**
Setelah insiden Kayana hampir dibegal. Ia pun lebih memilih untuk pulang ke rumah. Niatnya ingin menenangkan diri ke club malam ia urungkan. Namun, kejadian dimana dirinya hampir dibegal itu telah sampai ke telinga Rendra, membuat Kayana lagi-lagi ditekan untuk segera menikah agar ada yang melindungi dirinya.
"Kayana, Ayah ingin bicara sama kamu," pinta Rendra.
Kayana baru saja pulang kantor, jam menunjukkan pukul sembilan malam. Tentu hal ini menjadi salah satu alasan, kenapa Rendra selalu meminta Kayana menikah.
"Jika yang dibicarakan masih hal yang sama maka, Ayah. Juga akan mendapatkan jawaban yang sama juga."
"Keluarga, Rizal. Kekasih Rose sudah datang tadi pagi, mereka berniat melamar Rose dan Mempercepat pernikahan mereka. Dan jangan pikir Ayah tidak tau apa yang telah terjadi kemarin malam."
"Itu adalah kabar yang gembira. Dan aku juga baik-baik aja. Ayah, tidak perlu memikirkan kejadian malam itu."
"Tapi, Ayah. Tetap pada keputusan Ayah. Ayah tidak akan menikahkan Rose dengan siapapun sebelum kamu menikah."
"Meskipun Rose sudah berbadan dua?"
"Ya."
"Ayah egois, Ayah tidak memikirkan kebahagiaan Rose dan juga aku."
"Ayah memikirkan kebahagiaan kalian! Dan juga memikirkan keselamatan kamu."
"Aku capek!" Kayana lebih memilih untuk pergi ke kamarnya dan menghindarinya. Ia tidak mau melanjutkan percakapan ini dengan ayahnya. Karena apa yang terjadi malam lalu itu adalah kesalahannya yang hampir saja dibegal.
"Kayana!" tegur Rendra. Namun, Kayana tidak mengindahkan ucapan sang ayah.
**
Satu Minggu telah berlalu setelah kejadian dimana Kayana menjadi korban begal. Pada awalnya, ia akan mencari seseorang yang telah menolongnya. Namun, karena kesibukannya dalam bekerja membuat, Kayana lupa. Hingga tanpa sengaja, dia melihat pria yang telah menolongnya sedang gelisah seperti sedang mencari bantuan ditepi jalan, hari memang sudah sangat sore dan kebetulan Kayana baru saja keluar dari kantor.
"Hai," sapa Kayana. Kepada pria yang telah menolongnya.
Sedangkan pria yang sedang kesusahan itu merasa ada yang menyapanya pun menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.
Deg.
Seketika jantungnya berdetak keras. Saat bertatapan langsung dengan mata angkuh itu. Namun, sebisa mungkin dia terlihat baik-baik saja.
"Kamu orang yang telah menolongku bukan?"
Pria itu diam, tidak menjawab pertanyaan Kayana.
Pria itu tidak ingin terlihat sedang berada di posisi sulit. Sehingga orang yang telah ia tolong bersimpati padanya.
"Baiklah, jika kau tidak mau menjawab, tidak apa."
Kayana menyodorkan amplop berisi uang yang telah ia siapkan jauh-jauh hari.
Pria itu menatap mata Kayana dengan intens.
"Ambilah, pasti kamu butuh ini."
"Tidak, terimakasih. Saya memang butuh uang, tapi saya tidak ingin seseorang yang telah saya tolong memberi imbalan," jawab pria itu setelah beberapa kali Kayana berbicara.
"Kak Dirza!" tarik bocah berusia sepuluh tahun kepada pria yang ternyata memiliki nama Dirza itu.
"Ayo bawa Ibu ke rumah sakit," rengeknya dengan bercucuran air mata.
"Firza," ucap Dirza mencoba menenangkan adiknya yang menangis.
"Hei ada apa dengan Ibumu?" tanya Kayana kepada anak kecil yang bernama Firza itu.
"Ibu sakit. Dan kata orang-orang Ibu harus di bawa ke rumah sakit. Jika ingin sembuh," jawab Firza polos.
