Keesokan paginya, Kayana memutuskan untuk melihat kondisi ayahnya setelah mendapat serangan jantung semalam karena mendapat kabar buruk.
"Selamat pagi Ayah. Apa kau baik-baik saja hari ini?" tanya Kayana.
"Duduklah," perintah Rendra. Kayana menurut.
"Tolong, kabulkan permintaan terakhir, Ayah. Sebelum, Ayah benar-benar pergi," pinta Rendra dengan pandangan sayu.
"Ayah." Kayana sudah tau apa yang akan diucapkan Ayahnya.
"Menikahlah, sebelum Rose menikah nanti."
"Tidak ada permintaan selain itu Ayah?" tanya Kayana dengan berat.
"Ayah hanya ingin melihat kau bahagia."
"Tapi tidak untuk menikah juga Ayah. Selama ini Yana menikmati hidup tanpa siapapun dihidup Yana."
"Coba, berikan alasan yang logis, kenapa sampai sekarang kamu belum pernah mengenalkan satu laki-laki kehadapan ayah?"
"Yana sudah terlambat, Yana pergi. Selamat pagi."
Tidak menjawab pertanyaan sang ayah. Kayana memilih untuk pergi. Dia tidak ingin mengatakan alasan kenapa sampai usianya yang ke 27 tahun belum menikah.
**
Malam ini Kayana tengah kalut dengan apa yang terjadi dengan semua masalah yang datang dihidupkannya, terutama permintaan ayahnya yang ingin dirinya segera menikah. Tapi, bagaimana ia bisa menikah jika calon pun tak punya. Masalah pekerjaan yang membuat dirinya pusing. Ditambah dengan kondisi adiknya yang tengah berbadan semakin mendesak dirinya untuk segera menikah.
"Ahh! Aku butuh refreshing. Apa aku club aja ya," gumam Kayana kemudian ia pun memutuskan untuk keluar malam ini. Setelah memastikan dan berbicara dengan sang ayah yang menginginkan dirinya untuk menikah lebih dahulu sebelum adiknya. Meskipun kondisinya sudah seperti ini. Tapi keinginan ayahnya untuk menikahkannya terlebih dahulu tidaklah goyah.
Club malam bukanlah tempat biasa Kayana menghabiskan waktu atau tempat ia menjernihkan otaknya. Namun kali ini
Kayana benar-benar kalut. Walaupun ia tampak tidak peduli dengan permintaan ayahnya. Tapi Kayana tetaplah seorang anak yang memikirkan kebahagiaan orang tuanya. Walaupun terkadang ia egois.
Tapi saat diperjalanan menuju Club malam, tiba-tiba saja mobil Kayana berhenti. Kayana yang merasakan hal itu mencoba memeriksa apa yang terjadi.
"Sial!" umpat Kayana ketika mobilnya berhenti di tempat yang sepi. Kayana memeriksanya, mulai dari ban mobil, hingga kapnya.
"Mogok?"
Lalu segerombolan pria urakan datang menghampiri Kayana. "Hay manis, kenapa malam-malam begini sendirian? Mau ditemenin gak?" Para pria jalanan itu tersenyum ke arah Kayana.
"Jangan ganggu," ucap Kayana, kemudian mengambil uang yang ada di dalam dompetnya. Semuanya ia keluarkan dan ia berikan kepada preman itu.
"Ini ambil! Jangan banyak bicara dan banyak tingkah." Kayana pun melempar uang tersebut.
"Hei nona, apa cara ini kamu bersikap," ujar preman jalanan yang berjumlah tiga orang itu.
"Saya akan bersikap bagaimana dengan orang yang saya temui, dan saya sangat hapal orang-orang tidak berguna seperti kalian. Jadi sekarang kalian pergi dan jangan ganggu saya, dan silahkan. Ambil uang itu!" kata Kayana menatap para preman itu dengan tajam.
Para preman itu pun mengambil uang yang Kayana lemparkan.
"Waw, lumayan juga untuk mencicipi satu tubuh gadis. Tapi sepertinya anda lebih menarik." Seringai preman itu menatap Kayana dengan tatapan melecehkan.
