnah Ayah! Ayah harus dengar. Aku tidak seperti itu. Aku memiliki alasan lain untuk tidak menikah." Kayana menyangkal ucapan Rose.
Namun, seperti Rendra terlanjur syok mendengar ucapan Rose, sehingga ia pun jatuh pingsan. Sedangkan Fitri yang melihat kejadian itu hanya bisa diam tidak bisa berkata-kata.
"Ini semua gara-gara kamu. Awas aja, jika sampai aku batal menikah. Akan aku pastikan, aku akan bunuh diri dihadapan Ayah!" tunjuk Rose dihadapan wajah Kayana. Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit.
"Jangan gila kamu Rose!" bentak Kayana ketika mendengar ucapan Rose yang akan bunuh diri dihadapan ayah mereka.
"Aku tidak peduli! Dan aku tidak mau. Jika pernikahan ini gagal, dalam hitungan jam, keluarga Rajaspati akan mendapatkan kabar hal memalukan ini," tekan Rose.
Kayana meremas kepalanya, dia sangat mengkhawatirkan kondisi sang ayah. Ditambah adiknya yang terus saja menekan dirinya untuk segera menikah.
"Ayah," bisik Kayana pelan. Matanya kini sudah berkaca-kaca melihat kondisi ayahnya yang semakin memburuk.
"Jika dengan aku menikah, Ayah akan baik-baik saja. Maka aku akan melakukannya."
Kayana memegang tangan ayahnya yang sudah keriput dan memperlihatkan urat-urat yang telah menonjol lalu dikecupnya pelan.
"Maafkan aku, karena penolakanku. Ayah, jadi seperti ini." Kayana terus saja mengelus tangan Rendra. Air mata yang sejak tadi ditahannya kini kembali tumpah. Memang terkadang ia egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi untuk kali ini. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, sudah cukup ia kehilangan ibu kandungnya sejak kecil. Jangan sampai ia juga kehilangan ayahnya.
"Ka-ya-na ...," lirih Rendra.
"Ayah, aku disini," balas Layanan.
"Men-kah-lah," pinta Rendra, dengan terbata-bata.
"Ak-u. Ak-u akan menikah, tapi Ayah janji. Ayah harus sembuh dan sehat. Dan menikahkan aku dengan tangan Ayah. Aku juga berjanji. Akan membawa seorang pria terbaik diantara yang terbaik, yang bisa melindungiku dan mencintaiku," ucap Kayana dengan perasaan sedih dan haru karena melihat ayahnya sadar.
**
Setelah kepergian Kayana, Dirza memegang kartu nama yang diberikan Kayana kepadanya. Wanita yang ditolongnya menawarkan uang yang banyak untuk dirinya. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menerima atau tidak. Tapi, jika dia menolak. Dari mana ia mendapatkan uang sebanyak 100 juta dalam waktu singkat. Sementara ibunya harus cepat ditangani. Dia juga belum siap jika harus kehilangan ibunya, ia melihat adik-adiknya yang masih membutuhkan ibunya. Lalu dengan penuh pertimbangan, ia pun mau menerima tawaran itu, meskipun dia tidak tahu apa penawaran yang Kayana tawarkan. Lalu dengan cepat ia pun menghubungi Kayana.
Sementara Kayana, dia tidak tahu apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba saja terlintas dalam otaknya untuk membuat kesepakatan dengan pria yang telah menolongnya. Mungkin terdengar konyol, tapi ini semua adalah solusi terbaik untuk masalahnya. Ayahnya, ingin dia menikah sebelum adiknya menikah. Maka dia akan mengabulkannya meskipun pernikahan yang dijalaninya hanya sebuah pura-pura.
**
Ke esokkan paginya, Kayana mendapat jawaban yang membuat suasana hatinya menjadi tenang. Karena mendapatkan apa yang ia inginkan. Yaitu, meluluskan rencananya dan mulai saat ini satu persatu rencana Kayana berjalan dengan baik, meski ada beberapa Kendala kecil.