"Dimana Ibumu sekarang?" tanya Kayana lagi.
"Itu," tunjuk Firza, kearah dimana ibunya berada, dengan seorang anak perempuan.
Kayana pun mengikuti arah telunjuk tangan Firza.Dan ketika Kayana melihat itu. Matanya terbelalak kaget, Karena melihat kondisi wanita yang sedang sakit berada di gerobak untuk memungut barang bakas.
"Astaga," gumam Kayana. Dia pun segera menghampiri wanita tua bersama anak gadis disampingnya yang sedang menangis.
Dirza yang melihat Kayana menghampiri Ibunya dan juga adiknya pun ikut menyusul.
"Ya ampun ini sudah sangat parah sebaiknya cepat dibawa ke rumah sakit," ucap Kayana ketika melihat wanita tua yang sangat pucat dan terbaring lemah itu.
"Ibu bangun,"
"Maaf nona bisa anda _" Namun, belum selesai Dirza mengatakan sesuatu. Kayana, sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Sebaiknya segera bawa Ibumu ke rumah sakit," ucap Kayana.
"Hei_."
"Jangan banyak bicara!" perintah Kayana dengan tegas.
Dirza yang melihat kedua adiknya yang sudah menangis pun tak punya pilihan, dan menerima pertolongan Kayana. Wanita angkuh yang membuat jantungnya berdetak keras.
"Ayo masuk! Kita bawa Ibu kalian ke rumah sakit." Kayana pun memberikan kunci mobilnya kepada Dirza.
"Ambilah kau bawa mobilku."
Namun, Dirza tak menerimanya.
"Kenapa? Apa ada masalah. Tenang saja aku juga akan ikut."
"Saya tidak bisa membawa mobil."
Kayana yang mendengar itu hanya memutar bola matanya.
"Baiklah sekarang kau masuk biar aku yang menyetir." Kayana pun masuk kedalam mobil dengan Dirza disampingnya sedangkan ibu dan kedua adik Dirza, berada di kursi penumpang.
Selama diperjalanan suasana hanya diisi dengan suara tangisan keduan adik Dirza di kursi penumpang. itu pun segera menegur kedua adiknya agar berhenti untuk menangis.
"Firza, Firda. Kalian berhenti menangis ya. Kalian harus tenang dan berdoa semoga Ibu baik-baik aja."
Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah sakit. Dirza yang melihat itu langsung saja turun dan menggendong ibunya.
Para suster yang melihat itu langsung siap siaga membawakan brankar untuk Ibu Dirza.
Setelah ibu Dirza di tangani oleh dokter dan di bawa ke ruang UGD. Dirza pun menunggu hasil pemeriksaan dokter.
"Terimakasih," ucap Dirza sambil memeluk kedua adiknya. Kepada Kayana.
Kayana menjawab. Dia hanya melirik Dirza sekilas.
"Terimakasih Kak," tutur Firda dan Firza Kepada Kayana.
"Sama-sama."
Setelah Ibu Dirza ditangani oleh Dokter. Ia pun segera duduk dan menunggu hasil pemeriksaan dokter.
Beberapa menit menunggu, akhirnya dokter yang memeriksa kondisi bu Dirza pun keluar.
"Keluarga pasien Ibu Farida Indrati!"
Dirza yang merasa nama ibunya dipanggil pun beranjak dari kursi tunggu.
"Saya Dokter." Dirza pun menghampiri dokter yang memanggilnya.
"Bagaimana dengan keadaan Ibu saya dokter?" tanya Dirza dengan cemas.
"Maaf, saya harus menyampaikan ini. Ibu anda harus segera dioperasi. Jika tidak, maka nyawanya tidak akan tertolong karena kerusakan ginjal yang sudah sangat parah."
"Apa? Operasi dokter."
"Iya."
"Kalau begitu dokter lakukan yang terbaik untuk ibu saya. Tapi Dokter, berapa operasinya?" tanya Dirza.
"Seratus juta."
"Apa? Seratus juta!"
"Bisa kita bicara?" pinta Kayana kepada Dirza.
Sedangkan Dirza hanya menatap kayana tanpa berkedip.
