Share

Bab 4

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-05-01 15:44:13

"Wati, kok kamu ngomongnya begitu sih? Memangnya kapan kamu memberikan uang belanja untuk Ibu? Kamu jangan suka berbohong, ya Wati. Kalau memang kamu mau mendapat pembelaan dari Roni boleh saja, tapi jangan sepert ini caranya. Kamu jangan pernah membuat Roni menjadi anak durhaka, yang selalu melawan terhadap Ibunya." Aku tidak terima saat Wati mengatakan, kalau aku selalu diberi uang belanja olehnya.

Padahal kapan ia memberikan uang belanja padaku? Perkataanya ini seakan mau mengadukan aku dengan anakku sendiri.

"Bu, Ibu ini sebenarnya maunya apa sih? Ibu kok sepertinya mau membuat hubungan aku dan juga Wati hancur ya? Ibu kayaknya tidak suka banget, kalau melihat aku dan Wati bahagia. Bahkan sekarang menuduh istriku tidak pernah memberikan uang belanja untuk Ibu. Maksudnya apa, Bu," tanya Roni dengan menatap nyalang kepadaku, tatapannya seperti Elang yang akan memangsa targetnya.

"Bukan begitu, Roni, hanya saja Ibu memang tidak pernah menerima sepeserpun uang dari kamu maupun Wati. Terus Ibu harus bilang apa sama kalian," tanyaku balik bertanya.

"Ibu jangan bohong sama aku ya, sebab aku selalu menitipkan uang belanja itu kepada Wati. Asal Ibu tau, kalau aku itu selalu memberi uang belanja untuk Ibu, bahkan uang belanja yang aku berikan itu dua kali lipat dari biasanya. Karena aku tau, kalau sekarang itu ada Wati," terang Roni.

Aku bengong saat mendengar penuturan Roni, yang ternyata selalu memberi uang belanja untukku. Bahkan katanya uang belanja yang ia berikan sampai dua kali lipat. Tapi entah kemana uang belanja itu perginya, sebab aku sama sekali tidak pernah menerima uang darinya.

"Apa kamu nggak salah bicara, Roni, dua kali lipat kamu bilang? Sedangkan Ibu tidak pernah sepeserpun menerima uang dari kamu maupun Wati. Jangankan uang belanja dua kali lipat seperti yang kamu bilang, uang seribu rupiah pun tidak pernah Ibu terima," terangku.

"Mas, sudahlah nggak usah diperpanjang lagi masalah ini. Mungkin Ibumu sudah pikun kali, Mas. Lebih baik kamu segera berangkat kerja saja, nanti yang ada kamu malah kesiangan masuk kantor. Kamu sarapan di kantor saja, ya Mas. Karena sekarang Ibumu sudah tidak mau memasak lagi untuk kita. Nanti biar aku yang akan belajar memasak, aku juga akan belajar mencuci baju kita, serta perabotan yang telah kita gunakan." Wati membujuk Roni, supaya ia tidak meladeni ucapanku.

Wati memang pandai bermuka dua, ia pandai sekali membuat aku jelek di mata anakku sendiri.

"Iya kamu benar, Sayang. Tidak ada gunanya berdebat dengan orang tua yang sudah mulai pikun. Nanti aku yang malah akan kena teguran bos karena terlambat masuk kantor," sahut Roni, sambil memegang pundak istrinya dengan penuh kasih sayang.

"Nah begitu dong, Mas, maksudku juga seperti itu. Kalau kamu terus meladeni ucapan Ibumu, nanti yang ada kamu malah yang akan kena hukuman dari bos. Tuh kamu lihat kan, Mas, hanya aku yang mengerti kamu. Sedangkan Ibumu yang telah mengandung dan melahirkan kamu saja tidak peka. Dia hanya bisanya membuat kamu emosi dan naik darah terus menerus. Sekarang kamu sudah sadarkan kan, Mas, siapa orang yang benar-benar peduli sama kamu. Aku, Mas, istrimu bukan Ibumu," papar Wati lagi, yang terus menjelekan diriku dihadapan Reno.

