Share

Bab 4

Penulis: Aong_Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 00:58:22

“Maaa, Mamaaa ...,” Suara Dareen terdengar sampai ke dalam kamar. Yeona semringah setelah mendengar suaminya pulang, dengan bahagia dia berlari ke arah pintu lalu membukanya.

Seketika bibir Yeona mengerut setelah melihat Dareen menggandeng, Arshinta, sahabatnya. Yeona terpaku di depan pintu.

Dareen dan Arshinta menatap Yeona. Arshinta malah memeluk lengan Dareen sebelah kiri.

Arshinta—wanita tinggi semampai, berambut lurus nan panjang sepinggang, bodi yang melingkuk bagai gitar spanyol, membuat Dareen tergoda.

“Apa maksud kalian?” Sentak Yeona lirih.

“Aku hamil anak, Dareen, dan kami akan segera menikah,” sahut Arshinta tersenyum sinis menatap Yeona.

Yeona terpaku menatap mereka, pandangannya kabur terganggu oleh air mata yang menggenang di kelopak mata.

Tangan Arshinta beralih merangkul pinggang Dareen, dia memanjakan diri dengan menempelkan kepalanya ke pundak Dareen.

Pemandangan itu membuat amarah Yeona menyala-nyala.

“Dasar kamu pelakor!” sentak Yeona berjalan cepat menuju Arshinta lalu mendorong bagian dadanya.

“Jangan kau sentuh dia!” Mata Dareen melotot menatap mata Yeona dengan telunjuk jari tepat di depan mata Yeona.

Dareen tidak mau Arshinta kenapa-kenapa karna ada janin di dalamnya.

Tak ada lagi yang bisa di katakan oleh Yeona selain mengeluarkan rasa sakitnya lewat air mata.

Yeona mengepal kedua tangannya dengan erat. Rambut lurusnya terurai sedikit melambai-lambai karna terkena angin sepoi-sepoi.

“Eeeeh, Anak, Mamaaa,” ucap Adenna sambil memeluk dan mencium Dareen, putranya.

“Eh, ini siapa?” tanya wanita paruh baya itu memandang Arshinta, tanpa menghiraukan Yeona.

Arshinta tersenyum manis memandang Adenna, dia menyalami dan mencium punggung tangan Adenna mencari perhatian penuh.

Adenna—istri pengusaha kaya raya di Jakarta Selatan, memiliki sifat yang tidak baik. Dia selalu saja menyalahkan Yeona karna sampai saat ini Yeona belum memberikan seorang cucu padanya.

Adenna memiliki tubuh sedang, berambut lurus sebahu, berkulit putih dan memakai kaca mata.

“Ma, kenalin ini Arshinta.” Dareen melirik ke arah Yeona dengan pandangan sinis. Tangannya merangkul pinggang Arshinta.

Hati Yeona terasa tercabik-cabik karna sepertinya orang-orang di sana tidak ada yang menghargainya.

Tak tahu kesurupan setan apa suaminya hingga dia bisa seperti ini.

“Mas! Kamu?” ucapan Yeona terhenti. Dia tak mampu melanjutkan lagi karna rasa pahit di dalam tenggorokan terasa amat sangat.

“Yeo, sudahlah, terima saja. Bukannya kamu tidak bisa memberi keturunan untuk Mama?” ucap Adenna santai tersenyum memandang Yeona berharap Yeona akan menerima Arshinta di rumah ini.

“Tapi, Ma-“

“Yeo, ini sudah keputusanku, lagian Arshinta juga sudah hamil anakku,” ucap Dareen sekilas memandang Yeona lalu mengalihkan pandangannya pada Adenna.

Dareen memancing Adenna supaya menerima Arshinta sebagai menantunya.

Wajah Adenna berseri mendengar dia akan mendapatkan seorang cucu dari putranya. Dia merentangkan tangan dan Arshinta berhambur ke pelukannya.

Melihat pemandangan itu, Yeona tak kuat. Dia terpaksa melangkahkan kaki mengarah ke kamar dengan air mata yang terus mengucur.

“Jadi kapan kalian menikah?” pertanyaan yang di lontarkan Adenna masih terdengar oleh Yeona saat dia sampai di pintu dapur.

