Share

Bab 2

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-01 15:43:07

Wajah Wati terlihat memerah, sepertinya ia marah dan tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Reno adik iparnya tersebut.

"Maaf ya, Mbak Wati, aku menyarankan kalian pindah dari rumah Ibu ini, bukan karena aku ingin menguasai rumah ini seorang diri. Tapi karena aku merasa kasihan kepada Ibuku, yang selalu diperlakukan seperti babu oleh Mbak dan juga Mas Roni. Aku tidak terima, jika Ibuku yang sudah tua ini selalu kecapean karena harus mencuci dan memasak untuk kalian. Sedangkan Mbak yang menjadi menatu di rumah ini malah enak-enakan, serta selalu berdiam diri di kamar. Mbak tidak pernah mau membantu pekerjaan Ibu, taunya hanya makan dan menyimpan cucian kotor. Rasanya sudah cukup ya, Mbak, Ibuku melayani kalian. Jika memang Mbak tidak mau berubah, maka lebih baik tinggalkan rumah ini. Apalagi sekarang kalian sudah berumah tangga, sudah seharusnya kalian berdua belajar mandiri. Aku saja yang belum punya istri mau meladeni keperluanku sendiri, aku tidak pernah ya, membiarkan pakaian atau piring kotor bekas aku pake dicucikan oleh Ibu. Karena aku kasihan sama Ibu, aku takut Ibu sakit karena kecapean. Tapi kalian berdua malah menambah beban saja untuk Ibuku," tutur Reno panjang lebar, ia benar-benar mengungkapkan apa yang ingin ia katakan.

Mendengar penuturan Reno, wajah Wati bertambah merah padam. Suasana di dapur pun semakin panas, seperti akan ada ledakan dahsyat di sana.

"Kurang ajar kamu, Reno. Berani ya kamu menghakimi aku, dasar kalian keluarga miskin. Asal kalian berdua tau ya, aku di rumah orang tuaku itu tidak pernah melakukan pekerjaan apa pun karena semuanya dikerjakan oleh pembantu. Kalau di sini aku harus melakukan seperti apa yang dilakukan pembantu, bisa-bisa tanganku rusak. Percuma dong aku perawatan mahal-mahal, kalau hasilnya malah rusak karena harus mengerjakan pekerjaan rumah. Lebih baik aku kembali ke rumah orang tuaku dan pastinya keluargaku akan memutuskan pernikahanku dengan Roni. Jika semua itu terjadi, kalian jangan pernah menyalahkan aku. Karena kalian berdualah yang bersalah," sahut Wati, yang seolah menantang, sekaligus mengancam aku dan Reno.

"Dek, apa-apaan sih kamu, kok kamu bilang seperti itu sih? Lagian ya, mana pernah Mas memintamu mengerjakan pekerjaan pembantu. Kamu hanya cukup meladeni Mas aja, selain itu terserah Ibu saja karena dia yang memiliki rumah ini," ujar Roni membela dan membujuk istrinya.

"Mas, jadi kamu menganggap, kalau Ibu kita itu sebagai pembantu gratisan di rumahnya sendiri? Tega ya kamu bicara seperti itu kepada wanita, yang telah mengandung dan melahirkan kita. Bahkan ia telah membesarkan kita berdua tanpa ada sosok Bapak. Kamu telah dibutakan oleh perempuan yang tidak punya adab ini, Mas. Segera sadar, Mas, sebelum Allah murka kepadamu karena kamu telah berdosa terhadap Ibu." Reno menasehati Kakaknya, yang memang telah dibutakan mata hatinya oleh cinta.

Reno membelaku, ia tidak terima kalau aku dijadikan pembantu gratisan oleh anak dan menantuku. Roni dan Wati memang sudah keterlaluan. Selama ini aku selalu diam, bukan karena aku takut atau menerima diperlakukan seperti itu. Tetapi aku masih menghargai Wati dan menjaga perasaannya, makanya aku mengajak Roni untuk berbicara perihal sikap istrinya.

