Share

Bab 7

Penulis: Aong_Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-03 09:41:05

Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain.

“Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan.

“Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan.

Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu.

“Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona.

Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya.

Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya.

“Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir.

“Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya.

“Sini kuncinya, nanti biar orangku yang bawakan pulang ke rumah kamu,” ujar Erlangga sambil meraih kunci mobil di tangan Yeona.

Yeona berjalan ke arah mobil BMW X5 berwarna hitam, sedangkan Erlangga masih tetap berdiri di sana.

Yeona berjalan dengan pandangan lurus ke depan, dia sedang menyusun rencana apa saja ucapan yang akan di ucapkannya nanti kepada orang tua Erlangga.

“Loh?” Yeona terkejut saat menoleh ke belakang. Dia celingukan mencari Erlangga.

“Ih, sini!” Yeona tertawa lepas sambil melambaikan tangan ke arah Erlangga.

Erlangga menggelengkan kepala, dia malah balik melambaikan tangan pada Yeona.

Dengan masih tertawa, Yeona balik lagi ke tempat di mana Erlangga dan dia tadi berdiri.

“Ayo, ih, katanya tadi sekarang. Gimana ih,” ucapnya kesal sambil cekikikan.

“Masa iya, aku di tinggal. Sebagai sepasang kekasih itu bagaimana coba kalau berjalan?” tuanya Erlangga sambil merengut.

“Eh, ini kan akting, jadi nantilah kalau sudah di sana baru kita mulai,” ujar Yeona tersipu malu.

“Enggak bisa gitu, supaya kamu gak canggung nanti di sana,” ujar Erlangga memandangnya.

Erlangga memegang lengan Yeona, dia menitah gerakan tangan Yeona supaya merangkul lengannya.

Dengan rasa deg-degan yang tak terkira, wajah Yeona kini merah merona. Mereka selangkah demi selangkah berjalan bak pengantin yang sedang berjalan menuju pelaminan.

“Au!” Yeona berteriak karna kakinya kesandung.

Secepatnya tangan Erlangga bergerak, menangkap Yeona. Kini Yeona dalam dekapan Erlangga.

Yeona mengendus aroma Montblanc legend, dari area pundak Erlangga.

Erlangga mendehem untuk menyadarkan Yeona yang terpaku dalam pelukannya.

“Eh, em-Akuuu-“

“Kamu gugup, ‘kan? Tenang, ada aku,” ujar Erlangga tersenyum.

Yeona berdiri lalu membenahi rambutnya di bagian belakang. Dia juga membenahi baju di area belakang yang dia kenakan.

Erlangga membuka pintu mobil, membuka telapak tangan di hadapan Yeona, Yeona menyambut tangannya lalu masuk ke dalam mobil.

Beberapa saat setelah berada di perjalanan, Yeona memandang pemandangan ke arah samping kiri dan kanan lalu menatap Erlangga.

“Kenapa?” tanya Erlangga saat matanya menangkap tatapan Yeona.

“Sepertinya aku familiar deh sama tempat ini,” ucap Yeona sambil berpikir.

“Maksudnya?” tanya Erlangga dengan kening mengerut tak mengerti.

“Iya, aku pernah juga ke sini, waktu aku ke ru-“

“Eh, kita singgah dulu, yuk, di salon. Supaya kamu terlihat lebih cantik,” ucap Erlangga sambil menoleh kanan dan kiri mencari salon terdekat.

“Iya juga sih, aku juga malu loh, pakai pakaian kerja seperti ini,” ujar Yeona memandang baju dress yang ia kenakan.

“Iya, aman itu, pertama-tama kita ke toko pakaian dulu. Oke?” ucap Erlangga dengan semangat.

Erlangga harus membuat kedua orang tuanya terkesan melihat Yeona. Supaya mereka mengurungkan niat untuk menjodohkan Erlangga dengan seorang wanita di negeri singa.

Erlangga menghentikan mobilnya di depan toko Shafira, sebuah toko ternama di Jakarta Selatan.

“Kamu bebas memilih, aku yang bayar,” ucap Erlangga dengan nada sombongnya sambil meringis.

“Oke siap,” sahut Yeona tersenyum.

Erlangga turun dari mobil, berputar ke arah pintu dekat Yeona. Yeona turun lalu merangkul lengan Erlangga dengan sadar dan tidak sadar.

“Selamat sore, Pak, Bu,” sapa pegawai di pintu masuk.

