Berbeda dengan Kayana yang tidak pusing memikirkan hasil benda pipih itu. Karena dirinya sangat yakin jika hasil itu salah.“Kenapa terlambat?” tanya Surya sambil menatap Kayana dengan tenang.“Saya tidak terlambat. Saya habis dari toilet,” balas Kayana santai dan memulai pekerjaannya.“Ada yang saya bantu Pak?” tanya Kayana. Ketika melihat atasannya masih saja berada di hadapannya.“Siapkan berkas-berkas untuk meeting siang ini.” Pintanya.“Semuanya sudah siap Pak,” balas Kayana dengan cekatan.“Baiklah,” Surya pun meninggalkan meja sekretarisnya. Dalam benak Surya, pantas saja Kayana bisa bertahan menjadi sekretaris di sini walaupun sikapnya yang bossy itu. Ternyata kerjanya cekatan dan siap kapanpun di minta walaupun itu sangat dadakan.Di ruangan Adella saat ini. Dirinya masih saja memikirkan kondisi Kayana. Apa ia harus percaya pada Kayana atau benda putih pipih yang sedang dipegangannya.“Dor!” Teriak Reina membuat Adella kaget dan menjatuhkan benda pipih yang dipegangnya.“Asta
Sementara Kayana yang mendapat pertanyaan tersebut. Seketika, detak jantungnya bekerja tidak normal. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya. Kayana mencoba mengingat sesuatu agar semuanya jelas. Dan setelah mengingat semuanya Kayana pun mengangguk dengan ragu. Adella yang melihat anggukan kepala Kayana pun melebarkan matanya. “Kapan?" baru saja Adella akan bertanya tentang kapan Kayana melakukan hal itu tapi tidak jadi lantaran dokter telah memotong ucapannya terlebih dahulu. “Nah, bila Ibu Kayana pernah melakukannya. Alat itu bisa di gunakan, jadi untuk mengetahui Ibu Kayana positif atau tidak, mari kita lakukan tes lagi. Bila perlu kita USG langsung, jika Ibu Kayana setuju, " tawar dokter tersebut. “Kalau begitu USG saja dokter. Karena tadi pagi sudah melakukan tes dan hasilnya positif,” jawab Adella. “Bagaimana Ibu Kayana?” tanya dokter meminta persetujuan. Sedangkan Kayana yang mendengar itu pun mengangguk pasrah. “Ya sudah kalau begitu. Ibu Kayana silahkan berbaring. Biark
Hari sudah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.45 malam. Akan tetapi Kayana masih ada di kantor, tinggal dirinya seorang diri. Sambil menatap ke arah luar jendela yang menampilkan kelap kelip lampu. Tanpa sadar ia mengusap perutnya. Apa benar dia ada atau hanya sebuah mimpi saja. Dirinya mengingat kembali ke masa lalu dimana ibunya berada di posisi ini. Mempertahankan atau melepaskan. Namun, dengan kebesaran hatinya ia lahir ke dunia dengan sempurna tanpa kekurangan, apapun selain cinta dari seorang Ibu yang telah melahirkannya. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk. Kayana yang mendengar itu seketika tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya. Ia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dan mendengar suara pintu diketuk membuat Kayana heran. Siapa yang mengetuk ruangan kerjanya di jam segini. Apa mungkin ada ob yang ikut lembur. Dan tanpa berpikir panjang Kayana pun membukakan pintunya. “Selamat malam,” sapa Surya yang
Fitri yang melihat itu seketika beranjak dari duduknya dan menyusul Kayana ke kamar mandi. “Sayang apa kamu baik-baik saja?” tanya Fitri khawatir. Begitu juga dengan Rendra yang melihat putrinya seperti itu pun dengan langkah yang sangat pelan mencoba untuk menyusul Kayana. “Ayah mau ke mana?” tanya Rose yang melihat Rendra beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi. “Ayah mau lihat kondisi Yana,” “Tidak perlu Ayah. Kak Yana baik-baik aja. Ayah duduk saja,” perintah Rose kemudian menghampiri Rendra dan membantunya kembali duduk di kursinya. “Tapi_” “Sudah ada Ibu, Ayah,” potong Rose geram. Sedangkan Kayana saat ini mencoba untuk mengeluarkan isi perutnya. Entah kenapa pagi ini ia mengalami mual yang begitu hebat setelah mencium bau selai kacang.“Ibu ambilkan teh hangat untukmu, semoga mualnya cepat reda ya sayang,” setelah membantu memijat tengkuk Kayana Fitri pun segera membuatkan teh hangat untuk Kayana Setelah apa yang terjadi pagi tadi. Kayana pun berfikir bahw