"Iya, Sayang, hanya kamu yang mengerti Mas. Mas lebih percaya kok sama kamu, ketimbang Ibu. Ya sudah, kalau begitu Mas pergi ke kantor dulu ya, biar Mas sarapan di kantor saja," pamit Roni.

Betapa sakit hati dan perasaanku, ketika mendengar perkataan anakku barusan. Ia lebih percaya kepada istrinya yang pembohong, ketimbang kepada Ibunya yang sudah bersusah payah merawatnya seorang diri, hingga dia jadi seperti sekarang.

Roni kemudian pergi meninggalkan dapur didampingi oleh istrinya, ia bahkan tidak pamit sama sekali kepadaku. Roni benar-benar berubah drastis semenjak ia menikahi perempuan itu. Perempuan yang sebenarnya tidak aku suka, sebab dia terlalu arogan menurutku.

Setelah Roni pergi, Wati pun kembali menemuiku di dapur. Karena sejak tadi aku masih membeku di sana, sambil melihat kepergian anakku yang tidak pamit dahulu terhadapku.

"Tuh, Bu, Ibu lihat sendiri kan bagaimana nurutnya anak Ibu kepadaku. Makanya Ibu jangan pernah main-main denganku, Ibu harus menuruti semua perintahku, serta jangan penah bicara macam-macam kepadanya. Karena walau bagaimanpun Ibu berkata jujur kepadanya, Mas Roni tidak akan pernah mempercayai Ibu, yang ada Ibu bakal nambah dibenci oleh anak Ibu sendiri." Wati begitu jumawa, ia terlihat puas telah membuat Roni tidak percaya kepadaku.

"Wati, kamu itu sadar nggak sih dengan semua perbuatan kamu ini? Apa kamu tidak takut terkena karma karena mendzolimi mertua kamu sendiri?"

"Apa maksud Ibu berkata seperti itu? Ibu mau menakut-nakuti aku dengan cerita tahayul ya, sudahlah nggak akan mempan buatku. Lebih baik sekarang Ibu bikinkan aku sarapan sekarang juga, jika Ibu tidak mau, maka aku akan membuat Roni lebih membenci Ibu," ancamnya.

Entah terbuat dari apa hati perempuan ini, serta bagaimana orang tuanya dulu mendidiknya, sehingga membuat Wati menjadi wanita berhati monster seperti ini.

"Maaf, Mbak Wati, Ibuku tidak akan lagi membuatkan makanan atau minuman untuk kamu maupun Mas Roni. Silakan saja kamu masak sendiri, atau beli saja makanan di luar sana," celetuk Reno, yang baru datang membeli sarapan.

"Apa maksud kamu, Reno? Kalau memang Ibumu tidak mau memasak lagi, terus bagaimana dengan kalian? Apa kalian mau menahan lapar terus begitu? Kalau aku sih gampang, tinggal pesan makanan secara online, atau pergi ke resrauran pun aku bisa dan juga mampu untuk membayarnya. Sedangkan kalian punya uang dari mana, kamu saja hanya kerja sebagai pelayan toko, yang pasti gajinya juga tidak seberapa. Sadar diri kamu, Reno karena kalian berdua nggak akan bisa melawan seorang Wati," ujarnya.

Bersambung ...

Related chapters

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 5

    "Iya, kami berdua memang tidak akan bisa melawan kamu, Mbak karena kamu memang ratunya de-mit. Tapi Mbak nggak perlu khawatir, sebab kalau untuk masalah perut aku dan Ibu, aku pasti akan berusaha supaya kami tidak kelaparan. Walaupun sekarang aku kerja dengan gaji kecil, tapi jika doa Ibu menyertaiku, aku yakin kok semuanya pasti akan berkah," sahut Reno.Aku merasa bahagia mendengar ucapan anak bungsuku, ternyata ia begitu peduli terhadap Ibunya. Reno juga seorang anak yang berbakti dan selalu mendambakan doa seorang Ibu, sehingga ia selalu menomersatukan perasaanku. Aku merasa senang sebab anakku yang satu ini, tidak mempunyai sifat yang sama dengan Kakaknya.Selain Reno pandai membuat hatiku bahagia, ia juga pintar untuk mengatai orang. Ia sampai mengatakan, kalau Wati seorang ratu de-mit. Selain itu Reno juga pintar sekali membuat orang naik pitam, bahkan sekarang ia berhasil membuat wajah Wati berubah seketika. "Reno, jaga bicara kamu ya! Aku ini bukan ratu de-mit tau, kalau kam