“Sore,” sahut Yeona dan Erlangga bersamaan.

Mereka memilih-milih pakaian yang cocok dengan Yeona. Yeona memilih gaun Maxi dress berwarna merah menyala.

Yeona masuk ke dalam ruang ganti, dia mengganti baju dress yang dia kenakan dengan gaun yang baru dia beli.

“Er!” panggil Yeona.

Erlangga menoleh, matanya terpaku menatap Yeona. Bertubuh tinggi semampai, dengan rambut panjang terurai mengenakan gaun berwarna merah menyala, membuat Yeona sempurna malam ini.

Erlangga dian tanpa kata, tangannya berhenti di belakang kepala saat dia mengusap rambut dari depan ke belakang.

“Ye, kamu terlihat sangat cantik,” bisiknya saat mereka berdiri di depan kasir.

“Halah! Hoak.” Yeona menepiskan tangannya di dekat wajah Erlangga.

Erlangga tertawa lepas. Seorang wanita yang berdiri di tempat kasir, terpaku menatap Erlangga.

“Mbak! Buruan.”

Ucapan Yeona mengejutkannya.

“Eh, ma-maaf, Mbak,” ucapnya terbata-bata.

Mbak kasir termangu melihat ketampanan cowok berkulit putih di hadapannya.

Erlangga meletakkan Atm-nya, di meja lalu mendorong sampai ke dekat kasir.

* * *

“Kita ke salon dulu, ya?” ujar Erlangga memandang Yeona.

Yeona menganggukkan kepala, berhubung dia beru ingat masalah gosok gigi, Erlangga di paksa berhenti di depan warung besar yang ada di depan mereka.

“Stop-stop-stop!”

Sreett...

Mobil di rem mendadak.

“Ih, apaan?” Erlangga kesal.

“Berhenti dulu,” ujar Yeona.

Erlangga menepikan mobilnya. Yeona turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam warung.

“Mbak, beli apa, ya?” tanya pegawai warung yang berdiri tepat di depan kasir.

“Sikat gigi satu sama pastanya,” ucap Yeona sambil membuka tas untuk mengambil uang di dalamnya.

“Apa lagi, Mbak?” tanya pegawai sambil tersenyum.

“Sudah itu saja,” ucap Yeona memberikan uang sebesar lima belas ribu rupiah, “Kembaliannya ambil saja!” Yeona berlari kecil menuju mobil yang terparkir di depan.

Erlangga memperhatikan wanita berbaju merah menyala itu berlari ke arah mobilnya, matanya terpaku pada body yang elegan itu.

* * *

“Tara!” Yeona memamerkan sikat gigi plus pasta gigi pada Erlangga.

Erlangga tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia salut dengan ketersediaan Yeona membantunya untuk menjadi pacar pura-puranya.

* * *

“Ye, lihat salon itu!” Erlangga menunjukkan sebuah salon di sebelah kanan Erlangga. Yeona memandangnya dengan mata membelalak.

“Wah, Er! Di situ saja,” ujar Yeona dengan pandangan menatap sebuah salon dengan ruangan berwarna ungu.

Sebuah salon yang tertutup oleh dinding dan pintu terbuat kdakri kaca bening, membuat seluruh isi ruangan terlihat jelas.

Seluruh isi ruangan berwarna ungu, termasuk kursi, meja, dan sebagainya.

“Ye, ini yang punya janda apa, ya?” bisik Erlangga saat mereka berada di depan salon.

“Ih! Sembarangan saja kali ngomong,” Yeona menyikut lengan Erlangga, Erlangga meringis kesakitan.

Seorang pegawai tinggi besar nan putih, berambut panjang, seketika beranjak saat melihat Yeona dan Erlangga masuk ke dalam rumah.

“Selamat malam, Mas, Mbak!” sapanya dengan suara bak laki-laki.

Yeona dan Erlangga terdiam kala mendengar suaranya. Mereka berdiri terpaku melihat paras seseorang di hadapan mereka.

“Mbak!” Panggilnya dengan suara agak keras.

“Eh, iy-iya-iya,” sahut Yeona gugup. Dia langsung mencari posisi duduk di kursi di depan cermin.

“Mbak mau, creambath, lulur, marker, spa, tot-“

“Aku mau creambath, dan juga rias wajah. Jangan terlalu mencolok, ya, untuk wajah. Yang natural saja,” ujar Yeona mendongak menatap beautician yang ada di belakangnya.