"Oy Aya! Seneng banget kayaknya hari ini. Dapat cek pot ya?" Adella yang tiba-tiba saja datang ke ruangan Kayana. Mentang-mentang boss mereka cuti sehingga Adella bernai keluar masu ke ruangan kayana.
"Ya harus dong. Hidupkan cuman sekali, jadi harus dinikmati baik hari ini atau pun nanti."
"Hah. Menikmati seperti apa hidup mu, Ay. Jomblo mana ada yang nikmat haha," ledek Adella.
"Gak peduli! dari pada kamu punya pacar berasa jomblo," balas Kayana.
Adella yang mendengar penuturan kayana pun memajukan bibirnya lima senti.
"Loh mah Ay, kalau ngomong suka bener," cibir Adella kesal.
"Lagian siapa yang mulai duluan." Kayana pun mengangkat bahunya acuh. "Ya udah pergi sana?" usir kayana.
"Kamu ngusir aku?" tunjuk Adella pada dirinya sendiri.
Dengan mudahnya Kayana pun menganggukkan kepalanya.
"Tega Ay. Kalau begitu aku pergi," ketus Adella kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan Kayana sendiri
Dan setelah kepergian Adella. Kayana pun menatap jendela menuju pemandangan ke luar. Di sana Kayana bisa melihat jalanan serta kendaraan yang padat dan juga berdesakan terlihat sekali sangat kecil karena di lihat dari lantai 30. Lantai paling atas Karena ruangannya masih satu dengan ruangan sang atasan.
Disela kesibuknnya dalam bekerja, Kayana tak pernah berpikir jika hidupnya akan seperti ini. Menyewa seseorang untuk dijadikan pendamping hidupnya. Walaupun hanya sementara. Tapi itu adalah pilihnya yang tidak ingin terikat dengan hubungan apapun baik pacaran ataupun pernikahan.
Jika saja Kayana tidak terdesak maka dalam hidupnya. Tidak akan pernah ada yang namanya pernikahan. Jika pun ada, ini hanya akan sementara seperti rencananya. Sebenarnya ada alasan mengapa ia tidak ingin memiliki hubungan. Karena di belum bisa melupakan kejadian yang membuat dirinya enggan memiliki sebuah hubungan. alasannya tidak ada yang tahu. Kecuali dirinya sendiri dan sahabatnya. Bahkan ayahnya sekalipun tidak mengetahui apa alasannya. Meskipun begitu, tanpa Kayana sadari. Apapun yang dilakukannya selalu diawasi oleh sang Ayah.
Waktu sudah pukul dua belas siang lewat lima belas menit. Tidak terasa jam istirahat pun telah tiba. Dan itu sudah lewat lima belas menit yang lalu. Namun, Kayana terlalu asyik bekerja hingga Kayana tidak sadar, kalau saja Adella tidak menyadarkan dirinya dengan teriakan super toanya. Tanpa mengetuk pintu Adella pun langsung masuk. "Aya!!!" Kayana yang mendengar teriakkan itu pun seketika memegang dadanya yang berdegup kencang kaget atas teriakan Adella. "Della," ujar Kayana sedikit geram. Sedangkan Adella yang mendengar Geraman tidak suka Kayana pun cekikikan. Karena melihat ekspresi Kayana yang harus menahan emosinya. "Malah ketawa," ujar Kayana. Kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Merelaksasikan ototonya "Lagian kamu gak nyadar jam istirahat udah tiba sejak lima belas menit yang lalu, aku tunggu kamu di kantin gak nongol-nongol ya udah aku samperin aja ke sini. Eh taunya masih sibuk sama pacar kamu itu " cibir Della kesal karena kebiasaan kayana yang satu itu.