Tapi ternyata Roni malah membela sikap istrinya yang semaunya sendiri. Ia malah tidak memperdulikan perasaan aku lagi sekarang. Aku benar-benar kecewa dengan sikap Roni sekarang, tapi tidak mungkin juga aku berbuat kejam kepadanya untuk saat ini. Aku tetap sayang kepada Roni, sebab tadinya Roni juga tidak seperti itu.

"Reno, kamu itu jangan kurang ajar ya? Aku ini Kakak kamu, aku lebih tua dari kamu. Kamu harus sopan bicara sama orang yang lebih tua, dasar nggak punya adab. Lagian ya, siapa juga yang bilang kalau Ibu itu pembantu gratisan? Bukankah kamu sendiri yang bilang seperti itu," tanya Roni, sambil menunjuk wajah Reno.

"Mas, sepertinya Ibu sama adik kamu itu memang tidak suka dengan keberadaanku di rumah ini, makanya ia selalu mengungkit tentang kebiasaanku. Jadi lebih baik kita pergi saja dari sini karena aku nggak mau ya, kalau selalu dijadikan bahan ocehan. Lebih baik aku kembali tinggal di rumah orang tuaku, daripada tinggal di sini, tetapi selalu dipermasalahkan." Wati merajuk kepada suaminya, ia terlihat seperti orang yang teraniaya saat ini.

"Tidak seperti itu juga, Sayang. Bagaimana kata orang tuamu nanti, kalau sampai kita tinggal di rumahnya. Lagian ya, kalau kita pergi dari sini, sama saja kita mengakui kalau kita yang salah. Sudah biarlah mereka seperti itu, jangan kamu masukan ke dalam hati. Jangan pedulikan apa kata mereka, anggap saja hanya kita berdua yang ada di rumah ini. Karena memang ada hak Mas juga di rumah ini," bujuk Roni.

Ia mengajak istrinya untuk pergi dari dapur, sepertinya mereka berdua kembali masuk ke kamar mereka. Sebelum pergi, Wati melirik ke arahku sambil tersenyum miring seakan meledekku. Aku hanya bisa mengusap dada, serta tidak ada kesempatan mengungkapkan kata, pada saat mendengar dan melihat perlakuan anak dan menantuku tersebut.

"Tuh, Bu, Ibu sudah melihatnya sendiri kan, bagaimana Ibu itu tidak dihargai oleh Mas Roni dan juga Mbak Wati. Bahkan Mas Roni tega meminta Mbak Wati, supaya tidak menganggap keberadaan kita di rumah ini. Mas Roni itu sudah keterlaluan banget, Bu. Ia bukannya mendidik istrinya supaya merubah sikapnya, tetapi malah menyuruh istrinya, supaya tidak menganggap kita. Dasar suami gen-deng," sungut Reno.

"Iya, Reno, terus Ibu harus bagaimana lagi sekarang? Karena sepertinya Kakakmu itu memang sudah terpengaruh banget oleh istrinya. Bahkan nasehat Ibu pun tidak dihiraukan olehnya," tanyaku meminta saran anakku.

Bersambung ...

Bab terkait

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 3

    "Kalau Ibu mau menerima saran dariku, lebih baik Ibu jangan pernah lagi memasak dan mencucikan pakaian atau perabotan kotor bekas makan dan minum mereka. Biar mereka berpikir sendiri, bagaimana seharusnya orang yang sudah berkeluarga. Biar mereka tau, kalau Ibu bukanlah pembantu gratisan di rumah ini," ungkap Reno memberi saran.Ia berkata dengan setengah berbisik, seolah takut didengar oleh Wati dan juga Roni."Reno, apa Ibu memang harus mekakukan ini? Nanti Kakakmu malah akan bertambah marah sama Ibu, jika Ibu seperti itu," ujarku merasa ragu."Bu, memangnya Ibu mau sampai kapan diperlakukan seperti pemantu oleh mereka? Ingat ya, Bu, Mas Roni dan Mbak Wati tidak akan pernah mikir, kalau Ibu tidak bersikap tegas terhadap mereka. Anggap saja ini sebagai dasar untuk belajar mandiri, sebab yang namanya sudah berumah tangga harus siap dengan segala sesuatunya. Kalau mereka dibantu terus, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab dengan kehidupan mereka kedepannya, belum lagi jika nanti mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 4