“Secepatnya, Ma,” jawab Dareen.

Yeona masuk ke dalam kamar, dia menghempaskan tubuhnya di ranjang, menangis sesenggukan dengan tangan meremas tepi bantal.

Yeona menoleh ke arah meja rias, di sana sudah tersedia sebuah kotak kecil berwarna hitam berisi tes pack yang akan di berikan pada Dareen.

Tapi Yeona mengurungkan niatnya memberikan pada Dareen, karna semua itu hanya bisa menyakiti hatinya saja.

Dareen dan Yeona sudah menikah sejak tiga tahun yang lalu, tapi mereka belum di karuniai seorang anak. Sudah banyak usaha yang mereka lakukan tapi tetap tidak berhasil.

Sejak sebulan lalu Yeona merasa ada yang aneh dari tubuhnya. Cepat lelah, sering mual bahkan muntah. Dia pergi ke dokter sendirian untuk memeriksa keadaannya, dia kira hanya demam biasa tapi dokter menyatakan bahwa dia sudah mengandung janin berusia empat Minggu.

Yeona menatap pintu setelah mendengar hendel pintu bergerak. Dareen masuk dan duduk di sampingnya.

“Yeo, aku mohon. Kamu harusnya bisa mengerti, itu untuk kebaikan kita juga.”

“Apa kamu tidak menginginkan seorang anak?” lanjutnya.

Dareen memegang pundak sebelah kanan Yeona, tapi secepatnya Yeona mengelak. Merasa jijik dengan sentuhan suaminya.

“Sudah berapa lama kalian berhubungan?” tanya Yeona dengan nada datar. Sesekali Yeona mengusap air matanya.

“Sejaak, dua bulan lalu,” sahutnya sambil menghela nafas.

Seketika tangan Yeona mendorong kuat lengan Dareen, Dareen hanya diam tanpa kata. Dia memandang Yeona dengan rasa bersalah, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karna semua sudah terlanjur.

Di luar Arshinta bersama ibunya sedang berbincang, menceritakan tanggal dan tema pernikahan Dareen dan Arshinta.

“Pulangkan aku ke rumah ibu!” ucap Yeona ketus memandang Dareen dengan rasa penuh kebencian.

“Jadi kamu?”

“Itu keputusanku,” sahut Yeona.

Dareen tidak bisa menjawab apa-apa, seketika bayangan ibu Yeona terlihat di matanya.

Eun—wanita paruh baya yang selalu berdandan sederhana walaupun dia istri dari seorang pengusaha.

“Yeo, aku mohon rubahlah keputusanmu,” ujar Dareen dengan suara lembut merayu.

Yeona tak menghiraukan, dia beranjak dari duduknya berjalan ke arah lemari dengan tangan meraih kotak kecil di atas meja rias lalu mencampakkannya ke sudut ranjang supaya tidak terlihat oleh Dareen.

Yeona memilih menutupi semua ini dari Dareen karna percuma saja toh Dareen akan bahagia bersama istri barunya.

Dareen keluar kamar dengan rasa lesu karna dia menyesal telah melukai hati Yeona, wanita yang sudah susah payah untuk di dapatkan kala itu.

Kemeja yang lusuh dengan dasi yang mereng tak di hiraukannya lagi. Dia merasa bersalah karna tidak minta persetujuan dari Yeona sejak awal.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu.

“Masuk!” Yeona menoleh ke arah pintu, Bik Asih berdiri di sana.

“Ada apa, Bik?” tanya Yeona memandang Asih sambil memegang sehelai pakaian yang baru saja dia ambil dari dalam lemari.

“Non, makan siang sudah selesai,” ucap Bik Asih dengan kepala menunduk.

Karna tak ada jawaban, perlahan Bik asih mengangkat kepalanya dan memandang wajah Yeona sembab akibat menangis.

“Non, kenapa?” tanya Bik Asih memberanikan diri berjalan ke dekat lemari di mana Yeona ada di sana.

“Aku, mau pergi dari sini, Bik,” sahutnya. Yeona meneruskan mengambil pakaian dan di letakkan di atas ranjang.

Tangannya memilah-milah pakaian yang akan di bawanya pulang ke rumah orang tuanya.