"Siapa dia?" tiba-tiba saja Adella datang di waktu Dirza meninggalkan meja Kayana. Kayana yang melihat Adella datang pun segera menyuruh Adella untuk duduk. "Duduklah," Adella pun menuruti keinginan Kayana. "Jadi siapa dia?" "Dia orang yang ku bayar untuk menikahiku untuk waktu seminggu," Adella yang mendengar itu pun menggebrak meja yang membuat Kayana tersedak minuman. Uhuk! "Della," umpat Kayana kesal. Namun, Adella memilih mengabaikan kondisi Kayana dan menatap Kayana dengan serius. "Kamu serius membayar dia untuk menikahi kamu. Ya ampun Aya kamu masih waras kan?" tanya Adella. "Emang kenapa, ada yang salah?" "Ti-dak" Adella menggelengkan kepalanya. "Aku kira waktu itu kamu hanya bercanda untuk mencari seseorang yang mau menikahimu dalam seminggu." "Memangnya kapan aku suka bercanda Della," ujar Kayana mengedikan bahunya. Kemudian kembali meminum minumannya kembali. "Apa ada orang yang tau tentang rencanamu?" "Ada," "Siapa?" "Kau Della," tunjuk Kayana. "Selain aku
Sesampainya di rumah Kayana, Dirza yang melihat rumah Kayana yang begitu besar bersikap biasa saja. Karena bagi Dirza tidak mungkin Kayana membayar dirinya sangat mahal jika tidak memiliki rumah yang mewah. "Ayo," ajak Kayana kepada Dirza. Ketika di ruang tamu, Kayana melihat kedua orangtuanya sedang berbicara santai Kayana yang melihat itu tersenyum senang. "Selamat siang ayah," sapa Kayana kepada Rendra, kemudian beralih kepada sang ibu. "Selamat siang juga putri ayah," balas Rendra. Kemudian perhatiannya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang dibawa oleh putrinya. Dirza yang sadar bahwa Rendra tengah menatapnya pun segera menghampiri Rendra dan menyapanya. "Selamat siang om," sapa Dirza dengan senyum hangatnya dan dibalas dengan tatapan menyelidik oleh Rendra. "Oh iya, Yana lupa. Aya, kenalkan ini Dirza. sesuai janji Yana kalau, Yana akan memperkenalkan seseorang untuk ayah," ucap Kayana dengan senang, sambil menarik Dirza untuk duduk disebelahnya. "Kamu yakin dia orang
"Ayah!" seru Rose. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rose masuk ke dalam ruang kerja Rendra. "Ada apa?" tanya Rendra. Saat ini dirinya sedang mengecek pekerjaannya. Setelah beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh akibat, ucapan kosong Rose yang mengatakan jika Kayana tidaklah normal. Namun, semua itu berhasil dipatahkan ketika Kayana membawa calon suaminya. Meskipun ada rasa janggal, tapi ia berusaha percaya dan akan mencari tahu kebenarannya. "Ibu bilang, Kakak sudah punya calon, bahkan laki-laki itu sudah melamar kakak. Apa itu benar?" "Iya." "Lalu apa Ayah sudah menerimanya?" tanya Rose dengan tidak sabar. Sungguh ini adalah berita yang sangat membahagiakan. Jika kakaknya sudah memiliki calon. Artinya rencana pernikahan dirinya dan Rizal akan segera diresmikan. Hal itu sangat membuat dirinya tidak sabar. "Ayah belum menerimanya. Ayah masih ingin mencari tahu tentang pria itu." Rose membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban sang Ayah. "Ayah kenapa belum meneriman
"Ada apa ini ayah?" tanya Kayana. Dia baru saja pulang. Tapi ayahnya sudah memanggil dirinya ke ruangan kerja milik ayahnya."Kayana suruh Dirza datang ke rumah sekarang!"Tapi kenapa Ayah?" tanya Kayana penasaran."Suruh Dirza temui Ayah sekarang! Ada sesuatu ingin Ayah bicarakan dengan dirinya," tutur Rendra.Kayana yang mendengar itu pun beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh, agar ayahnya tidak mendengar percakapannya dengan Dirza. Lalu setelah itu, ia pun langsung menghubungi Dirza.TuttSuara panggilan tersambung dan tak membutuhkan waktu yang lama panggilan pun terjawab."Hallo," jawab di seberang telepon."Kamu ada dimana sekarang?" tanya Kayana saat mendengar suara riuh di sebrang telpon."Aku lagi di pasar sekarang," balas Dirza."Datang ke rumah ku sekarang!" perintah Kayana tegas."Ta-pi saat ini aku sedang kuli di pasar." Kayana yang mendengar itu mendengus kesal."Apa uang yang aku kasih sudah habis sehingga kau kembali kuli di pasar!" geram Kayana. Dengan jawaban D