    "Wati, kok kamu ngomongnya begitu sih? Memangnya kapan kamu memberikan uang belanja untuk Ibu? Kamu jangan suka berbohong, ya Wati. Kalau memang kamu mau mendapat pembelaan dari Roni boleh saja, tapi jangan sepert ini caranya. Kamu jangan pernah membuat Roni menjadi anak durhaka, yang selalu melawan terhadap Ibunya." Aku tidak terima saat Wati mengatakan, kalau aku selalu diberi uang belanja olehnya. Padahal kapan ia memberikan uang belanja padaku? Perkataanya ini seakan mau mengadukan aku dengan anakku sendiri. "Bu, Ibu ini sebenarnya maunya apa sih? Ibu kok sepertinya mau membuat hubungan aku dan juga Wati hancur ya? Ibu kayaknya tidak suka banget, kalau melihat aku dan Wati bahagia. Bahkan sekarang menuduh istriku tidak pernah memberikan uang belanja untuk Ibu. Maksudnya apa, Bu," tanya Roni dengan menatap nyalang kepadaku, tatapannya seperti Elang yang akan memangsa targetnya. "Bukan begitu, Roni, hanya saja Ibu memang tidak pernah menerima sepeserpun uang dari kamu maupun Wati

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 5

    "Iya, kami berdua memang tidak akan bisa melawan kamu, Mbak karena kamu memang ratunya de-mit. Tapi Mbak nggak perlu khawatir, sebab kalau untuk masalah perut aku dan Ibu, aku pasti akan berusaha supaya kami tidak kelaparan. Walaupun sekarang aku kerja dengan gaji kecil, tapi jika doa Ibu menyertaiku, aku yakin kok semuanya pasti akan berkah," sahut Reno.Aku merasa bahagia mendengar ucapan anak bungsuku, ternyata ia begitu peduli terhadap Ibunya. Reno juga seorang anak yang berbakti dan selalu mendambakan doa seorang Ibu, sehingga ia selalu menomersatukan perasaanku. Aku merasa senang sebab anakku yang satu ini, tidak mempunyai sifat yang sama dengan Kakaknya.Selain Reno pandai membuat hatiku bahagia, ia juga pintar untuk mengatai orang. Ia sampai mengatakan, kalau Wati seorang ratu de-mit. Selain itu Reno juga pintar sekali membuat orang naik pitam, bahkan sekarang ia berhasil membuat wajah Wati berubah seketika. "Reno, jaga bicara kamu ya! Aku ini bukan ratu de-mit tau, kalau kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 6

    "Wati, ada apa lagi kamu teriak-teriak begini? Ibu baru saja mau beristirahat, Wati, badan Ibu capek dan pada sakit," kataku.Aku terpaksa keluar dari kamar karena mendengar teriakan Wati yang begitu memekakan telinga."Ada apa ada apa, sok nggak merasa bersalah banget sih jadi orang? Bu, kenapa Ibu tidak mencuci pakaian aku dan juga Mas Roni? Aku kan jijik, Bu, kalau melihat pakaian kotor numpuk di kamar mandi. Itu juga cucian piring, kenapa masih ngejogrog aja di tempatnya? Kenapa tidak Ibu cucikan seperti biasanya sih? Pokoknya aku tidak mau tau ya, sekarang juga Ibu harus mencucikan baju aku dan juga bajunya Mas Roni sampai bersih. Jangan lupa cucikan juga itu piring kotor, ya Bu. Aku nggak mau, kalau Mas Roni datang dan melihat semuanya masih pada kotor," perintah Wati seenaknya."Wati, kok kamu makin ke sini makin kurang ajar ya sama Ibu. Aku ini orang tua suami kamu, mertua kamu, tapi kenapa kamu berani sekali main merintah-merintah aku, sudah seperti memberi perintah kepada