"Hai!" Kayana pun melambaikan tangannya kehadapan wajah Dirza.
"Ee-hh iya." Dirza pun tersadar dari keterkejutannya.
"Kau bisa ikut aku." Kayana pun berjalan terlebih dahulu kemudian diikuti Dirza dari belakang.
"Kau butuh uang?" tanya Kayana.
Dirza pun menatap Kayana dengan intens setelah itu ia pun menganggukan kepalanya sedikit ragu.
"Sekali lagi saya tanya, apa kau butuh uang untuk Ibumu operasi?" Kayana mengulangi pertanyaannya dan dibalas anggukan pula oleh Dirza.
"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan. Kamu bisa menolong saya dan saya juga bisa menolongmu dengan cara membiayai operasi Ibumu," ujar Kayana.
Dirza yang mendengar Kayana menawarkan kesepakatan pun menatap Kayana dengan tatapan bingung.
"Kesepakatan?"
"Ya kesepakatan, kamu bisa memikirkannya terlebih dahulu. Jika kamu bersedia, saya bisa memberimu uang lebih dari itu." Dirza yang mendengar itu pun seketika menjadi gelisah.
"Tidak perlu buru-buru. Sebaiknya kau pikirkan baik-baik. Karena jika kau setuju kau tidak bisa mundur. Dan jika kau menolaknya, maka tidak ada kesempatan kedua atau pun pembicaraan yang lain," ujar Kayana otoriter.
"Boleh saya tau kesepakatan apa itu?" tanya Dirza.
"Saya akan mengatakannya jika kau sudah setuju. Intinya, harus kau tau. Saya bisa membantumu. Tapi kamu juga harus membantu saya dengan melakukan apapun yang saya perintahkan. Itu saja," ucap Kayana dengan angkuh.
"Kalau begitu saya pergi dulu jika kau sudah punya jawabannya kau bisa menelpon saya, Kau masih menyimpan kartu nama saya kan," lanjut Kayana.
Dirza yang mendengar itu pun segera memeriksa saku celananya. Setelah mencoba mencarinya. Dirza pun tidak menemukannya. Kayana yang melihat itu memutar bola matanya kemudian mengambil kartu namanya di dalam tas. Kemudian memberikannya kepada Dirza.
"Ini ambilah. Ini kartu nama saya, kamu bisa menghubunginya jika kamu setuju. Dan saya ingin tahu siapa namamu," ucap Kayana.
"Dirza nona?"
"Ok Dirza saya hanya memberikan waktu hanya 24 jam jika lebih dari itu saya tidak bisa menerimanya. Jadi pikirkan baik-baik. Tapi satu hal yang harus kamu tau, ini sangat menguntungkan dirimu." Kemudian Kayana pun pergi meninggalkan Dirza taman rumah sakit.
Gila, satu kata yang pantas diucapkan untuk apa yang dilakukannya. Tapi Kayana tidak punya pilihan lain selain ini. Setelah pagi tadi ia kembali bertengkar dengan adiknya yang membuat jantung ayahnya kembali kambuh dan hal itu masih teringat jelas dalam ingatannya."Kapan Ayah akan menerima lamaran Rizal?" tanya Rose saat di meja makan."Kamu tidak akan menikah sebelum Kakakmu menikah.""Ayah gila! Ayah, tidak memikirkan reputasi dan martabat keluarga kita. Apa kata orang jika mengetahui kalau aku menikah dengan keadaan perut besar!" marah Rose, karena ayahnya selalu saja memikirkan kakaknya dibandingkan dirinya."Jangan berbicara dengan nada seperti itu Rose," tegur Rendra."Ayah, terimalah lamaran Rizal, biarkan Rose menikah terlebih dahulu, karena aku tidak akan pernah menikah sampai kapanpun," ucap Kayana."Apa yang kau katakan, jangankan kau tidak menikah. Dilangkahi oleh Rose, pun tidak akan ayah biarkan, jika memang kau tidak memiliki calon untuk dikenakan pada Ayah. Maka, Ayah
Waktu sudah pukul dua belas siang lewat lima belas menit. Tidak terasa jam istirahat pun telah tiba. Dan itu sudah lewat lima belas menit yang lalu. Namun, Kayana terlalu asyik bekerja hingga Kayana tidak sadar, kalau saja Adella tidak menyadarkan dirinya dengan teriakan super toanya. Tanpa mengetuk pintu Adella pun langsung masuk. "Aya!!!" Kayana yang mendengar teriakkan itu pun seketika memegang dadanya yang berdegup kencang kaget atas teriakan Adella. "Della," ujar Kayana sedikit geram. Sedangkan Adella yang mendengar Geraman tidak suka Kayana pun cekikikan. Karena melihat ekspresi Kayana yang harus menahan emosinya. "Malah ketawa," ujar Kayana. Kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Merelaksasikan ototonya "Lagian kamu gak nyadar jam istirahat udah tiba sejak lima belas menit yang lalu, aku tunggu kamu di kantin gak nongol-nongol ya udah aku samperin aja ke sini. Eh taunya masih sibuk sama pacar kamu itu " cibir Della kesal karena kebiasaan kayana yang satu itu.