Di sinilah keduanya. Saat ini Kayana dan Dirza berada di taman tepatnya di belakang rumahnya. di sana terdapat kursi taman dan kudanya pun duduk bersebelahan. Namun, sejak mereka sampai di taman tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Kayana yang biasanya suka memenuhi pembicaraan tanpa memberi lawan untuk bicara kini telah berbeda karena insiden yang menimpanya. Hingga suasana menjadi hening. "Apa yang ayah katakan?" Kayana memuali pembicaraan. "Kita akan menikah besok," Kayana yang mendengar itu tersentak kaget. Bagaimana bisa. Bukannya, ayahnya melarang dirinya menikah kemarin, lalu sekarang bagaimana bisa. "Tunggu, Apa ayah mengatakan hal lain?" Dirza pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Kayana pun menghembuskan nafasnya lega. Suasana kembali sunyi, Dirza masih memikirkan perkataan Rendra di ruangannya tadi. saat ia akan keluar Rendra mengatakan bahwa ia selalu tahu apa yang di perbuat putrinya. Dalam artian besar, Rendra juga mengetahui kesepakatan yang ia lakuk
Kayana begitu disibukan dengan pekerjaannya. Setelah meeting dengan klien barunya. Kayana pun harus bolak-balik ke luar kota. Sehingga tidak sadar jika pernikahannya dengan Dirza sudah melebihi satu Minggu. Dan satu Minggu perjanjian pernikahan pun di perpanjang karena kondisi sang ayah kembali drop. Padahal satu Minggu yang akan datang adalah hari pernikahan Rose adik Kayana. "Yana!" Panggil Dirza saat tak sengaja mereka bertemu di sebuah kafe. Saat ini Kayana tengah makan siang bersama Reno partner kerjanya. "Siapa?" tanya Reno. Menaikan alisnya sebelah. Sedangkan Kayana yang melihat Dirza berpenampilan OB di salah satu kantor pun mengerutkan keningnya. "Aku gak kenal," balas Kayana kepada Reno. Sedangkan Dirza yang mendengar itu merasakan perasaan sakit. Karena tidak dianggap oleh Kayana. Apa mungkin karena ia seorang OB. Padahal pekerjaan yang ia kerjakan sudah lebih baik daripada ia kuli di pasar. Namun, bagi kalangan Kayana OB adalah pekerjaan paling bawah. "Lalu kenapa dia
"Ayo kita bicara!" ajak Kayana lugas. Ia memberi isyarat untuk Dirza mengikutinya ke atas. Satu persatu Dirza pun menaiki anak tangga mengikuti langkah Kayana yang saat ini berjalan ke suatu ruangan yang jelas itu bukan kamar Kayana. Pintu pun terbuka, sebuah ruangan yang sama persis milik Rendra yang berada di bawah. Namun, bedanya jika ruangan kerja Rendra sedikit luas dan bernuansa klasik sedangkan Kayana begitu modern dan sangat tertata rapih. Dirza yang baru pertama kalinya masuk pun merasa kagum. Dalam diri Dirza bertekad suatu saat nanti ia juga akan memiliki ruangan yang sama seperti Kayana atau Rendra. Hmm Suara gumaman Kayana menyadarkan Dirza dari rasa kagumnya atas ruangan kerja Kayana. "Silahkan duduk!" perintah Kayana yang saat ini sudah duduk di kursinya. Dirza yang mendengar itu segera mengikuti perintah Kayana dan duduk di kursi yang saling berhadapan langsung dengan Kayana. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Kayana sambil memicingkan matanya. Dirza yang men
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....