Beranda / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Bab 71 Lebih Memilih Rumah Tangga Hancur

Share

Bab 71 Lebih Memilih Rumah Tangga Hancur

Penulis: Kak Zorah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Fanny menatapku, sementara aku juga memandangnya. Kemudian, kita saling memberikan kode lewat tatapan. Fanny berusaha meleraikan kami dengan berkata, "Maya, kamu jangan marah lagi. Karena sudah seperti ini, kalian harus melewati kesulitan bersama."

Sementara itu, aku langsung berlari ke toilet dengan mata yang memerah. Kemudian, aku mengeluarkan ponselku untuk mengirim pesan WA kepada James, lalu keluar dari toilet setelahnya. Begitu keluar, aku langsung bertanya, "Jadi, apa yang harus kulakukan? Katakan saja. Aku ... sudah nggak peduli lagi." Air mataku kembali mengalir dan ekspresiku terlihat sangat sedih.

Tiba-tiba, ponsel Harry berbunyi. Dia bergegas melihatnya dan buru-buru mengangkat. Entah apa yang dikatakan di telepon, tetapi wajah suamiku tiba-tiba memucat. Tak lama kemudian, dia berkata dengan nada dingin, "Baiklah!"

Usai menutup telepon, Harry menundukkan kepala dengan ekspresi tertekan. Fanny diam-diam memberikan tatapan tajam kepadaku, sementara aku merespons dengan mengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 72 Pemihakan secara Terang-Terangan

    "Bruk!" Jasmine mendorong pintu kantorku dengan keras dan bergegas masuk. Dia berteriak padaku dengan kesal, "Maya, kamu enak sekali, ya. Beraninya kamu berpura-pura menjadi bos di sini! Kamu nggak layak!"Aku duduk di kursi dan memandang Jasmine dengan tenang. James segera masuk dan maju untuk membujuk, "Nona, apa yang Anda lakukan? Kalau ada masalah, selesaikan saja di rumah. Ada begitu banyak orang yang sedang menonton di sini! Pengaruhnya kurang baik!" "Pengaruh apaan? Kenapa harus peduli dengan hal itu waktu bicara dengannya? Dia nggak layak dihormati olehku!" timpal Jasmine dengan mulut yang pedas. Melalui jendela kaca, aku samar-samar melihat orang di luar kantor yang berdiri dan melihat ke sini. Aku pun berkata pada James, "Biarkan mereka pulang kerja lebih awal sekarang, segera!" James bergegas keluar dan membubarkan staf yang sedang menonton. Para staf berberes dengan lambat dan meninggalkan kantor dengan enggan. Sebelumnya, jangankan dua jam lebih awal, mereka pasti akan

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 73 Menindas Bersama-Sama

    "Sudah, diam!" teriak Harry padaku lagi. "Benar saja, kamu memihak padanya. Kamu sungguh kakak yang baik. Tiap hari, kamu memeluknya dan membiarkan segala urusanmu dicampuri olehnya. Kok aku merasa dia bukan adikmu? Kalau dilihat dari situasi ini, kayaknya dia barulah istrimu. Kamu selalu menuruti perkataannya!" "Maya … apa yang kamu sedang bicarakan? Kamu nggak punya rasa tanggung jawab, ya? Kamu nggak bisa mempertimbangkan kepentingan umum?" Raut wajah Harry berubah drastis. Dia mendorongku menjauh hingga membuatku limbung. James pun berseru kaget dan langsung memapahku. "Kak Maya …." Aku berusaha menjaga keseimbanganku dan menatap lurus ke arah Harry. "Kak, kamu sudah melihat sikapnya, 'kan? Dia sama sekali nggak mementingkan keluarganya sendiri. Waktu terjadi masalah, dia cuma memikirkan dirinya saja. Pernahkah dia peduli dengan urusanmu?" Jasmine yang berdiri di belakang Harry terus memanas-manasi keadaan. "Maya, ingatlah, Aurous Construction adalah perusahaan Keluarga Sinjay

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 74 Pria Misterius

    Aku mengamati kondisi sekeliling. Tempat ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan memberikan rasa nyaman. "Di mana ini?" tanyaku dengan pelan. "Tempat indah yang mirip seperti surga!" ucap seorang pria dengan suara yang sangat memikat hati. Aku menengadah untuk menatap pria jangkung itu. Tubuhnya yang jangkung memberiku rasa aman. Saat itu juga, jantungku berdetak kencang. Ketika bersama pria ini, aku selalu menuruti pengaturannya seperti boneka tanpa jiwa. Ketika menyadari hal tersebut, aku sendiri pun merasa kaget. Seorang wanita yang begitu sial dan hampir ditinggalkan oleh suaminya malah tergerak hatinya di saat seperti ini, sungguh memalukan. Namun, aku harus mengakui bahwa wajah pria ini terlalu tampan dan memesona. Dia menatapku saraya tersenyum lembut, sementara aku masih menatapnya dengan tatapan lugu. Kemudian, dia mengangkat tangannya dan membelai rambutku dengan pelan. "Baru beberapa hari tidak bertemu, kenapa kamu terlihat kurusan lagi?" Ucapan pria itu san