EnguhhLenguh Kayana yang baru saja sadar.“Anda sudah sadar?” Tanya suster yang mengecek kondisi Kayana.Kayana pun melihat sekelilingnya,”Dimana aku sekarang?” Gumam Kayana mengingat semua yang terjadi.“Anda ada di klinik. Anda baru saja melakukan operasi pengangkatan janin,” terang suster.“Pengangkatan janin,” bisik Kayana pelan dan mencoba mengingat semuanya.“Terimakasih suster apa saya boleh pulang?” tanya Kayana.“Sebaiknya Ibu istirahat selama seminggu agar dapat mengembalikan kondisi Ibu yang sudah mengalami paska operasi.”“Berikan saya obat rasa sakitnya. Karena saya tidak mungkin berlama-lama di rumah sakit.”“Tapi setidaknya Ibu bisa menginap dua hari atau tiga hari jika Ibu tidak ingin terlalu lama.”Kayana yang mendengar itu pun menggunakan kepalanya sepertinya dia bisa dua hari untuk istirahat. Karena besok adalah hari Sabtu dan Kayana libur bekerja.“Baiklah suster, terima kasih,”“Sama-sama,”DrrtTerdengar getaran ponsel yang berasal dari milik Kayana. Kayana yang
“Aku sayang sama, Ibu.” “Sungguh, kalau begitu kamu harus tetap bersama Ibu dan jangan pernah tinggalin Ibu.” “Ok. Tapi Ibu juga harus janji gak bakal ninggalin aku. Dan aku juga gak bakalan ninggalin Ibu," ucapnya sambil menautkan jari kelingkingnya. Keduanya pun tersenyum dan bercanda. Sampai ada seorang lelaki dewasa menghampiri mereka. “Ayah!” Panggil gadis kecil tersebut sambil berlari. “Sayang tunggu!” Namun, gadis kecil tersebut terus berlari dan menghampiri lelaki dewasa tersebut. Sampai dirinya pun ikut berlari mengejar mereka tapi entah kenapa langkahnya tak pernah sampai. Dan hanya tawa mereka yang bisa dirinya dengar. “Tunggu!” “Tunggu!” “Tunggu!” teriak Kayana dalam tidurnya. “Tunggu!” ucapnya lagi. “Aaa!” jerit Kayana, ia pun terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu. Untuk kedua kalinya, ia bermimpi bertemu dengan seorang anak kecil. Namun, Kali ini anak kecil itu memilih meninggalkannya dan memilih orang lain. Apa ini, orang-orang yang di luar sana
“Stop! Saya tidak mau mendengar apapun. Saya hanya minta kejelasan dari, Pak Surya. Kenapa saya dipindahkan ke devisi keuangan tanpa pemberitahuan?” Kayana dengan penuh tekanan. “Biar saya jelaskan. Tapi sebelum itu kamu minta maaf terlebih dahulu sama atasan baru kita dia, Pak Dirza,” ucap Surya dengan tenang. Kayana yang mendengar bahwa pria yang ada dihadapannya adalah atasannya pun menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Saya tidak percaya,” “Baiklah, ayo ikut aku. Biarku jelaskan,” ucap Surya menarik lengan Kayana. “Surya, kau bisa pergi. Hal ini biar saya jelaskan,” Surya yang mendengar itu pun mengangguk dan melepaskan tangannya dari lengan Kayana. Lalu pamit untuk meninggalkan ruangan tersebut. “Baik, Pak," ucapnya. Setelah itu ruangan pun kembali tegang akibat emosi Kayana yang belum redup. "Kayana Zahrah putri. "Dirza, menyebut nama lengkap Kayana. Kemudian, ia pun berdiri dan mendekati Kayana yang saat kejadian ini tengah berdiri di hadapannya. Lalu terdengar
"DASAR PRIA BADJImppphh__," teriak Kayana dengan emosi yang tinggi karena tidak terima Dirza menciumnya tepat dibibirnya. Namun, lagi-lagi teriakan Kayana dan umpatan kayana harus tertahan karena Dirza kembali menciumnya. Kali ini bukan sekedar kecupan singkat. Namun, ciuman panjang di sertai lumatan kecil. Kayana seberusaha mungkin menolak ciuman paksa Dirza dengan menutup rapat bibirnya. Namun, Dirza punya cara agar ia bisa melakukan itu dengan cara menggigit bibir bawah Kayana. Sehingga Kayana yang merasakan sakit pun tanpa sadar membuka mulutnya dan kesempatan itu Dirza gunakan untuk mencari lidah Kayana untuk berperang melawannya. Setelah mendapatknya, Dirza tidak bisa berhenti untuk mencecap dan menjelajahi bibir kayana yang tersa sangat manis. Bahkan tidak ada niatan bagi Dirza untuk mengakhiri ciuman yang baginya adalah candu. "Emppphh__" Kayana mencoba melepaskan ciuman dari Dirza karena merasa bahwa dirinya sangat kesusahan dalam bernafas. Namun, sangat sulit karena kedu
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....