“Non, itu yang di luar-“

“Karna itulah aku memilih pergi, Bik,” Yeona memotong ucapan Asih dengan rasa kesal.

Tak pernah di bayangkan oleh Yeona, kenapa suaminya Setega itu. Padahal sejauh ini belum ada pertengkaran hebat di dalam rumah tangganya.

Memang mereka menginginkan seorang anak hadir di tengah-tengah mereka, tapi Dareen malah mengambil jalan yang salah.

“Non, tapi-“

“Bik, sudah tidak apa-apa, biar aku yang mengalah,” ucap Yeona. Dia sudah tidak bisa memilih pilihan lain karna percuma saja dia berada di rumah itu, pasti Mama mertuanya bakal lebih kejam memperlakukannya.

Adenna tidak pernah mengerti dengan perasaan Yeona, dia selalu memarahi Yeona, mencaci, bahkan memaki karna keinginannya untuk mendapatkan cucu belum terpenuhi.

Yeona mengeluarkan koper berukuran besar dari dalam lemari, wajahnya meringis keberatan. Tangan Bik Asih secepatnya membantu.

“Non, itu apa?” tanya Bik Asih memandang sebuah kotak kecil berisi tes pack yang di campakkannya di sudut ranjang.

“Tes pack, Bik,” sahutnya. Satu persatu baju di lipat dan di masukkan ke dalam koper.

Asih terperangah memandangnya, kala mengingat benda itulah yang di nanti-nanti keluarga ini. Asih memandang dengan mata membelalak dan kedua telapak tangannya menutup mulut.

Asih melangkah menuju sudut ranjang, tangannya akan meraih kotak kecil itu sambil gemetaran.

“Non, ini sungguhan?” tanya Asih memandang Yeona sambil memegang kotak kecil itu yang sudah terbuka.

“Iya, Bik.” Yeona menundukkan kepala menghadap Bik Asih.

“Non, Bibi akan bilang pada Tuan-“

“Jangan bik!” Yeona meraih lengan Asih yang sudah melangkah sampai di dekat pintu.

Bab terkait

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 5

    Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 6

    “Halo, selamat pagi, Bu,” sapa Yeona gugup. “Pagi, Ye, saya hari ini tidak ke kantor. Kamu tunda jika ada pertemuan hari ini, juga rekap semua berkas yang ada di meja kami, ya. Tadi saya sudah suruh staf untuk meletakkan di meja kamu, ada kan?” “Mh-ad-ada, Bu,” sahut Yeona terbata-bata. Dia terpaksa berbohong bahwa dia sudah ada di kantor untuk menyelamatkan dirinya pagi ini. * * * Di perjalanan dia merasa ada yang aneh di area mulut. Dia memicingkan mata saat teringat bahwa dia belum menggosok gigi. “Bu, kelihatannya Den Emil akrab, ya, dengan Mas Han,” ucap Erina memandang bos wanitanya. Yeona hanya mengangguk mengingat dia belum menggosok gigi. “Bu, itu gedungnya mau di buat swalayan, loh, ibu temannya, Den Emil yang bilang kemarin,” ucap Erina sambil tersenyum dan sekilas memandang ke arah gedung bertingkat 4. Yeona mengangguk lagi tanpa berkata. Erina merasa bersalah, dia diam sambil memperhatikan Nyonyanya diam saja seperti ada masalah. Yeona menurunkan Erina di sekolah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 7

    Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain. “Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan. “Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan. Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu. “Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona. Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya. Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya. “Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir. “Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya. “Sini kuncinya, nanti biar orangku yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 8

    Pekerja salon menatapnya dengan kening mengerut. Dia heran kenapa Yeona terkejut sampai seperti itu. Menghentikan kuas kecantikan yang masih merias di area wajah Yeona. “Maksudnya?” Tanya pekerja salon menatap heran. “Dia itu teman, bukan suami ataupun pacar,” sahut Yeona kesal sambil cemberut. “Alah, jaman sekarang memang gitu. Bukan-bukan akhirnya jadian,” ucap pekerja salon tersenyum sambil memainkan alis. “Ih, apaan,” sahut Yeona meringis. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Yeona menatap cermin yang ada di hadapannya sambil sedikit membelok kanan dan kiri untuk melihat penampilannya. “Mbak, kalau kamu bisa jadian sama dia lumayan loh, ganteng, putih, tinggi, wajah oval, berjenggot tipis, ah perfek lah. Kalau Mbak gak mau, kasihkan saya saja, Mbak,” ucap pekerja salon sambil meringis. “Ih barang kali, ya, kasihkan,” sahut Yeona sambil tertawa lepas. Yeona berdiri di hadapan Erlangga yang masih tertidur lelap. Karyawan salon berdiri tepat di samping Yeona. Y