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 75 Alasan Balas Dendam

    Tepat saat aku berbalik, salah satu pergelangan tanganku dipegang erat oleh Taufan. Aku tidak berani menatap mata Taufan lagi dan terpaku saat ditarik olehnya. Aku tidak bisa melepaskan diri darinya dan juga merasa malu untuk tinggal di sana. Kami terdiam untuk waktu yang lama. Setelah itu, Taufan menarikku ke pelukannya dengan lembut dan menekan kepalaku di dadanya. "Tinggalkan dia secepat mungkin!" Ucapan ini seketika melunakkan hatiku yang baru saja mengeras. "Tapi, aku harus membuatnya sengsara dengan kemampuanku sendiri supaya sepadan dengan waktu yang sudah kubuang untuknya. Aku nggak mengizinkan mereka menghinaku. Aku mau mereka menanggung konsekuensi yang sepadan. Aku harus mengambil kembali segalanya yang seharusnya menjadi milikku dan putriku!""Sudah kubilang, aku akan bantu kamu!" Aku tiba-tiba memeluk pinggang Taufan dan bersandar di pelukannya dengan erat untuk menenangkan diri. "Aku harus membalas penghinaan yang mereka berikan padaku, ngerti?" Aku mengangkat kepal

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 76 Terlalu Detail

    Aku memikirkan hal ini untuk waktu yang lama, lalu menatapnya sambil bertanya, "Kenapa ... kamu sangat baik padaku?"Taufan tertawa terbahak-bahak dan pindah ke sebelahku. Dia mengulurkan tangan mengelus kepalaku. Kamar ini seketika terasa sangat hangat. Aku tertegun melihat pria ini sangat pandai merayu. Aku merasa seperti dihipnotis. "Karena aku mencintaimu. Apa ini cukup menjawab pertanyaanmu?" balas Taufan. Wajahku sontak memerah. Aku memang sudah bersuami, tetapi aku tetap tidak bisa tahan dengan rayuan ini. Pria yang sangat sempurna ini tanpa ragu mengutarakan perasaan padaku. Dia mengatakan suka padaku! Apa aku bisa memercayainya?Gombalan ini mungkin bisa mempan jika diucapkan kepada gadis yang belum berpengalaman. Anakku bahkan hampir cukup umur untuk mengerti arti cinta. Taufan malah mengatakan dirinya mencintaiku. Apa yang dia sukai dariku?Pernikahan pertamaku akan segera berakhir. Aku akan menjadi seorang janda yang menikah lagi di mata orang-orang. Pria berkelas ini men

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 77 Tidak Tahu Malu

    Aku pun tertidur dengan pikiran yang kacau. Aku memimpikan Harry dan Jasmine yang berselingkuh, lalu mereka menindasku dan putriku dengan kejam. Aku yang terbangun menangis, tetapi aku masih tidak bisa melampiaskan emosiku.Saat ini sudah subuh, kicauan burung membuatku perlahan menjadi tenang. Aku bangun, lalu menggosok gigi dan turun ke lantai bawah. Aku belum menikmati pemandangan indah di kawasan ini dan aku tidak ingin melewatkannya begitu saja.Ketika Taufan mencariku, matahari sudah bersinar terang. Saatnya memulai hari yang baru. Taufan yang perhatian bertanya seraya mengamati wajahku, "Apa kamu tidur nyenyak semalam?"Aku tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, terima kasih!""Lagi-lagi kamu begitu sungkan kepadaku," ujar Taufan. Dia menggandeng tanganku dan melanjutkan, "Kamu sudah lapar, 'kan? Ayo, kita sarapan."Sarapan di sini sangat lezat, jadi aku makan dengan lahap. Aku membutuhkan tenaga yang cukup untuk menghadapi semua permasalahan. Saat dalam perjalanan pulang, Taufan

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 78 Rekaman Suara

    Setelah tujuan mereka tercapai, Harry menyuruh keluarganya pulang. Aku juga tidak keluar untuk mengantar mereka.Aku berpikir pesta hari jadi pernikahan ini memang sesuai dengan kemauanku. Jika Harry ingin membuat pesta yang meriah, aku akan menuruti keinginannya. Lagi pula, aku sudah dipermalukan mereka, apa lagi yang perlu kutakutkan?Setelah Harry membujukku lagi, dia pun pergi ke perusahaan dengan perasaan senang. Aku segera menelepon James untuk menanyakan perkembangan masalahnya.James menjelaskan, "Kak Maya, aku sudah berusaha, tapi dia nggak menunjukkan sikapnya, jadi aku juga nggak berdaya. Aku sudah merekam percakapan yang kamu minta, aku akan mengirimnya kepadamu. Selain itu ... dia tahu kamu bertemu dengan Pak Taufan! Dia bilang ... hais, kamu dengar sendiri saja."Selesai bicara, James mengakhiri panggilan telepon, lalu mengirim rekaman tersebut. Rekaman itu berisi percakapan antara James dan Harry.James berkata, "Bos, malam ini pihak Bright Celestial menghadiri perjamuan