    Last Updated : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 6

    "Wati, ada apa lagi kamu teriak-teriak begini? Ibu baru saja mau beristirahat, Wati, badan Ibu capek dan pada sakit," kataku.Aku terpaksa keluar dari kamar karena mendengar teriakan Wati yang begitu memekakan telinga."Ada apa ada apa, sok nggak merasa bersalah banget sih jadi orang? Bu, kenapa Ibu tidak mencuci pakaian aku dan juga Mas Roni? Aku kan jijik, Bu, kalau melihat pakaian kotor numpuk di kamar mandi. Itu juga cucian piring, kenapa masih ngejogrog aja di tempatnya? Kenapa tidak Ibu cucikan seperti biasanya sih? Pokoknya aku tidak mau tau ya, sekarang juga Ibu harus mencucikan baju aku dan juga bajunya Mas Roni sampai bersih. Jangan lupa cucikan juga itu piring kotor, ya Bu. Aku nggak mau, kalau Mas Roni datang dan melihat semuanya masih pada kotor," perintah Wati seenaknya."Wati, kok kamu makin ke sini makin kurang ajar ya sama Ibu. Aku ini orang tua suami kamu, mertua kamu, tapi kenapa kamu berani sekali main merintah-merintah aku, sudah seperti memberi perintah kepada

    Last Updated : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 7

    Memang benar-benar kurang ajar si Wati itu, tidak ada sopan santunnya sama sekali kepadaku. Mana pantas selama ini ia memperlakukan aku seperti itu, sebab aku ini dianggap pembantu olehnya."Oh, jadi karena kedudukan aku dan Ibumu berbeda, sehingga kamu tidak pernah mau menghormati Ibu. Begitukan Wati?""Tepat sekali, Bu, memang karena itulah aku tidak menganggap Ibu sebagai mertuaku, apalagi mau disamakan seperti orang tuaku. Sadar diri dong, Bu! Memangnya Ibu punya apa, hingga mau disamakan derajatnya dengan orang tuaku? Kalian berdua itu jelas-jelas berbeda dan sampai kapanpun aku tidak akan mau menggirmati Ibu. Jangankan aku yang orang lain, Mas Roni yang anak Ibu saja menganggap Ibu sebagai pembantu kan? Buktinya selama ini ia selalu membiarkan Ibu yang mencucikan pakaian dan perabotan kotor bekas kami. Bahkan ia membiarkan saja, dalaman bekas kami bercinta dibersihkan oleh Ibu. Makanya, Bu, jangan menyuruh aku untuk menghormati Ibu. Sedangkan anak Ibu sendiri tidak menghormat

    Last Updated : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 8

    Memang benar apa yang dikatakan oleh Wati, kalau aku tidak mempunyai bukti atas perlakuan kasar Wati terhadapku barusan. Jadi mana mungkin Roni mau percaya kepadaku, yang ada aku yang akan diomeli olehnya. Andai saja aku mempunyai handphone, pasti akan aku vidiokan semua kejadian barusan. Atau di rumah ini ada CCTV di rumah ini, sudah pasti aku mempunyai bukti akurat tentang kekerasan yang Wati lakukan padaku."Kamu jah-at, Wati, kamu memang menantu dur-haka," sungutku.Aku merasa sakit hati diperlakukan kasar oleh istri anakku sendiri, andai saja dulu Roni mau mendengar perkataanku, mungkin semuanya tidak akan seperti sekarang. Tapi kini nasi telah menjadi bubur, Roni telah menikahi Wati walaupun tanpa persetujuanku. "Iya, Bu, aku ini memang ja-hat, makanya Ibu jangan macam-macam sama aku. Aku juga tidak peduli ya, Bu, walau dicap menantu dur-haka oleh mertua seperti Ibu. Lagian ya, semua ini salah Ibu. Coba saja Ibu tidak berulah dan ikut campur dengan kebiasaanku, mungkin aku j