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 9

    Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 10

    Yeona menatap Anggara, wanita itu hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan lelaki itu begitu saja. Anggara mengikuti langkah sang majikan dari belakang.Dari pintu yang terbuka sedikit, Yeona menatap wajah wanita paruh baya yang sedang melamun menatap jendela ruangan.Tok!Tok!Yeona mengetuk pintu sambil melangkah masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum memandang Asih yang kini sedang terpasang selang infus di lengan kanannya. Dia duduk di kursi plastik tepat di samping pasien."Bik, apa kabar?" Tanya Yeona yang sebelumnya dia mendehem."Ba-baik, Non," jawabnya terbata. Wanita paruh baya itu menatap Yeona dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sangat bersalah ketika ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu.Hening ..."Non, maafkan bibik, ya? Bibik benar-benar menyesal.""Sudahlah, Bik, jangan dulu di bahas. Sekarang fokus saja di kesehatan bibik, ya," ucap Yeona sambil tersenyum.Buliran bening keluar dari sudut mata wanita paruh baya yang kini terbaring lemah."Non, dulu waktu ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 11

    Selangkah demi selangkah Erlangga mendekati Yeona dan Haneul yang kini tengah berdiri mengmandangnya. Matahari mulai terbenam hingga wajah Erlangga tidak tampak dengan jelas.Erlangga tersenyum dengan kedua tangan yang di masukkan kantong celana levis kanan dan kiri, senyum renyah di lemparkan pada mereka berdua seolah dia tak mendengar apa-apa."Hei, di sini juga? Aku mau ambil sesuatu milikku di rumah itu," ucap Erlangga sekilas memandang rumah mungil yang ada di belakangnya.Haneul diam dengan memasang wajah datar, sedangkan Yeona terlihat senyum semringah."Er, kamu sering ke sini?" Tanya Yeona tak mengerti kenapa bisa kebetulan mereka berjumpa di sini. "Enggak, sesekali saja. Eh, ada berita bagus untukmu, Yeo.""Apa itu, Er?""Kamu akan terbebas dari tugasmu, aku akan pergi keluar negri untuk menerima tawaran Papa menikahi gadis pilihannya."Yeona tersenyum getir, wanita itu tak bisa berkata apa-apa. Yang ada dalam dirinya adalah minder saat Erlangga mengucapkan kata gadis. Seda

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 12

    Teriak Yeona. Di balik pintu, ada Erina yang berdiri dengan wajah panik. Wanita itu berdiri dengan menggerak-gerakkan kaki untuk menetralkan rasa paniknya. Jari jemarinya saling meremas, matanya sesekali terpejam.Hening ...Yeona beranjak dari ranjang, wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah mendengar keheningan, Mis Erina kembali ke kamar bersama raden kecilnya.Yeona berdiri di bawah shower yang mengucurkan air. Di bawah shower yang menayala, wanita itu mendongak ke atas memejamkan mata dengan kedua telapak tangan mengusap pangkal kepala sampai ke tengkuk leher.Yeona membiarkan kucuran air membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia mencoba membuang jauh-jauh masa lalu yang kelam, wanita itu kini tak bisa lagi egois untuk sendiri mengingat putranya yang kini sudah mulai besar dan menginginkan seorang ayah."Tuhan, tolong ajarkan aku untuk mencintai," ucapnya lirih. Percikan air yang masuk ke dalam mulut terasa hambar sehingga dia merapatkan kedua bibi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06