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 7

    Memang benar-benar kurang ajar si Wati itu, tidak ada sopan santunnya sama sekali kepadaku. Mana pantas selama ini ia memperlakukan aku seperti itu, sebab aku ini dianggap pembantu olehnya."Oh, jadi karena kedudukan aku dan Ibumu berbeda, sehingga kamu tidak pernah mau menghormati Ibu. Begitukan Wati?""Tepat sekali, Bu, memang karena itulah aku tidak menganggap Ibu sebagai mertuaku, apalagi mau disamakan seperti orang tuaku. Sadar diri dong, Bu! Memangnya Ibu punya apa, hingga mau disamakan derajatnya dengan orang tuaku? Kalian berdua itu jelas-jelas berbeda dan sampai kapanpun aku tidak akan mau menggirmati Ibu. Jangankan aku yang orang lain, Mas Roni yang anak Ibu saja menganggap Ibu sebagai pembantu kan? Buktinya selama ini ia selalu membiarkan Ibu yang mencucikan pakaian dan perabotan kotor bekas kami. Bahkan ia membiarkan saja, dalaman bekas kami bercinta dibersihkan oleh Ibu. Makanya, Bu, jangan menyuruh aku untuk menghormati Ibu. Sedangkan anak Ibu sendiri tidak menghormat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 8

    Memang benar apa yang dikatakan oleh Wati, kalau aku tidak mempunyai bukti atas perlakuan kasar Wati terhadapku barusan. Jadi mana mungkin Roni mau percaya kepadaku, yang ada aku yang akan diomeli olehnya. Andai saja aku mempunyai handphone, pasti akan aku vidiokan semua kejadian barusan. Atau di rumah ini ada CCTV di rumah ini, sudah pasti aku mempunyai bukti akurat tentang kekerasan yang Wati lakukan padaku."Kamu jah-at, Wati, kamu memang menantu dur-haka," sungutku.Aku merasa sakit hati diperlakukan kasar oleh istri anakku sendiri, andai saja dulu Roni mau mendengar perkataanku, mungkin semuanya tidak akan seperti sekarang. Tapi kini nasi telah menjadi bubur, Roni telah menikahi Wati walaupun tanpa persetujuanku. "Iya, Bu, aku ini memang ja-hat, makanya Ibu jangan macam-macam sama aku. Aku juga tidak peduli ya, Bu, walau dicap menantu dur-haka oleh mertua seperti Ibu. Lagian ya, semua ini salah Ibu. Coba saja Ibu tidak berulah dan ikut campur dengan kebiasaanku, mungkin aku j

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 9

    Lagi dan lagi Wati mengancamku, hingga membuat aku tidak berdaya. Tapi walau dalam keadaan yang tidak berdaya, aku tetap akan berusaha mencari bukti tentang kesalahannya. Bahkan kini aku merasa, kalau Wati itu seorang psi-kopat. Karena ciri-cirinya juga begitu banyak, contohnya saja saat ini. Wati akan berubah kasar dan tidak segan melukaiku, jika tujuannya tidak tercapai."Wati, Ibu mau nanya deh sama kamu, kata Roni suka memberi uang belanja untuk Ibu dan katanya selalu dititipkan sama kamu. Boleh kan kalau sekarang Ibu minta untuk membeli apa yang kamu mau," tanyaku walau dengan hati ragu."Apa maksud perkataan, Ibu? Ibu mau meminta uang, yang Mas Roni titipkan kepadaku? Ya tidak bisalah, Bu, orang uangnya juga sudah habis, sebab aku telah membelanjakan uangnya untuk membeli peralatan make up dan juga nyalon. Karena aku pikir daripada uangnya aku kasih kepada Ibu, lebih baik aku belanjakan saja untuk keperluanku. Lumayan kan untuk menambah uang bulanan dari Mas Roni, yang memang