Kayana yang paham dengan kondisinya yang tidak bagus pun mulai waspada.
"Jangan mendekat!" teriak Kayana ketika salah satu preman itu mulai mendekati dirinya. Jangankan disentuh, ditatap seperti makanan oleh preman itu Kayana sudah amat merasa jijik.
"Ouh ayolah, kita tidak cukup jika harus membayar satu wanita sedangkan kami bertiga. Jadi nona, anda bisa menjadi salah satu wanita untuk kami jelajahi."
"Brengsek!" umpat Kayana. Tidak ingin menjadi santapan pria gelandangan. Kayana memutuskan untuk lari. Karena tidak mungkin, ia akan diam terus. Namun, kondisinya. Membuat larinya tidak cepat, Heels yang ia gunakan dan rok span itu menyusahkan langkahnya. Satu -satunya yang Kayana lakukan adalah berteriak minta tolong. Walaupun keadaannya sepi. Kayana berharap, ada orang yang mendengarnya.
"Woy jangan lari!"
Kayana tetap berlari meskipun hasilnya akan sia-sia dan saat ini para preman itu mengejarnya.
"Astaga, kemana aku harus lari dan kemana aku mencari pertolongan," gumam Kayana sesekali melirik ke belakang.
Dengan nafas yang memburu, Kayana mulai merasa lelah. Sedangkan para preman itu masih mengejarnya dan beberapa langkah lagi, para preman itu akan sampai dan menangkap dirinya. Kayana yang melihat itu segera melanjutkan larinya. Namun, sayang, sepatu heels yang digunakannya membuatnya susah berlari, sehingga para preman itu berhasil menangkap dirinya.
"Lepasin! Lepasin tangan saya dari tangan kotor kalian!" sentak Kayana.
"Ouh ayolah manis, jangan seperti itu. Dari pada kamu capek lari-lari. Lebih baik capek bermain sama kita iya gak." Para preman itu pun tertawa.
"TOLONGGGG! TOLONGGGG! TOLONGGG!" teriak Kayana sekencangnya.
"Percuma sayang, sekencang apapun kamu berteriak tidak akan ada orang yang mendengarnya karena daerah ini jauh dari pemukiman warga dan satu lagi, kita akan bersenang-senang." Preman itu pun mencolek dagu Kayana.
Kayana yang merasa diperlakukan tidak baik mencoba menghindar itu semua. Tapi karena kedua tangannya sudah dicekal. Kayana tidak bisa menepis tangan kurang ajar itu menyentuh wajahnya.
"TOLONGGGG! TOLONGG! TOLONGGG!" teriak Kayana kembali.
Kayana tidak akan berhenti berteriak meminta pertolongan, ia berjanji dalam hatinya. Siapapun yang menolongnya malam ini. Ia, akan memenuhi keinginan sang ayah, bila perlu jika yang menolongnya adalah seorang pria ia akan menikah dengan pria tersebut.
"DIAM!" bentak salah satu preman tersebut. Kemudian preman yang paling besar tubuhnya diantara mereka, menyeret Kayana ke kebun yang berbeda di pinggir jalan tersebut secara paksa dan membekap mulut Kayana agar tidak berteriak.
Perasaan Kayana mulai tidak enak. Jantung Kayana tidak berhenti berdetak kencang.
"Ya ampun, siapapun tolong aku. Aku berjanji jika ada yang menolongnku kali ini. Aku akan membantu orang itu," batin Kayana, dia ketakutan, bahkan air mata Kayana sudah keluar dari tempatnya membentuk sebuah aliran sungai.
"Ah, sepertinya tempat ini cocok," kata preman tersebut. Kedua preman yang memegang tubuh Kayana pun mengangguk dan menyeringai senang.
"Ok siapa dulu nih?" tanya preman yang memegang tangan Kayana disebelah kiri.
"Gue dulu," kata preman yang berbadan paling besar.
Kayana yang sudah sangat lemas tak bertenaga pun mulai memejamkan matanya. Ia tidak siap, jika kehidupan sempurnanya akan hancur malam ini.
Namun, tiba-tiba saja ada suara pukulan yang begitu keras dan suara orang meringis kesakitan.