“Oke,” dengan sigap karyawan salon menitah Yeona supaya bersiap.

Dengan lihainya dia mengerjakan apa keinginan dari pelanggannya.

Erlangga duduk di sofa, melihat Yeona duduk sambil melipat tangan di depan dada.

Dia menatap pergerakan Yeona, dan pekerja salon. Duduk sambil bersandar di sandaran kursi khusus mengantre.

“Mbak, itu suaminya ketiduran,” bisik pekerja salon sekilas memandang Erlangga yang memejamkan mata.

“Biarkan, mungkin dia lelah,”

Hening sesaat.

“Ha? Suami?” ucap Yeona terkejut.

Bab terkait

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 8

    Pekerja salon menatapnya dengan kening mengerut. Dia heran kenapa Yeona terkejut sampai seperti itu. Menghentikan kuas kecantikan yang masih merias di area wajah Yeona. “Maksudnya?” Tanya pekerja salon menatap heran. “Dia itu teman, bukan suami ataupun pacar,” sahut Yeona kesal sambil cemberut. “Alah, jaman sekarang memang gitu. Bukan-bukan akhirnya jadian,” ucap pekerja salon tersenyum sambil memainkan alis. “Ih, apaan,” sahut Yeona meringis. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Yeona menatap cermin yang ada di hadapannya sambil sedikit membelok kanan dan kiri untuk melihat penampilannya. “Mbak, kalau kamu bisa jadian sama dia lumayan loh, ganteng, putih, tinggi, wajah oval, berjenggot tipis, ah perfek lah. Kalau Mbak gak mau, kasihkan saya saja, Mbak,” ucap pekerja salon sambil meringis. “Ih barang kali, ya, kasihkan,” sahut Yeona sambil tertawa lepas. Yeona berdiri di hadapan Erlangga yang masih tertidur lelap. Karyawan salon berdiri tepat di samping Yeona. Y

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 9

    Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 10

    Yeona menatap Anggara, wanita itu hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan lelaki itu begitu saja. Anggara mengikuti langkah sang majikan dari belakang.Dari pintu yang terbuka sedikit, Yeona menatap wajah wanita paruh baya yang sedang melamun menatap jendela ruangan.Tok!Tok!Yeona mengetuk pintu sambil melangkah masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum memandang Asih yang kini sedang terpasang selang infus di lengan kanannya. Dia duduk di kursi plastik tepat di samping pasien."Bik, apa kabar?" Tanya Yeona yang sebelumnya dia mendehem."Ba-baik, Non," jawabnya terbata. Wanita paruh baya itu menatap Yeona dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sangat bersalah ketika ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu.Hening ..."Non, maafkan bibik, ya? Bibik benar-benar menyesal.""Sudahlah, Bik, jangan dulu di bahas. Sekarang fokus saja di kesehatan bibik, ya," ucap Yeona sambil tersenyum.Buliran bening keluar dari sudut mata wanita paruh baya yang kini terbaring lemah."Non, dulu waktu ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 11

    Selangkah demi selangkah Erlangga mendekati Yeona dan Haneul yang kini tengah berdiri mengmandangnya. Matahari mulai terbenam hingga wajah Erlangga tidak tampak dengan jelas.Erlangga tersenyum dengan kedua tangan yang di masukkan kantong celana levis kanan dan kiri, senyum renyah di lemparkan pada mereka berdua seolah dia tak mendengar apa-apa."Hei, di sini juga? Aku mau ambil sesuatu milikku di rumah itu," ucap Erlangga sekilas memandang rumah mungil yang ada di belakangnya.Haneul diam dengan memasang wajah datar, sedangkan Yeona terlihat senyum semringah."Er, kamu sering ke sini?" Tanya Yeona tak mengerti kenapa bisa kebetulan mereka berjumpa di sini. "Enggak, sesekali saja. Eh, ada berita bagus untukmu, Yeo.""Apa itu, Er?""Kamu akan terbebas dari tugasmu, aku akan pergi keluar negri untuk menerima tawaran Papa menikahi gadis pilihannya."Yeona tersenyum getir, wanita itu tak bisa berkata apa-apa. Yang ada dalam dirinya adalah minder saat Erlangga mengucapkan kata gadis. Seda