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 10

    "Aku tahu, ya dari menantu Ibu sendiri lah, Bu Reni. Karena Wati itu kan punya media sosial, banyak kok warga kita yang berteman dengannya. Asal Bu Reni tau ya, hampir setiap hari ia mengeluh tentang kedzoliman Ibu terhadap dia. Makanya tadi aku langsung curiga, saat mendengar keributan di dalam rumah. Tapi Ibu benar kan tidak berbuat macam-macam terhadap Wati," tanya Bu Sari lagi.Sepertinya ia benar-benar curiga, serta tidak percaya terhadap perkataanku, yang bilang tidak ada apa-apa. Rupanya Wati dengan sengaja membuat citraku jelek, hingfa membuat aku dicurigai oleh tetanggaku sekarang. Rupanya aku telah kecolongan, sebab ternyata menantuku telah menyebarkan fitnah untukku melalui media sosial. Hingga aku tidak menyadarinya, kalau aku saat ini sedang menjadi trending tofik di kampungku sendiri."Ya ampun, Bu, demi Allah aku sama sekali tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan Ibu atau orang-orang, Bu. Ini pasti ada kesalah pahaman deh,""Kesalah pahaman apa maksud Ibu?

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25

Bab terbaru

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 66

    "Wa ... Wati ...," lirihku."Iya, Mas, itu benar Mbak Wati. Tapi kok ia mau ngapain datang ke sini, bahkan datang sepagi ini di sini? Apa kamu memintanya supaya datang ke sini ya, Mas?" tanya Risma dengan raut wajah yang nampak curiga terhadapku."Sayang, kamu itu ngomong apaan sih? Mana mungkin, Mas meminta Wati datang ke sini! Lagian untuk apa coba, Mas menyuruhnya datang? Kamu mah ada-ada saja, Yang," sahutku berusaha memberi penjelasan kepada Risma, kalau aku tidak tahu-menahu tentang kedatangan Wati ke hotel tempat menginap kami."Lalu untuk apa dia datang ke sini dan dari mana dia tahu kalau kita ada di sini?" tanya Risma lagi, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ya mana Mas tahu, Sayang. Mungkin dia sengaja datang ke hotel ini karena ada urusan sendiri, bukan mau menemui Mas," pungkirku lagi.Karena memang kenyataannya aku tidak ada urusan dengan Wati, apalagi sampai menyuruhnya untuk datang ke hotel tempat bulan madu aku dan Risma. Aku juga sebenarnya

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 65

    "Nggak kok, Mbak. Aku nggak kedinginan, sebab aku berdua ma suami. Mungkin Mbak kedinginan karena Mbaknya sendirian," sahut Risma, sambil tangannya menggandeng erat tanganku."Hee ... He, iya kali ya, Mbak" ujar perempuan tersebut, sambil terkekeh dan kembali mengerlingkan matanya padaku.Karena aku takut khilaf, lalu aku pun menjauh dari wanita tersebut. Kini Risma lah, yang berada di samping wanita genit itu. Karena aku tidak mau istriku salah paham nantinya, sebab wanita ini sudah berani menggodaku, padahal kami baru saja bertemu.Aku tidak mau karena wanita yang tidak jelas ini, keharmonisan rumah tanggaku yang baru saja aku bangun akan menguap begitu saja. Sementara sangat susah mencari wanita seperti Risma ini. Mungkin hanya ada beberapa saja, wanita yang nyaris sempurna seperti Risma. Risma istriku bukan hanya cantik rupa, serta postur tubuhnya yang menggoda, tetapi ia juga memiliki hati yang baik. Dan yang paling utama, ia sangat menyayangi Bapak ibuku, yang merupakan me