    Last Updated : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 9

    Lagi dan lagi Wati mengancamku, hingga membuat aku tidak berdaya. Tapi walau dalam keadaan yang tidak berdaya, aku tetap akan berusaha mencari bukti tentang kesalahannya. Bahkan kini aku merasa, kalau Wati itu seorang psi-kopat. Karena ciri-cirinya juga begitu banyak, contohnya saja saat ini. Wati akan berubah kasar dan tidak segan melukaiku, jika tujuannya tidak tercapai."Wati, Ibu mau nanya deh sama kamu, kata Roni suka memberi uang belanja untuk Ibu dan katanya selalu dititipkan sama kamu. Boleh kan kalau sekarang Ibu minta untuk membeli apa yang kamu mau," tanyaku walau dengan hati ragu."Apa maksud perkataan, Ibu? Ibu mau meminta uang, yang Mas Roni titipkan kepadaku? Ya tidak bisalah, Bu, orang uangnya juga sudah habis, sebab aku telah membelanjakan uangnya untuk membeli peralatan make up dan juga nyalon. Karena aku pikir daripada uangnya aku kasih kepada Ibu, lebih baik aku belanjakan saja untuk keperluanku. Lumayan kan untuk menambah uang bulanan dari Mas Roni, yang memang

    Last Updated : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 10

    "Aku tahu, ya dari menantu Ibu sendiri lah, Bu Reni. Karena Wati itu kan punya media sosial, banyak kok warga kita yang berteman dengannya. Asal Bu Reni tau ya, hampir setiap hari ia mengeluh tentang kedzoliman Ibu terhadap dia. Makanya tadi aku langsung curiga, saat mendengar keributan di dalam rumah. Tapi Ibu benar kan tidak berbuat macam-macam terhadap Wati," tanya Bu Sari lagi.Sepertinya ia benar-benar curiga, serta tidak percaya terhadap perkataanku, yang bilang tidak ada apa-apa. Rupanya Wati dengan sengaja membuat citraku jelek, hingfa membuat aku dicurigai oleh tetanggaku sekarang. Rupanya aku telah kecolongan, sebab ternyata menantuku telah menyebarkan fitnah untukku melalui media sosial. Hingga aku tidak menyadarinya, kalau aku saat ini sedang menjadi trending tofik di kampungku sendiri."Ya ampun, Bu, demi Allah aku sama sekali tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan Ibu atau orang-orang, Bu. Ini pasti ada kesalah pahaman deh,""Kesalah pahaman apa maksud Ibu?

    Last Updated : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 11

    Aku tidak menyangka, jika Bu Sari malah termakan dengan ucapan Wati. Ternyata para tetanggaku menyangka, kalau aku telah dzalim terhadap menantuku. Padahal kenyataannya adalah sebaliknya, menantuku lah yang telah berbuat dzalim kepadaku."Sudahlah Bu Reni, Ibu nggak usah memasang wajah tak bersalah seperti itu karena aku juga tidak akan pernah percaya terhadap Ibu!" ujanya, kemudian ia berbalik memerintah Wati. "Wati, ayo sana kamu segera makan biar kamu tidak sakit!""Iya, Bu, terima kasih ya. Ya sudah, kalau begitu aku permisi ya, Bu. Aku makan dulu, sudah laper banget soalnya," kata Wati."Iya, Wati, silakan. Ibu juga mau pamit, soalnya masih banyak juga yang belum dibagi. Ya sudah kamu hati-hati saja ya, Nak, Ibu permisi, assalamualaikum," pamit Bu Sari, yang hanya ditujukan untuk Wati.Kemudian kami berdua menjawab salam, lalu Bu Sari pergi dari hadapan kami. Aku juga segera menutup pintu, kemudian berniat membawa kotak makanan milikku tersebut untuk di simpan ke dapur. "Mau d