"Ahh brengsek!" umpat preman yang berbadan paling besar.
Sedangkan, preman yang memegang kedua tangan Kayana pun mulai melepaskan cekalannya dan mulai membantu temannya yang saat ini sedang dipukuli oleh seorang pemuda yang sama seperti mereka, kurus dan berpenampilan berantakan.
"Eh siapa kamu? Main ganggu kita aja. Kalau kamu mau, tunggu giliran," kata preman yang berbadan kurus berkulit hitam dengan warna rambut hijau berkalung rantai.
Pria yang menolong Kayana, tidak banyak bicara langsung saja menyerang kedua preman yang berwarna rambut hijau dan biru itu dengan dua pukulan masing-masing, tanpa menunggu persiapan kedua preman itu.
Berbeda dengan Kayana. Dia yang melihat itu bukan merasa tenang. Akan tetapi makin bertambah ketakutannya, karena melihat orang yang telah menolongnya itu sama. Dari penampilannya yang memakai celana lepis robek-robek, serta kaus yang sangat dekil. Kayana mengira jika orang yang saat ini tengah memukuli ke
tiga preman itu adalah sama-sama preman tapi berbeda kelompok.
Ingin rasanya Kayana berlari ke jalan. Tapi kakinya terasa lemas dan rasanya sulit untuk di gerakan. Lagipula jika berlari pun hasilnya akan sama. Ia akan tertangkap.
Setelah pria jangkung namun kurus berpenampilan preman itu selesai menghajar habis ke-tiga preman itu. Ia pun mulai menghampiri Kayana yang saat ini sudah sangat kacau. Mata yang sebab, baju yang sudah sangat acak-acakan, karena kancing kemeja sudah terlepas dua bagian paling atas memperlihatkan teng-top warna hitamnya.
Saat pria yang Kayana kira termasuk permen itu mendekat Kayana pun mulai berlari sekencang-kencangnya namun sayang Kayana malah terjatuh karena menginjak tanah yang berlubang.
"Jangan mendekat! Jangan sentuh saya. Saya mohon apapun yang kamu mau, silahkan ambil. Tapi jangan sentuh saya." Kayana pun melepaskan jam tangan mahalnya serta cincin yang di pakainya.
"Ini silahkan kamu ambil tapi biarkan saya pergi," mohon Kayana.
Sedangkan pria yang melihat itu malah membuka jaket levisnya lalu memakaikannya pada tubuh Kayana.
Kayana yang melihat sikap pria yang ia kira preman itu pun menoleh dan menatap pria tersebut."Saya tidak meminta barang yang kamu punya. Saya ikhlas, hanya ingin membantu, mari." Pria jangkung itu pun mengulurkan tangannya.
**Setelah insiden Kayana hampir dibegal. Ia pun lebih memilih untuk pulang ke rumah. Niatnya ingin menenangkan diri ke club malam ia urungkan. Namun, kejadian dimana dirinya hampir dibegal itu telah sampai ke telinga Rendra, membuat Kayana lagi-lagi ditekan untuk segera menikah agar ada yang melindungi dirinya."Kayana, Ayah ingin bicara sama kamu," pinta Rendra.Kayana baru saja pulang kantor, jam menunjukkan pukul sembilan malam. Tentu hal ini menjadi salah satu alasan, kenapa Rendra selalu meminta Kayana menikah."Jika yang dibicarakan masih hal yang sama maka, Ayah. Juga akan mendapatkan jawaban yang sama juga.""Keluarga, Rizal. Kekasih Rose sudah datang tadi pagi, mereka berniat melamar Rose dan Mempercepat pernikahan mereka. Dan jangan pikir Ayah tidak tau apa yang telah terjadi kemarin malam.""Itu adalah kabar yang gembira. Dan aku juga baik-baik aja. Ayah, tidak perlu memikirkan kejadian malam itu.""Tapi, Ayah. Tetap pada keputusan Ayah. Ayah tidak akan menikahkan Rose den
Gila, satu kata yang pantas diucapkan untuk apa yang dilakukannya. Tapi Kayana tidak punya pilihan lain selain ini. Setelah pagi tadi ia kembali bertengkar dengan adiknya yang membuat jantung ayahnya