Bab terbaru

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 14

    "Sayang, dengarkan mama. Papa kamu dulu meninggal karena kecelakaan waktu kamu belum lahir.""Jadi, papa belum lihat Emil?"Yeona menggelengkan kepala sambil tersenyum memandang putranya. Wanita itu memegang tangan mungil putranya lalu berkata, "Sayang, kalau papa barunya, Om Haneul, mau?""Enggak mau," sahut Emilio tegas sambil memandang mamanya."Kenapa?""Om Han, itu sudah jadi teman untuk Emil, Ma. Masa' mau di jadikan ayah sih?""Memangnya kenapa?""Ma, kalau mama menikah dengan Om ganteng, mau?" Tanya Emilio mendongak ke atas menatap mamanya."Om ganteng? Siapa?" "Ada deh, besok Emil kenalkan dengan om ganteng ke mama. Oke?"Emilio berdiri di ranjang, bocah itu memeluk ibunya dengan erat. Wajah semringah tergambar di wajahnya ketika melihat sang mama menganggukkan kepala.Emilio mengambil sebuah bantal berwarna putih lalu dia merebahkan kepalanya di sana.Dreett ...Dreett ...Yeona mengambil gawai ysng bergetar di meja rias lalu menjawab panggilan."Halo, Han? Ada apa?""Aku m

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 13

    "Baik, Nona," jawab Haneul dengan tangan kanan mendekap di dada dan badan membungkuk.Dengan gemulai, Yeona mengambil tas branded yang ada di sudut meja. Wanita itu beranjak lalu mendekati pemuda yang kini tengah memandangnya.Tangan Yeona di sambut oleh Haneul, mereka berjalan bergandengan bak pasangan yang sangat romantis.* * *Lampu remang-remang dan musik klasik yang di putar pegawai kafe membuat suasana menjadi romantis.Banyak meja kosong, namun, yang di pilih Yeona, meja yang berada di sudut ruangan. Meja bulat yang berisi empat kursi berhadapan, Yeona dan Haneul duduk di satu sisi berhadapan.Tidak lama mereka duduk, seorang waiters menghampiri meja meraka. "Selamat malam, Mas, Tante, mau pesan apa?" Tanya seorang wanita yang berdiri dengan tangan memegang buku berukuran kecil bersiap untuk mencatat."Yeo, kamu pesan apa?""Pasta, sama kopi. Aku sudah lama enggak minum kopi, kangen," ucap Yeona sambil tersenyum.Waiters mencatat apa yang di pesan oleh Yeona, wanita itu menata

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 12

    Teriak Yeona. Di balik pintu, ada Erina yang berdiri dengan wajah panik. Wanita itu berdiri dengan menggerak-gerakkan kaki untuk menetralkan rasa paniknya. Jari jemarinya saling meremas, matanya sesekali terpejam.Hening ...Yeona beranjak dari ranjang, wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah mendengar keheningan, Mis Erina kembali ke kamar bersama raden kecilnya.Yeona berdiri di bawah shower yang mengucurkan air. Di bawah shower yang menayala, wanita itu mendongak ke atas memejamkan mata dengan kedua telapak tangan mengusap pangkal kepala sampai ke tengkuk leher.Yeona membiarkan kucuran air membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia mencoba membuang jauh-jauh masa lalu yang kelam, wanita itu kini tak bisa lagi egois untuk sendiri mengingat putranya yang kini sudah mulai besar dan menginginkan seorang ayah."Tuhan, tolong ajarkan aku untuk mencintai," ucapnya lirih. Percikan air yang masuk ke dalam mulut terasa hambar sehingga dia merapatkan kedua bibi

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 11

    Selangkah demi selangkah Erlangga mendekati Yeona dan Haneul yang kini tengah berdiri mengmandangnya. Matahari mulai terbenam hingga wajah Erlangga tidak tampak dengan jelas.Erlangga tersenyum dengan kedua tangan yang di masukkan kantong celana levis kanan dan kiri, senyum renyah di lemparkan pada mereka berdua seolah dia tak mendengar apa-apa."Hei, di sini juga? Aku mau ambil sesuatu milikku di rumah itu," ucap Erlangga sekilas memandang rumah mungil yang ada di belakangnya.Haneul diam dengan memasang wajah datar, sedangkan Yeona terlihat senyum semringah."Er, kamu sering ke sini?" Tanya Yeona tak mengerti kenapa bisa kebetulan mereka berjumpa di sini. "Enggak, sesekali saja. Eh, ada berita bagus untukmu, Yeo.""Apa itu, Er?""Kamu akan terbebas dari tugasmu, aku akan pergi keluar negri untuk menerima tawaran Papa menikahi gadis pilihannya."Yeona tersenyum getir, wanita itu tak bisa berkata apa-apa. Yang ada dalam dirinya adalah minder saat Erlangga mengucapkan kata gadis. Seda