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 79 Pergi Sendirian

    Aku menjawab panggilan telepon dari Jasmine. Dia tetap bersikap arogan saat berbicara, "Ada yang mau aku bicarakan denganmu! Kita ketemu sebentar!""Kenapa tadi kamu nggak bilang waktu di rumah?" tanyaku."Ini masalah antara aku dan kamu, jadi aku nggak mau mereka mendengarnya. Kita ketemu di Bar Arandall!" sahut Jasmine.Sebelum aku menjawab, Jasmine sudah mengakhiri panggilan teleponnya. Aku memegang ponsel sambil merenung, entah apa yang direncanakan Jasmine. Aku penasaran dengan hal apa yang dia tutupi dari keluarganya.Saat memikirkan hal ini, aku langsung bangun dan melihat jam. Sekarang sudah hampir siang, jadi bar belum beroperasi sepenuhnya. Aku berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk memakai celana jeans, kaos, dan sepatu hak datar berwarna putih agar lebih aman.Ketika dalam perjalanan, aku menelepon Fanny untuk berjaga-jaga. Namun, kebetulan Fanny pergi ke Kota Linde. Jadi, aku hanya bisa mengurungkan niatku.Aku menggenggam ponselku dengan erat untuk beberapa saat, lalu me

Bab terbaru

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 293 – Hidup dan Mati adalah Harga Mati

    Tatapanku menjadi tegang. Jantungku kembali berdegap kencang. Aku mengulurkan tanganku dan mendorong Luna yang menghalangi di depanku. Luna terhuyung-huyung dan hampir jatuh tersungkur beberapa langkah ke samping. Aku tidak peduli. Aku buru-buru berlari menuju koridor. Namun, para pengawal berpakaian hitam itu tetap saja menghalangiku.Aku melihat dokter sedang menjelaskan sesuatu kepada Cynthia di depan pintu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tidak sampai dua menit, dokter itu sudah berbalik dan kembali masuk ke ruang gawat darurat. Yang bisa kulihat hanyalah sarung tangan yang dikenakannya berlumuran darah yang mengerikan.Mataku tertuju pada Cynthia. Aku melihat Cynthia masih berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong. Ekspresinya sangat aneh. Aku tidak tahu apakah yang disampaikan dokter tadi adalah kabar baik ataukah kabar buruk.Cynthia tertegun untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Fara yang ada di belakangn

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 292 – Tidak Ada Kompromi Sedikit Pun

    Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Danny mengangkatnya. Aku berkata kepada Danny dengan suara bergetar, “Danny … kamu di mana? Tolong selidiki …. Sesuatu terjadi pada Taufan …. Dia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol menuju bandara …”“Jangan khawatir, Kak Maya. Aku sudah langsung menyelidikinya begitu mendapat kabar.” Mungkin, karena mendengar suaraku yang tidak jelas, Danny pun menghiburku. “Kakak ada di mana?”“Aku di rumah sakit.” Aku menarik napas dalam-dalam. “Ceritakan hasil penyelidikanmu padaku.”“Itu pasti. Jaga diri Kakak baik-baik. Apa Kak Maya ingin aku menyuruh Shea untuk menemani Kakak di rumah sakit?” tanya Danny kepadaku. Mungkin saja dia merasa jika suasana hatiku sedang tidak baik.“Aku nggak apa-apa,” jawabku cepat-cepat. Kemudian, aku bertanya kepada Danny, “Apa kamu tahu bagaimana kondisi cedera yang dialami Taufan?”Di ujung telepon, Danny terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia berkata, “Menurut para saksi mata … lukanya sangat para

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 291 – Konfrontasi Di Depan Ruang Gawat Darurat

    Wajah Cynthia tampak begitu muram dan menakutkan. Dia duduk jauh di sana sambil menegakkan punggungnya. Matanya menyiratkan aura ganas, yang sama sekali tidak terdapat kehangatan di dalamnya. Mata Cynthia itu membuatku tanpa sadar teringat pada posisi seekor ular sebelum melancarkan serangan pada musuhnya.Kejam, ganas, dan menakutkan.Aku menenangkan diri sebentar. Sebenarnya, saat melihat Cynthia, aku sudah yakin jika orang di dalam ruangan itu pastilah Taufan. Rasa takut yang belum pernah kurasakan sebelumnya memenuhi dadaku. Aku kembali menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat dan berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa.“Kenapa? Apa kamu mau membuat keributan dengan datang kemari?” Nada bicara Cynthia begitu dingin. Matanya yang bagaikan elang terus saja menatap wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam, menggertakkan gigiku, dan berjalan menghampirinya. Seketika itu juga, aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang yang ada dalam ruangan itu. Hal tersebut langsung

DMCA.com Protection Status