Teman-teman yang sudah mampir terimakasih ya.
Keesokan paginya, semua sudah berkumpul di meja makan termasuk Dirza yang saat ini sudah rapih dengan baju kerjanya."Bu, gedung yang aku sewa buat resepsi pernikahan aku sama Rizal sudah di pesan kan?" tanya Rose."Sudah. Semuanya sudah beres, kamu tidak perlu memikirkan itu. Karena orang tua Rizal dan Ibu sendiri yang urus itu semua, yang perlu kamu pikirkan sekarang adalah kesehatan kamu dan juga bayi kamu," ujar Fitri.Sedangkan Rose yang menderanya itu menatap Kayana dengan senyum mengejek. Rose ingin menunjukkan kalau pernikahannya itu akan diadakan secara meriah dan akan diadakan di gedung, bukan seperti Kayana yang hanya di adakan di rumah dan akad saja tanpa ada resepsi."Oh ya. Yana, Dirza. Apa kalian tidak berminat untuk melakukan resepsi pernikahan yang sama dengan Rose?" tanya Rendra."Tidak usah Ayah!" balas Kayana. Karena menurutnya itu tidak penting. Karena sebentar lagi mereka akan berpisah."Ayah kenapa menanyakan itu. Ayah sudah menyinggung perasaan kakak ipar denga
4 tahun kemudian .... Waktu bergulir begitu cepat, kini semua telah berubah begitu juga dengan kehidupan Kayana. Yang saat ini tak lagi sama, seperti dulu. Bukan lebih baik tapi bisa di sebut lebih buruk. "Yuhu saatnya pesta!" Teriak Adella kegirangan. "Nah," kata Della sambil menarik kursi yang ada di hadapan meja Kayana. Sedangkan Kayana yang saat ini tengah fokus mengerjakan laporannya pun harus terganggu dengan kedatangan Adella yang membawa berkas yang harus di tanda tangani oleh atasnya. Namun, sebelum berkas itu sampai pada Dave Kayana harus memeriksanya terlebih dahulu. Apa itu penting atau sangat penting. Kayana pun segera memeriksanya dan melihat berkas yang berisi tentang persetujuan di adakannya pesta atas keberhasilan karena telah menerima kontrak baru dengan perusahaan besar. "Baiklah nanti aku akan berikan ini kepada pak Dave, kau bisa keluar," ujar Kayana setelah melihat berkas yang di bawa Adella. Sementara Adella yang mendengar itu hanya mencibir dengan sikap Ka
Setelah kejadian dimana, ia mendapati dirinya di hotel tak memakai sehelai benang pun. Kayana pun seolah-olah lupa dengan semua itu dan merasa semua baik-baik saja. Tidak ada perasaan sedih atau menyesal karena bagi Kayana, mau masih gadis atau tidak. Itu akan sama saja. Kayana tidak akan pernah membangun sebuah komitmen yang bernama pernikahan jadi hilangnya kegadisannya itu bukanlah sesuatu yang harus ia tangisi dan sesali.“Selamat pagi, “ sapa Kayana ketika surya datang. Setelah pesta satu bulan yang lalu Surya pun resmi menjadi atasan Kayana yang menggantikan Dave yang pindah ke Jerman.“Butkan saya kopi,” pintanya kemudian duduk di kursi kebesarannya.Kayana yang mendapat perintah itu pun mengangguk dan segera membuatkan kopi yang selama ini biasa Kayana buat untuk Surya.“Permisi Pak ini kopinya,” Kayana pun meletakkan kopinya di meja Surya dan berpamitan untuk ke ruangnya.“Tunggu!” Kata Surya menghentikan langkah Kayana.“Selama saya di sini, kenapa baru kali ini kopi yang bu
Setelah Rossi, anak Rose dan Rizal mengajaknya untuk sarapan bersama. Kayana pun ikut bergabung. Dan hal itu membuat semua orang bahagia. Karena pada akhirnya setelah sekian lama Kayana ikut sarapan bersama.“Selamat pagi,” sapa Kayana dan menarik kursi untuk dirinya. Rendra yang melihat putri sulungnya ikut sarapan bersama setelah sekian lama pun mengembangkan senyumnya.“Pagi juga sayang,” balas Rendra.“Tumben biasanya juga sudah ada di kantor jam segini,” sindir Rose.“Rose jangan seperti itu. Ini adalah hal yang baik jika Yana bisa sarapan bersama kita. Hal ini sangat jarang bukan.” Tutur Fitri lembut kemudian menyiapkan sarapan untuk Kayana.“Anty mau calapan,” pinta Rossi pada Kayana.“Sini sayang sama Mommy aja,” kata Rose.“Mau cama anty,” ungkap Rossi.“Tapi sayang anty gak bisa.” Kata Rose melarang anaknya untuk berdekatan dengan kakaknya.“Nadk mau,” Rossi menggelengkan kepalanya.“Gak papa Rose aku bisa kok, hanya untuk menyuapi anak kecil,” ujar Kayana kemudian mengambil