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 10

    Yeona menatap Anggara, wanita itu hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan lelaki itu begitu saja. Anggara mengikuti langkah sang majikan dari belakang.Dari pintu yang terbuka sedikit, Yeona menatap wajah wanita paruh baya yang sedang melamun menatap jendela ruangan.Tok!Tok!Yeona mengetuk pintu sambil melangkah masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum memandang Asih yang kini sedang terpasang selang infus di lengan kanannya. Dia duduk di kursi plastik tepat di samping pasien."Bik, apa kabar?" Tanya Yeona yang sebelumnya dia mendehem."Ba-baik, Non," jawabnya terbata. Wanita paruh baya itu menatap Yeona dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sangat bersalah ketika ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu.Hening ..."Non, maafkan bibik, ya? Bibik benar-benar menyesal.""Sudahlah, Bik, jangan dulu di bahas. Sekarang fokus saja di kesehatan bibik, ya," ucap Yeona sambil tersenyum.Buliran bening keluar dari sudut mata wanita paruh baya yang kini terbaring lemah."Non, dulu waktu ke

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 9

    Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 8

    Pekerja salon menatapnya dengan kening mengerut. Dia heran kenapa Yeona terkejut sampai seperti itu. Menghentikan kuas kecantikan yang masih merias di area wajah Yeona. “Maksudnya?” Tanya pekerja salon menatap heran. “Dia itu teman, bukan suami ataupun pacar,” sahut Yeona kesal sambil cemberut. “Alah, jaman sekarang memang gitu. Bukan-bukan akhirnya jadian,” ucap pekerja salon tersenyum sambil memainkan alis. “Ih, apaan,” sahut Yeona meringis. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Yeona menatap cermin yang ada di hadapannya sambil sedikit membelok kanan dan kiri untuk melihat penampilannya. “Mbak, kalau kamu bisa jadian sama dia lumayan loh, ganteng, putih, tinggi, wajah oval, berjenggot tipis, ah perfek lah. Kalau Mbak gak mau, kasihkan saya saja, Mbak,” ucap pekerja salon sambil meringis. “Ih barang kali, ya, kasihkan,” sahut Yeona sambil tertawa lepas. Yeona berdiri di hadapan Erlangga yang masih tertidur lelap. Karyawan salon berdiri tepat di samping Yeona. Y

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 7

    Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain. “Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan. “Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan. Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu. “Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona. Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya. Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya. “Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir. “Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya. “Sini kuncinya, nanti biar orangku yang

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 6

    “Halo, selamat pagi, Bu,” sapa Yeona gugup. “Pagi, Ye, saya hari ini tidak ke kantor. Kamu tunda jika ada pertemuan hari ini, juga rekap semua berkas yang ada di meja kami, ya. Tadi saya sudah suruh staf untuk meletakkan di meja kamu, ada kan?” “Mh-ad-ada, Bu,” sahut Yeona terbata-bata. Dia terpaksa berbohong bahwa dia sudah ada di kantor untuk menyelamatkan dirinya pagi ini. * * * Di perjalanan dia merasa ada yang aneh di area mulut. Dia memicingkan mata saat teringat bahwa dia belum menggosok gigi. “Bu, kelihatannya Den Emil akrab, ya, dengan Mas Han,” ucap Erina memandang bos wanitanya. Yeona hanya mengangguk mengingat dia belum menggosok gigi. “Bu, itu gedungnya mau di buat swalayan, loh, ibu temannya, Den Emil yang bilang kemarin,” ucap Erina sambil tersenyum dan sekilas memandang ke arah gedung bertingkat 4. Yeona mengangguk lagi tanpa berkata. Erina merasa bersalah, dia diam sambil memperhatikan Nyonyanya diam saja seperti ada masalah. Yeona menurunkan Erina di sekolah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status