kembali kambuh dan hal itu masih teringat jelas dalam ingatannya."Kapan Ayah akan menerima lamaran Rizal?" tanya Rose saat di meja makan."Kamu tidak akan menikah sebelum Kakakmu menikah.""Ayah gila! Ayah, tidak memikirkan reputasi dan martabat keluarga kita. Apa kata orang jika mengetahui kalau aku menikah dengan keadaan perut besar!" marah Rose, karena ayahnya selalu saja memikirkan kakaknya dibandingkan dirinya."Jangan berbicara dengan nada seperti itu Rose," tegur Rendra."Ayah, terimalah lamaran Rizal, biarkan Rose menikah terlebih dahulu, karena aku tidak akan pernah menikah sampai kapanpun," ucap Kayana."Apa yang kau katakan, jangankan kau tidak menikah. Dilangkahi oleh Rose, pun tidak akan ayah biarkan, jika memang kau tidak memiliki calon untuk dikenakan pada Ayah. Maka, Ayah
Waktu sudah pukul dua belas siang lewat lima belas menit. Tidak terasa jam istirahat pun telah tiba. Dan itu sudah lewat lima belas menit yang lalu. Namun, Kayana terlalu asyik bekerja hingga Kayana tidak sadar, kalau saja Adella tidak menyadarkan dirinya dengan teriakan super toanya. Tanpa mengetuk pintu Adella pun langsung masuk. "Aya!!!" Kayana yang mendengar teriakkan itu pun seketika memegang dadanya yang berdegup kencang kaget atas teriakan Adella. "Della," ujar Kayana sedikit geram. Sedangkan Adella yang mendengar Geraman tidak suka Kayana pun cekikikan. Karena melihat ekspresi Kayana yang harus menahan emosinya. "Malah ketawa," ujar Kayana. Kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Merelaksasikan ototonya "Lagian kamu gak nyadar jam istirahat udah tiba sejak lima belas menit yang lalu, aku tunggu kamu di kantin gak nongol-nongol ya udah aku samperin aja ke sini. Eh taunya masih sibuk sama pacar kamu itu " cibir Della kesal karena kebiasaan kayana yang satu itu.
"Siapa dia?" tiba-tiba saja Adella datang di waktu Dirza meninggalkan meja Kayana. Kayana yang melihat Adella datang pun segera menyuruh Adella untuk duduk. "Duduklah," Adella pun menuruti keinginan Kayana. "Jadi siapa dia?" "Dia orang yang ku bayar untuk menikahiku untuk waktu seminggu," Adella yang mendengar itu pun menggebrak meja yang membuat Kayana tersedak minuman. Uhuk! "Della," umpat Kayana kesal. Namun, Adella memilih mengabaikan kondisi Kayana dan menatap Kayana dengan serius. "Kamu serius membayar dia untuk menikahi kamu. Ya ampun Aya kamu masih waras kan?" tanya Adella. "Emang kenapa, ada yang salah?" "Ti-dak" Adella menggelengkan kepalanya. "Aku kira waktu itu kamu hanya bercanda untuk mencari seseorang yang mau menikahimu dalam seminggu." "Memangnya kapan aku suka bercanda Della," ujar Kayana mengedikan bahunya. Kemudian kembali meminum minumannya kembali. "Apa ada orang yang tau tentang rencanamu?" "Ada," "Siapa?" "Kau Della," tunjuk Kayana. "Selain aku
Sesampainya di rumah Kayana, Dirza yang melihat rumah Kayana yang begitu besar bersikap biasa saja. Karena bagi Dirza tidak mungkin Kayana membayar dirinya sangat mahal jika tidak memiliki rumah yang mewah. "Ayo," ajak Kayana kepada Dirza. Ketika di ruang tamu, Kayana melihat kedua orangtuanya sedang berbicara santai Kayana yang melihat itu tersenyum senang. "Selamat siang ayah," sapa Kayana kepada Rendra, kemudian beralih kepada sang ibu. "Selamat siang juga putri ayah," balas Rendra. Kemudian perhatiannya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang dibawa oleh putrinya. Dirza yang sadar bahwa Rendra tengah menatapnya pun segera menghampiri Rendra dan menyapanya. "Selamat siang om," sapa Dirza dengan senyum hangatnya dan dibalas dengan tatapan menyelidik oleh Rendra. "Oh iya, Yana lupa. Aya, kenalkan ini Dirza. sesuai janji Yana kalau, Yana akan memperkenalkan seseorang untuk ayah," ucap Kayana dengan senang, sambil menarik Dirza untuk duduk disebelahnya. "Kamu yakin dia orang