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 12

    Teriak Yeona. Di balik pintu, ada Erina yang berdiri dengan wajah panik. Wanita itu berdiri dengan menggerak-gerakkan kaki untuk menetralkan rasa paniknya. Jari jemarinya saling meremas, matanya sesekali terpejam.Hening ...Yeona beranjak dari ranjang, wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah mendengar keheningan, Mis Erina kembali ke kamar bersama raden kecilnya.Yeona berdiri di bawah shower yang mengucurkan air. Di bawah shower yang menayala, wanita itu mendongak ke atas memejamkan mata dengan kedua telapak tangan mengusap pangkal kepala sampai ke tengkuk leher.Yeona membiarkan kucuran air membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia mencoba membuang jauh-jauh masa lalu yang kelam, wanita itu kini tak bisa lagi egois untuk sendiri mengingat putranya yang kini sudah mulai besar dan menginginkan seorang ayah."Tuhan, tolong ajarkan aku untuk mencintai," ucapnya lirih. Percikan air yang masuk ke dalam mulut terasa hambar sehingga dia merapatkan kedua bibi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 13

    "Baik, Nona," jawab Haneul dengan tangan kanan mendekap di dada dan badan membungkuk.Dengan gemulai, Yeona mengambil tas branded yang ada di sudut meja. Wanita itu beranjak lalu mendekati pemuda yang kini tengah memandangnya.Tangan Yeona di sambut oleh Haneul, mereka berjalan bergandengan bak pasangan yang sangat romantis.* * *Lampu remang-remang dan musik klasik yang di putar pegawai kafe membuat suasana menjadi romantis.Banyak meja kosong, namun, yang di pilih Yeona, meja yang berada di sudut ruangan. Meja bulat yang berisi empat kursi berhadapan, Yeona dan Haneul duduk di satu sisi berhadapan.Tidak lama mereka duduk, seorang waiters menghampiri meja meraka. "Selamat malam, Mas, Tante, mau pesan apa?" Tanya seorang wanita yang berdiri dengan tangan memegang buku berukuran kecil bersiap untuk mencatat."Yeo, kamu pesan apa?""Pasta, sama kopi. Aku sudah lama enggak minum kopi, kangen," ucap Yeona sambil tersenyum.Waiters mencatat apa yang di pesan oleh Yeona, wanita itu menata

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 14

    "Sayang, dengarkan mama. Papa kamu dulu meninggal karena kecelakaan waktu kamu belum lahir.""Jadi, papa belum lihat Emil?"Yeona menggelengkan kepala sambil tersenyum memandang putranya. Wanita itu memegang tangan mungil putranya lalu berkata, "Sayang, kalau papa barunya, Om Haneul, mau?""Enggak mau," sahut Emilio tegas sambil memandang mamanya."Kenapa?""Om Han, itu sudah jadi teman untuk Emil, Ma. Masa' mau di jadikan ayah sih?""Memangnya kenapa?""Ma, kalau mama menikah dengan Om ganteng, mau?" Tanya Emilio mendongak ke atas menatap mamanya."Om ganteng? Siapa?" "Ada deh, besok Emil kenalkan dengan om ganteng ke mama. Oke?"Emilio berdiri di ranjang, bocah itu memeluk ibunya dengan erat. Wajah semringah tergambar di wajahnya ketika melihat sang mama menganggukkan kepala.Emilio mengambil sebuah bantal berwarna putih lalu dia merebahkan kepalanya di sana.Dreett ...Dreett ...Yeona mengambil gawai ysng bergetar di meja rias lalu menjawab panggilan."Halo, Han? Ada apa?""Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 1

    “Ma, tadi di sekolah semua teman-teman menyebutkan nama Papanya,” mulut mungil itu mulai berbicara saat sedang menyantap makan siang. Yeona menatapnya dan menyikapinya dengan tenang, dia mengambil sebuah tisu lalu mengelap bagian area mulutnya. “Lalu?” “Aku tidak tahu siapa Papaku dan aku tidak tahu di mana dia sekarang,” jawab Emilio dengan nada datar. Yeona tersenyum, dia memegang gawainya lalu mengirim pesan kepada seseorang di sana. [Carikan nama Dareen, di pemakaman umum. Aku dan Emilio akan ke sana,] pesan di kirim pada, Haneul, teman yang setia menemaninya saat ini. “Habiskan makannya, nanti kita ke tempat, Papa,” ujar Yeona sambil menopang dagu menunggu putranya makan siang. “Bener, Ma?” mata sipit keturunan dari Korea Selatan itu melebar. Terpancar di matanya berharap ingin bertemu seorang Papa karna dari bayi dia belum mencium aroma, Papa. Dengan lahap Emilio menyantap makanan. Di meja makan yang penuh dengan lauk pauk komplit beserta sayur, Emilio lebih memilih makan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25