"Siapa dia?" tiba-tiba saja Adella datang di waktu Dirza meninggalkan meja Kayana. Kayana yang melihat Adella datang pun segera menyuruh Adella untuk duduk. "Duduklah," Adella pun menuruti keinginan Kayana. "Jadi siapa dia?" "Dia orang yang ku bayar untuk menikahiku untuk waktu seminggu," Adella yang mendengar itu pun menggebrak meja yang membuat Kayana tersedak minuman. Uhuk! "Della," umpat Kayana kesal. Namun, Adella memilih mengabaikan kondisi Kayana dan menatap Kayana dengan serius. "Kamu serius membayar dia untuk menikahi kamu. Ya ampun Aya kamu masih waras kan?" tanya Adella. "Emang kenapa, ada yang salah?" "Ti-dak" Adella menggelengkan kepalanya. "Aku kira waktu itu kamu hanya bercanda untuk mencari seseorang yang mau menikahimu dalam seminggu." "Memangnya kapan aku suka bercanda Della," ujar Kayana mengedikan bahunya. Kemudian kembali meminum minumannya kembali. "Apa ada orang yang tau tentang rencanamu?" "Ada," "Siapa?" "Kau Della," tunjuk Kayana. "Selain aku
Sesampainya di rumah Kayana, Dirza yang melihat rumah Kayana yang begitu besar bersikap biasa saja. Karena bagi Dirza tidak mungkin Kayana membayar dirinya sangat mahal jika tidak memiliki rumah yang mewah. "Ayo," ajak Kayana kepada Dirza. Ketika di ruang tamu, Kayana melihat kedua orangtuanya sedang berbicara santai Kayana yang melihat itu tersenyum senang. "Selamat siang ayah," sapa Kayana kepada Rendra, kemudian beralih kepada sang ibu. "Selamat siang juga putri ayah," balas Rendra. Kemudian perhatiannya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang dibawa oleh putrinya. Dirza yang sadar bahwa Rendra tengah menatapnya pun segera menghampiri Rendra dan menyapanya. "Selamat siang om," sapa Dirza dengan senyum hangatnya dan dibalas dengan tatapan menyelidik oleh Rendra. "Oh iya, Yana lupa. Aya, kenalkan ini Dirza. sesuai janji Yana kalau, Yana akan memperkenalkan seseorang untuk ayah," ucap Kayana dengan senang, sambil menarik Dirza untuk duduk disebelahnya. "Kamu yakin dia orang
"Ayah!" seru Rose. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rose masuk ke dalam ruang kerja Rendra. "Ada apa?" tanya Rendra. Saat ini dirinya sedang mengecek pekerjaannya. Setelah beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh akibat, ucapan kosong Rose yang mengatakan jika Kayana tidaklah normal. Namun, semua itu berhasil dipatahkan ketika Kayana membawa calon suaminya. Meskipun ada rasa janggal, tapi ia berusaha percaya dan akan mencari tahu kebenarannya. "Ibu bilang, Kakak sudah punya calon, bahkan laki-laki itu sudah melamar kakak. Apa itu benar?" "Iya." "Lalu apa Ayah sudah menerimanya?" tanya Rose dengan tidak sabar. Sungguh ini adalah berita yang sangat membahagiakan. Jika kakaknya sudah memiliki calon. Artinya rencana pernikahan dirinya dan Rizal akan segera diresmikan. Hal itu sangat membuat dirinya tidak sabar. "Ayah belum menerimanya. Ayah masih ingin mencari tahu tentang pria itu." Rose membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban sang Ayah. "Ayah kenapa belum meneriman