    Last Updated : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 12

    "Lho ... kok kamu bisa tau sih, Nak! Bukankah tadi saat kejadian kamu tidak ada di rumah," tanyaku sambil menatap heran kepada anakku."Ya bisa dong, Bu, sebab Reno menyimpan CCTV di rumah ini. Reno menyimpannya Ditempat aman, serta tidak akan ada satu orang pun yang mengiranya," sahut Reno.Aku merasa kaget, saat Reno bilang demikian. Kenapa bisa aku tidak tahu tentang semua ini, padahal aku tidak pernah keluar dari rumah ini."Lho kok bisa, sejak kapan kamu memasang CCTV-nya, kok Ibu tidak pernah diberitau," tanyaku."Reno sengaja kok tidak memberitahu, Ibu, biar menjadi surprise," ujarnya sambil tersenyum. "Lagian CCTV model sekarang itu simpel, lho Bu, serta sudah banyak juga kemajuannya. Jadi tidak membuat orang menjadi curiga, kalau kita memasang CCTV," terang Reno, sambil memberikan handphone-nya, yang sedang memutar vidio saat aku dianiaya Wati.Aku baru tahu, jika Reno memasang CCTV di rumah, hingga ia bisa mengetahui perlakuan Kakak iparnya tersebut."Alhamdulillah, kalau m

    Last Updated : 2023-05-25

Latest chapter

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 66

    "Wa ... Wati ...," lirihku."Iya, Mas, itu benar Mbak Wati. Tapi kok ia mau ngapain datang ke sini, bahkan datang sepagi ini di sini? Apa kamu memintanya supaya datang ke sini ya, Mas?" tanya Risma dengan raut wajah yang nampak curiga terhadapku."Sayang, kamu itu ngomong apaan sih? Mana mungkin, Mas meminta Wati datang ke sini! Lagian untuk apa coba, Mas menyuruhnya datang? Kamu mah ada-ada saja, Yang," sahutku berusaha memberi penjelasan kepada Risma, kalau aku tidak tahu-menahu tentang kedatangan Wati ke hotel tempat menginap kami."Lalu untuk apa dia datang ke sini dan dari mana dia tahu kalau kita ada di sini?" tanya Risma lagi, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ya mana Mas tahu, Sayang. Mungkin dia sengaja datang ke hotel ini karena ada urusan sendiri, bukan mau menemui Mas," pungkirku lagi.Karena memang kenyataannya aku tidak ada urusan dengan Wati, apalagi sampai menyuruhnya untuk datang ke hotel tempat bulan madu aku dan Risma. Aku juga sebenarnya

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 65

    "Nggak kok, Mbak. Aku nggak kedinginan, sebab aku berdua ma suami. Mungkin Mbak kedinginan karena Mbaknya sendirian," sahut Risma, sambil tangannya menggandeng erat tanganku."Hee ... He, iya kali ya, Mbak" ujar perempuan tersebut, sambil terkekeh dan kembali mengerlingkan matanya padaku.Karena aku takut khilaf, lalu aku pun menjauh dari wanita tersebut. Kini Risma lah, yang berada di samping wanita genit itu. Karena aku tidak mau istriku salah paham nantinya, sebab wanita ini sudah berani menggodaku, padahal kami baru saja bertemu.Aku tidak mau karena wanita yang tidak jelas ini, keharmonisan rumah tanggaku yang baru saja aku bangun akan menguap begitu saja. Sementara sangat susah mencari wanita seperti Risma ini. Mungkin hanya ada beberapa saja, wanita yang nyaris sempurna seperti Risma. Risma istriku bukan hanya cantik rupa, serta postur tubuhnya yang menggoda, tetapi ia juga memiliki hati yang baik. Dan yang paling utama, ia sangat menyayangi Bapak ibuku, yang merupakan me