“Maaf, Memang anda siapa di sini sehingga bisa datang seenaknya. Di sini kamu itu hanya seorang sekretaris bukan siapa-siapa” katanya menatap Kayana tajam. Kayana yang mendengar itu mencoba mengabaikan perkataan Surya. Bagi Kayana hari ini untuk pertama kalinya ia datang terlambat. Tapi walaupun begitu tidak sepantasnya Surya membentaknya seperti itu. “Maaf. Mr. Nugraha yang terhormat. Posisi saya memang hanya sekretaris. Tapi, pekerjaan saya konsisten jadi mohon maaf bila kali ini saya melakukan kesalahan. Selamat pagi.” Setelah mengatakan itu Kayana pun segera memulai pekerjaannya sebagai sekretaris yang mengatur jadwal Surya. “Buatkan saya kopi. Jangan sampai terlambat,” titah Surya kemudian meninggalkan meja Kayana. Sedangkan Kayana hanya bisa bergumam dengan sikap atasannya hari ini. Kayana pun segera beranjak dari duduknya dan menuruti keinginan atasannya untuk dibuatkan kopi. Waktu istirahat pun telah tiba, Kayana yang bisanya masih sibuk dengan kertas di mejanya. Entah men
Berbeda dengan Kayana yang tidak pusing memikirkan hasil benda pipih itu. Karena dirinya sangat yakin jika hasil itu salah.“Kenapa terlambat?” tanya Surya sambil menatap Kayana dengan tenang.“Saya tidak terlambat. Saya habis dari toilet,” balas Kayana santai dan memulai pekerjaannya.“Ada yang saya bantu Pak?” tanya Kayana. Ketika melihat atasannya masih saja berada di hadapannya.“Siapkan berkas-berkas untuk meeting siang ini.” Pintanya.“Semuanya sudah siap Pak,” balas Kayana dengan cekatan.“Baiklah,” Surya pun meninggalkan meja sekretarisnya. Dalam benak Surya, pantas saja Kayana bisa bertahan menjadi sekretaris di sini walaupun sikapnya yang bossy itu. Ternyata kerjanya cekatan dan siap kapanpun di minta walaupun itu sangat dadakan.Di ruangan Adella saat ini. Dirinya masih saja memikirkan kondisi Kayana. Apa ia harus percaya pada Kayana atau benda putih pipih yang sedang dipegangannya.“Dor!” Teriak Reina membuat Adella kaget dan menjatuhkan benda pipih yang dipegangnya.“Asta
Sementara Kayana yang mendapat pertanyaan tersebut. Seketika, detak jantungnya bekerja tidak normal. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya. Kayana mencoba mengingat sesuatu agar semuanya jelas. Dan setelah mengingat semuanya Kayana pun mengangguk dengan ragu. Adella yang melihat anggukan kepala Kayana pun melebarkan matanya. “Kapan?" baru saja Adella akan bertanya tentang kapan Kayana melakukan hal itu tapi tidak jadi lantaran dokter telah memotong ucapannya terlebih dahulu. “Nah, bila Ibu Kayana pernah melakukannya. Alat itu bisa di gunakan, jadi untuk mengetahui Ibu Kayana positif atau tidak, mari kita lakukan tes lagi. Bila perlu kita USG langsung, jika Ibu Kayana setuju, " tawar dokter tersebut. “Kalau begitu USG saja dokter. Karena tadi pagi sudah melakukan tes dan hasilnya positif,” jawab Adella. “Bagaimana Ibu Kayana?” tanya dokter meminta persetujuan. Sedangkan Kayana yang mendengar itu pun mengangguk pasrah. “Ya sudah kalau begitu. Ibu Kayana silahkan berbaring. Biark
Hari sudah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.45 malam. Akan tetapi Kayana masih ada di kantor, tinggal dirinya seorang diri. Sambil menatap ke arah luar jendela yang menampilkan kelap kelip lampu. Tanpa sadar ia mengusap perutnya. Apa benar dia ada atau hanya sebuah mimpi saja. Dirinya mengingat kembali ke masa lalu dimana ibunya berada di posisi ini. Mempertahankan atau melepaskan. Namun, dengan kebesaran hatinya ia lahir ke dunia dengan sempurna tanpa kekurangan, apapun selain cinta dari seorang Ibu yang telah melahirkannya. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk. Kayana yang mendengar itu seketika tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya. Ia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dan mendengar suara pintu diketuk membuat Kayana heran. Siapa yang mengetuk ruangan kerjanya di jam segini. Apa mungkin ada ob yang ikut lembur. Dan tanpa berpikir panjang Kayana pun membukakan pintunya. “Selamat malam,” sapa Surya yang
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....