"Ada apa ini ayah?" tanya Kayana. Dia baru saja pulang. Tapi ayahnya sudah memanggil dirinya ke ruangan kerja milik ayahnya."Kayana suruh Dirza datang ke rumah sekarang!"Tapi kenapa Ayah?" tanya Kayana penasaran."Suruh Dirza temui Ayah sekarang! Ada sesuatu ingin Ayah bicarakan dengan dirinya," tutur Rendra.Kayana yang mendengar itu pun beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh, agar ayahnya tidak mendengar percakapannya dengan Dirza. Lalu setelah itu, ia pun langsung menghubungi Dirza.TuttSuara panggilan tersambung dan tak membutuhkan waktu yang lama panggilan pun terjawab."Hallo," jawab di seberang telepon."Kamu ada dimana sekarang?" tanya Kayana saat mendengar suara riuh di sebrang telpon."Aku lagi di pasar sekarang," balas Dirza."Datang ke rumah ku sekarang!" perintah Kayana tegas."Ta-pi saat ini aku sedang kuli di pasar." Kayana yang mendengar itu mendengus kesal."Apa uang yang aku kasih sudah habis sehingga kau kembali kuli di pasar!" geram Kayana. Dengan jawaban D
Di sinilah keduanya. Saat ini Kayana dan Dirza berada di taman tepatnya di belakang rumahnya. di sana terdapat kursi taman dan kudanya pun duduk bersebelahan. Namun, sejak mereka sampai di taman tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Kayana yang biasanya suka memenuhi pembicaraan tanpa memberi lawan untuk bicara kini telah berbeda karena insiden yang menimpanya. Hingga suasana menjadi hening. "Apa yang ayah katakan?" Kayana memuali pembicaraan. "Kita akan menikah besok," Kayana yang mendengar itu tersentak kaget. Bagaimana bisa. Bukannya, ayahnya melarang dirinya menikah kemarin, lalu sekarang bagaimana bisa. "Tunggu, Apa ayah mengatakan hal lain?" Dirza pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Kayana pun menghembuskan nafasnya lega. Suasana kembali sunyi, Dirza masih memikirkan perkataan Rendra di ruangannya tadi. saat ia akan keluar Rendra mengatakan bahwa ia selalu tahu apa yang di perbuat putrinya. Dalam artian besar, Rendra juga mengetahui kesepakatan yang ia lakuk
Kayana begitu disibukan dengan pekerjaannya. Setelah meeting dengan klien barunya. Kayana pun harus bolak-balik ke luar kota. Sehingga tidak sadar jika pernikahannya dengan Dirza sudah melebihi satu Minggu. Dan satu Minggu perjanjian pernikahan pun di perpanjang karena kondisi sang ayah kembali drop. Padahal satu Minggu yang akan datang adalah hari pernikahan Rose adik Kayana. "Yana!" Panggil Dirza saat tak sengaja mereka bertemu di sebuah kafe. Saat ini Kayana tengah makan siang bersama Reno partner kerjanya. "Siapa?" tanya Reno. Menaikan alisnya sebelah. Sedangkan Kayana yang melihat Dirza berpenampilan OB di salah satu kantor pun mengerutkan keningnya. "Aku gak kenal," balas Kayana kepada Reno. Sedangkan Dirza yang mendengar itu merasakan perasaan sakit. Karena tidak dianggap oleh Kayana. Apa mungkin karena ia seorang OB. Padahal pekerjaan yang ia kerjakan sudah lebih baik daripada ia kuli di pasar. Namun, bagi kalangan Kayana OB adalah pekerjaan paling bawah. "Lalu kenapa dia
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....