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 64

    Season 2"Mas, alhamdulillah ya, acara pernikahan kita berjalan dengan lancar. Semoga saja pernikahan kita ini langgeng dan bisa menjadi keluarga yang SAMAWA ya, Mas!" Risma berkata, saat aku baru saja duduk di atas kasur dan berada di sampingnya. "Iya, Sayang, semoga ya," ucapku, sambil mengusap pucuk kepala wanita, yang baru tadi siang aku jadikan dia istri. Ia membuka percakapan, setelah aku selesai bersih-bersih dan berganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Ini adalah kali pertama aku bisa tidur bersamanya, setelah hampir satu tahun lamanya kami menjalin kasih.Walaupun aku sudah pernah menjalani pernikahan, dengan istri pertamaku yang bernama Wati. Tapi tetap saja dadaku berdegup kencang, saat akan menjalani ritual malam pertama seperti sekarang ini. Risma pun aku lihat sudah siap, bahkan ia bepenampilan seksi seakan sengaja menggodaku. Ia bahkan begitu manja padaku, membuat napasku bertambah sesak dibuatnya."Mas, apa kamu sakit? Kok kamu keluar keringat dingin begitu, bahk

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 63.

    Bab 42"Iya, Marni, ada apa lagi kamu menelponku? Bukannya sudah jelas ya, kalau kita itu sudah tidak sepaham!" Mas Romli berkata dengan nada tinggi.Rupanya yang meneleponnya barusan adalah istrinya, yang kemarin melabrak keluargaku untuk meminta apa yang sudah diberikan Mas Romli untuk Roni dan Reno. Aku dan kedua anakku yang sedang sarapan sampai berhenti, kami bertiga malah fokus mendengarkan Mas Romli, yang sedang berbicara dengan istrinya.Kami bertiga fokus melihat gerak-gerik Mas Romli, yang bicaranya dengan begitu emosi. Aku yang tadinya tidak tahu permasalahannya kini menjadi tahu. Ternyata Mas Romli saat ini sedang ada permasalahan dengan istrinya. Pantes aja pagi-pagi ia sudah ada di rumahku, padahal seharusnya saat ini ia sedang sarapan bersama keluarganya. "Pokoknya aku tidak mau, Marni! Karena apa yang telah aku berikan itu adalah hak kedua anakku. Mereka itu sudah sepantasnya mendapatkan semua itu, apalgi aku telah menelantarkan mereka demi kamj. Jadi sudah sepantasny

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 62

    "Itu lho, Mas, mereka berdua berbeda sifat dan karakternya. Mbak Risma itu orangnya baik dan juga sopan, sama Ibu juga sayang banget. Ia juga bahkan tidak segan mau membantu Ibu. Sedangkan Mbak Wati kebalikkannya," sahut Reno menjelaskan."Oh ... tentang itu, aku kira apaan? Apa yang kamu bilang memang benar, Reno. Wati dan Risma itu dua orang yang karakternya berbanding terbalik. Sayang sekali memang, aku baru bisa mengungkapkan perasaan akunya sekarang. Tapi aku masih beruntung, Ren, sebab sampai saat ini Risma-nya ternyata belum menjadi milik siapa-siapa." Roni membenarkan perkataan adiknya tersebut. Memang benar adanya, jika Neng Risma itu istimewa, sebab aku sudah merasakan sendiri bagaimana baiknya dia, serta rasa pedulinya padaku. Aku akan merasa sangat bahagia, jika memang dia bisa bersanding dengan Roni dan menjadi menantuku. "Hayo, kalian sedang ngomongin apa? Sedang ngomongin aku ya," tanya Neng Risma, yang nongol dari pintu dapur."Is, siapa yang sedang ngomongin kamu s

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 61

    "Maaf, Bu, Ibu ini siapa ya? Kok Ibu berani sekali berteriak dan berkata kasar di depan rumah kami," tanya Roni."Siapa kamu berani berkata seperti itu? Apa kamu anaknya Mas Romli, yang dari mantan istrinya? Aku ini istrinya Mas Romli, aku mau minta sama keluarga mantan istri suamiku, supaya mengembalikan semua harta benda yang diberikan olehnya. Karena itu hak aku dan juga anakku," ujarnya dengan raut muka yang penuh emosi."Maaf ya, Bu, tapi apa yang diberikan Bapak untuk kami itu hak kami! Karena selama ini beliau tidak pernah memberikan kami nafkah sedikitpun, terhitung dari semenjak Bapak menikahi Ibu." Roni menjawab ucapan perempuan, yang memang istrinya Mas Romli.Mendengar perkataan Roni, perempuan itu semakin tidak terkontrol. Ia malah berteriak-teriak tidak karuan, sehingga membuat para tetanggaku datang untuk melihat perdebatan ini. Aku pun berbisik kepada Reno, supaya ia menelepon Bapaknya dan memberitahu Mas Romli, kalau ada istrinya sedang membuat rusuh."Bu Reni, ini a