Bab terbaru

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 14

    "Sayang, dengarkan mama. Papa kamu dulu meninggal karena kecelakaan waktu kamu belum lahir.""Jadi, papa belum lihat Emil?"Yeona menggelengkan kepala sambil tersenyum memandang putranya. Wanita itu memegang tangan mungil putranya lalu berkata, "Sayang, kalau papa barunya, Om Haneul, mau?""Enggak mau," sahut Emilio tegas sambil memandang mamanya."Kenapa?""Om Han, itu sudah jadi teman untuk Emil, Ma. Masa' mau di jadikan ayah sih?""Memangnya kenapa?""Ma, kalau mama menikah dengan Om ganteng, mau?" Tanya Emilio mendongak ke atas menatap mamanya."Om ganteng? Siapa?" "Ada deh, besok Emil kenalkan dengan om ganteng ke mama. Oke?"Emilio berdiri di ranjang, bocah itu memeluk ibunya dengan erat. Wajah semringah tergambar di wajahnya ketika melihat sang mama menganggukkan kepala.Emilio mengambil sebuah bantal berwarna putih lalu dia merebahkan kepalanya di sana.Dreett ...Dreett ...Yeona mengambil gawai ysng bergetar di meja rias lalu menjawab panggilan."Halo, Han? Ada apa?""Aku m

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 13

    "Baik, Nona," jawab Haneul dengan tangan kanan mendekap di dada dan badan membungkuk.Dengan gemulai, Yeona mengambil tas branded yang ada di sudut meja. Wanita itu beranjak lalu mendekati pemuda yang kini tengah memandangnya.Tangan Yeona di sambut oleh Haneul, mereka berjalan bergandengan bak pasangan yang sangat romantis.* * *Lampu remang-remang dan musik klasik yang di putar pegawai kafe membuat suasana menjadi romantis.Banyak meja kosong, namun, yang di pilih Yeona, meja yang berada di sudut ruangan. Meja bulat yang berisi empat kursi berhadapan, Yeona dan Haneul duduk di satu sisi berhadapan.Tidak lama mereka duduk, seorang waiters menghampiri meja meraka. "Selamat malam, Mas, Tante, mau pesan apa?" Tanya seorang wanita yang berdiri dengan tangan memegang buku berukuran kecil bersiap untuk mencatat."Yeo, kamu pesan apa?""Pasta, sama kopi. Aku sudah lama enggak minum kopi, kangen," ucap Yeona sambil tersenyum.Waiters mencatat apa yang di pesan oleh Yeona, wanita itu menata

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 12

    Teriak Yeona. Di balik pintu, ada Erina yang berdiri dengan wajah panik. Wanita itu berdiri dengan menggerak-gerakkan kaki untuk menetralkan rasa paniknya. Jari jemarinya saling meremas, matanya sesekali terpejam.Hening ...Yeona beranjak dari ranjang, wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah mendengar keheningan, Mis Erina kembali ke kamar bersama raden kecilnya.Yeona berdiri di bawah shower yang mengucurkan air. Di bawah shower yang menayala, wanita itu mendongak ke atas memejamkan mata dengan kedua telapak tangan mengusap pangkal kepala sampai ke tengkuk leher.Yeona membiarkan kucuran air membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia mencoba membuang jauh-jauh masa lalu yang kelam, wanita itu kini tak bisa lagi egois untuk sendiri mengingat putranya yang kini sudah mulai besar dan menginginkan seorang ayah."Tuhan, tolong ajarkan aku untuk mencintai," ucapnya lirih. Percikan air yang masuk ke dalam mulut terasa hambar sehingga dia merapatkan kedua bibi