"Ayah!" seru Rose. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rose masuk ke dalam ruang kerja Rendra. "Ada apa?" tanya Rendra. Saat ini dirinya sedang mengecek pekerjaannya. Setelah beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh akibat, ucapan kosong Rose yang mengatakan jika Kayana tidaklah normal. Namun, semua itu berhasil dipatahkan ketika Kayana membawa calon suaminya. Meskipun ada rasa janggal, tapi ia berusaha percaya dan akan mencari tahu kebenarannya. "Ibu bilang, Kakak sudah punya calon, bahkan laki-laki itu sudah melamar kakak. Apa itu benar?" "Iya." "Lalu apa Ayah sudah menerimanya?" tanya Rose dengan tidak sabar. Sungguh ini adalah berita yang sangat membahagiakan. Jika kakaknya sudah memiliki calon. Artinya rencana pernikahan dirinya dan Rizal akan segera diresmikan. Hal itu sangat membuat dirinya tidak sabar. "Ayah belum menerimanya. Ayah masih ingin mencari tahu tentang pria itu." Rose membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban sang Ayah. "Ayah kenapa belum meneriman
"Ada apa ini ayah?" tanya Kayana. Dia baru saja pulang. Tapi ayahnya sudah memanggil dirinya ke ruangan kerja milik ayahnya."Kayana suruh Dirza datang ke rumah sekarang!"Tapi kenapa Ayah?" tanya Kayana penasaran."Suruh Dirza temui Ayah sekarang! Ada sesuatu ingin Ayah bicarakan dengan dirinya," tutur Rendra.Kayana yang mendengar itu pun beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh, agar ayahnya tidak mendengar percakapannya dengan Dirza. Lalu setelah itu, ia pun langsung menghubungi Dirza.TuttSuara panggilan tersambung dan tak membutuhkan waktu yang lama panggilan pun terjawab."Hallo," jawab di seberang telepon."Kamu ada dimana sekarang?" tanya Kayana saat mendengar suara riuh di sebrang telpon."Aku lagi di pasar sekarang," balas Dirza."Datang ke rumah ku sekarang!" perintah Kayana tegas."Ta-pi saat ini aku sedang kuli di pasar." Kayana yang mendengar itu mendengus kesal."Apa uang yang aku kasih sudah habis sehingga kau kembali kuli di pasar!" geram Kayana. Dengan jawaban D
Di sinilah keduanya. Saat ini Kayana dan Dirza berada di taman tepatnya di belakang rumahnya. di sana terdapat kursi taman dan kudanya pun duduk bersebelahan. Namun, sejak mereka sampai di taman tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Kayana yang biasanya suka memenuhi pembicaraan tanpa memberi lawan untuk bicara kini telah berbeda karena insiden yang menimpanya. Hingga suasana menjadi hening. "Apa yang ayah katakan?" Kayana memuali pembicaraan. "Kita akan menikah besok," Kayana yang mendengar itu tersentak kaget. Bagaimana bisa. Bukannya, ayahnya melarang dirinya menikah kemarin, lalu sekarang bagaimana bisa. "Tunggu, Apa ayah mengatakan hal lain?" Dirza pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Kayana pun menghembuskan nafasnya lega. Suasana kembali sunyi, Dirza masih memikirkan perkataan Rendra di ruangannya tadi. saat ia akan keluar Rendra mengatakan bahwa ia selalu tahu apa yang di perbuat putrinya. Dalam artian besar, Rendra juga mengetahui kesepakatan yang ia lakuk
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....