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 60

    "Risma, nanti Mas jelaskan semuanya, kenapa Wati bisa ada di sini ya. Sekarang kita masuk dulu yuk, ada teman Mas juga di dalam. Ia yang merupakan pemilik rumah ini," ajak Roni.Neng Risma pun ikut masuk, padahal Sepertinya ia mau pergi. Mungkin ia merasa penasaran, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pas masuk ke rumah, ternyata masih ada perabotan rumah walaupun sudah tidak lengkap. Tapi paling tidak rumahnya tidak terlalu kosong saat akan ditempati, sebab keluarga Wati hanya membawa koper saja.Ruangannya juga luamayan luas, ruang tamu saja sekitar tiga kali empat meter, sedangkan kamar masing empat meter persegi. Kamarnya juga ada tiga, jadi keluarga Wati bisa leluasa menempati rumah ini, wakaupun tidak semegah dan semewah rumah mereka sebelumnya. Tetapi rumah ini juga lebih besar, jika dibanding dengan rumahku."Roni, kebetulan rumah ini selalu dibersihkan setiap hari, jadi sudah bisa langsung ditempati ya rumahnya," ungkap pemilik rumah yang aku tidak tahu namanya siapa."Oh i

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 59

    Aku pun menengok ke arah suara tersebut dan begitu kagetnya aku, saat melihat ternyata yang memanggil Roni adalah Neng Risma. Ia berjalan menuju ke arah kami."Neng Risma, kamu ada di sini?" tanyaku."Iya, Bu, barusan aku lewat sini dan melihat ada mobil Mas Roni, makanya aku samperin," sahut Neng Risma, kemudian ia balik bertanya padaku, "oh iya, Bu, ngapain kalian ada di sini?"Baru saja aku mau menjawab pertanyaan Neng Risma, Wati malah keluar sambil memanggil Roni. Aku melihat raut muka Neng Risma langsung berubah drastis, tadinya ia begitu sumringah. Tapi saat ia melihat Wati keluar, sambil memanggil Roni. Neng Risma langsung terdiam, serta wajahnya berubah muram.Roni pun sepertinya kikuk, saat keadaan begini. Ia ketahuan oleh Neng Risma sedang bersama Wati, walau niatnya hanya sekedar menolong. Tapi pikiran Neng Risma mungkin berbeda persepsi, saat melihat Wati bisa bersama mantan istrinya. Karena aku juga pasti berpikir hal yang sama, jika melihat kekasih kita bisa bersama ma

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 58

    "Aku dan keluargaku telah tertipu, Bu. Mungkin semua ini terjadi sebagai teguran, terutama untukku karena selama ini aku selalu menghina dan merendahkan Ibu dan juga keluarga Ibu. Kini kami sudah tidak punya apa-apa lagi, semuanya habis seketika hingga tak bersisa. Rumah, perusahaan Papa dan semua aset sudah di sita oleh pihak Bank. Kami sekarang jatuh miskin, Bu," terang Wati."Innalilahi ... kok bisa sih, Wati, memangnya kenapa? Kenapa semuanya disita pihak Bank?" tanyaku lagi.Wati pun menjelaskan semuanya, jika ia dan keluarganya telah tertipu oleh Bapak dari janin yang sedang dikandungnya yang bernama Faisal. Ternyata pria yang kini telah berstatus suaminya Wati itu seorang penipu kelas kakap. Ia sudah sering menipu orang-orang kaya dan bukan cuma Wati dan keluarganya yang menjadi korban. Tapi ternyata juga sudah banyak perempuan yang menjadi korban Faisal tersebut. Bahkan diantara mereka, katanya rata-rata sudah pernah ditiduri oleh Faisal.Tapi hanya Wati yang sampai hamil da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status