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 11

    Selangkah demi selangkah Erlangga mendekati Yeona dan Haneul yang kini tengah berdiri mengmandangnya. Matahari mulai terbenam hingga wajah Erlangga tidak tampak dengan jelas.Erlangga tersenyum dengan kedua tangan yang di masukkan kantong celana levis kanan dan kiri, senyum renyah di lemparkan pada mereka berdua seolah dia tak mendengar apa-apa."Hei, di sini juga? Aku mau ambil sesuatu milikku di rumah itu," ucap Erlangga sekilas memandang rumah mungil yang ada di belakangnya.Haneul diam dengan memasang wajah datar, sedangkan Yeona terlihat senyum semringah."Er, kamu sering ke sini?" Tanya Yeona tak mengerti kenapa bisa kebetulan mereka berjumpa di sini. "Enggak, sesekali saja. Eh, ada berita bagus untukmu, Yeo.""Apa itu, Er?""Kamu akan terbebas dari tugasmu, aku akan pergi keluar negri untuk menerima tawaran Papa menikahi gadis pilihannya."Yeona tersenyum getir, wanita itu tak bisa berkata apa-apa. Yang ada dalam dirinya adalah minder saat Erlangga mengucapkan kata gadis. Seda

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 10

    Yeona menatap Anggara, wanita itu hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan lelaki itu begitu saja. Anggara mengikuti langkah sang majikan dari belakang.Dari pintu yang terbuka sedikit, Yeona menatap wajah wanita paruh baya yang sedang melamun menatap jendela ruangan.Tok!Tok!Yeona mengetuk pintu sambil melangkah masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum memandang Asih yang kini sedang terpasang selang infus di lengan kanannya. Dia duduk di kursi plastik tepat di samping pasien."Bik, apa kabar?" Tanya Yeona yang sebelumnya dia mendehem."Ba-baik, Non," jawabnya terbata. Wanita paruh baya itu menatap Yeona dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sangat bersalah ketika ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu.Hening ..."Non, maafkan bibik, ya? Bibik benar-benar menyesal.""Sudahlah, Bik, jangan dulu di bahas. Sekarang fokus saja di kesehatan bibik, ya," ucap Yeona sambil tersenyum.Buliran bening keluar dari sudut mata wanita paruh baya yang kini terbaring lemah."Non, dulu waktu ke

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 9

    Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 8

    Pekerja salon menatapnya dengan kening mengerut. Dia heran kenapa Yeona terkejut sampai seperti itu. Menghentikan kuas kecantikan yang masih merias di area wajah Yeona. “Maksudnya?” Tanya pekerja salon menatap heran. “Dia itu teman, bukan suami ataupun pacar,” sahut Yeona kesal sambil cemberut. “Alah, jaman sekarang memang gitu. Bukan-bukan akhirnya jadian,” ucap pekerja salon tersenyum sambil memainkan alis. “Ih, apaan,” sahut Yeona meringis. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Yeona menatap cermin yang ada di hadapannya sambil sedikit membelok kanan dan kiri untuk melihat penampilannya. “Mbak, kalau kamu bisa jadian sama dia lumayan loh, ganteng, putih, tinggi, wajah oval, berjenggot tipis, ah perfek lah. Kalau Mbak gak mau, kasihkan saya saja, Mbak,” ucap pekerja salon sambil meringis. “Ih barang kali, ya, kasihkan,” sahut Yeona sambil tertawa lepas. Yeona berdiri di hadapan Erlangga yang masih tertidur lelap. Karyawan salon berdiri tepat di samping Yeona. Y

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 7

    Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain. “Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan. “Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan. Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu. “Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona. Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya. Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya. “Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir. “Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya. “Sini kuncinya, nanti biar orangku yang

  • Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku   Bab 6

    “Halo, selamat pagi, Bu,” sapa Yeona gugup. “Pagi, Ye, saya hari ini tidak ke kantor. Kamu tunda jika ada pertemuan hari ini, juga rekap semua berkas yang ada di meja kami, ya. Tadi saya sudah suruh staf untuk meletakkan di meja kamu, ada kan?” “Mh-ad-ada, Bu,” sahut Yeona terbata-bata. Dia terpaksa berbohong bahwa dia sudah ada di kantor untuk menyelamatkan dirinya pagi ini. * * * Di perjalanan dia merasa ada yang aneh di area mulut. Dia memicingkan mata saat teringat bahwa dia belum menggosok gigi. “Bu, kelihatannya Den Emil akrab, ya, dengan Mas Han,” ucap Erina memandang bos wanitanya. Yeona hanya mengangguk mengingat dia belum menggosok gigi. “Bu, itu gedungnya mau di buat swalayan, loh, ibu temannya, Den Emil yang bilang kemarin,” ucap Erina sambil tersenyum dan sekilas memandang ke arah gedung bertingkat 4. Yeona mengangguk lagi tanpa berkata. Erina merasa bersalah, dia diam sambil memperhatikan Nyonyanya diam saja seperti ada masalah. Yeona menurunkan Erina di sekolah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status