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 64

    Season 2"Mas, alhamdulillah ya, acara pernikahan kita berjalan dengan lancar. Semoga saja pernikahan kita ini langgeng dan bisa menjadi keluarga yang SAMAWA ya, Mas!" Risma berkata, saat aku baru saja duduk di atas kasur dan berada di sampingnya. "Iya, Sayang, semoga ya," ucapku, sambil mengusap pucuk kepala wanita, yang baru tadi siang aku jadikan dia istri. Ia membuka percakapan, setelah aku selesai bersih-bersih dan berganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Ini adalah kali pertama aku bisa tidur bersamanya, setelah hampir satu tahun lamanya kami menjalin kasih.Walaupun aku sudah pernah menjalani pernikahan, dengan istri pertamaku yang bernama Wati. Tapi tetap saja dadaku berdegup kencang, saat akan menjalani ritual malam pertama seperti sekarang ini. Risma pun aku lihat sudah siap, bahkan ia bepenampilan seksi seakan sengaja menggodaku. Ia bahkan begitu manja padaku, membuat napasku bertambah sesak dibuatnya."Mas, apa kamu sakit? Kok kamu keluar keringat dingin begitu, bahk

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 63.

    Bab 42"Iya, Marni, ada apa lagi kamu menelponku? Bukannya sudah jelas ya, kalau kita itu sudah tidak sepaham!" Mas Romli berkata dengan nada tinggi.Rupanya yang meneleponnya barusan adalah istrinya, yang kemarin melabrak keluargaku untuk meminta apa yang sudah diberikan Mas Romli untuk Roni dan Reno. Aku dan kedua anakku yang sedang sarapan sampai berhenti, kami bertiga malah fokus mendengarkan Mas Romli, yang sedang berbicara dengan istrinya.Kami bertiga fokus melihat gerak-gerik Mas Romli, yang bicaranya dengan begitu emosi. Aku yang tadinya tidak tahu permasalahannya kini menjadi tahu. Ternyata Mas Romli saat ini sedang ada permasalahan dengan istrinya. Pantes aja pagi-pagi ia sudah ada di rumahku, padahal seharusnya saat ini ia sedang sarapan bersama keluarganya. "Pokoknya aku tidak mau, Marni! Karena apa yang telah aku berikan itu adalah hak kedua anakku. Mereka itu sudah sepantasnya mendapatkan semua itu, apalgi aku telah menelantarkan mereka demi kamj. Jadi sudah sepantasny

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 62

    "Itu lho, Mas, mereka berdua berbeda sifat dan karakternya. Mbak Risma itu orangnya baik dan juga sopan, sama Ibu juga sayang banget. Ia juga bahkan tidak segan mau membantu Ibu. Sedangkan Mbak Wati kebalikkannya," sahut Reno menjelaskan."Oh ... tentang itu, aku kira apaan? Apa yang kamu bilang memang benar, Reno. Wati dan Risma itu dua orang yang karakternya berbanding terbalik. Sayang sekali memang, aku baru bisa mengungkapkan perasaan akunya sekarang. Tapi aku masih beruntung, Ren, sebab sampai saat ini Risma-nya ternyata belum menjadi milik siapa-siapa." Roni membenarkan perkataan adiknya tersebut. Memang benar adanya, jika Neng Risma itu istimewa, sebab aku sudah merasakan sendiri bagaimana baiknya dia, serta rasa pedulinya padaku. Aku akan merasa sangat bahagia, jika memang dia bisa bersanding dengan Roni dan menjadi menantuku. "Hayo, kalian sedang ngomongin apa? Sedang ngomongin aku ya," tanya Neng Risma, yang nongol dari pintu dapur."Is, siapa yang sedang ngomongin kamu s

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 61

    "Maaf, Bu, Ibu ini siapa ya? Kok Ibu berani sekali berteriak dan berkata kasar di depan rumah kami," tanya Roni."Siapa kamu berani berkata seperti itu? Apa kamu anaknya Mas Romli, yang dari mantan istrinya? Aku ini istrinya Mas Romli, aku mau minta sama keluarga mantan istri suamiku, supaya mengembalikan semua harta benda yang diberikan olehnya. Karena itu hak aku dan juga anakku," ujarnya dengan raut muka yang penuh emosi."Maaf ya, Bu, tapi apa yang diberikan Bapak untuk kami itu hak kami! Karena selama ini beliau tidak pernah memberikan kami nafkah sedikitpun, terhitung dari semenjak Bapak menikahi Ibu." Roni menjawab ucapan perempuan, yang memang istrinya Mas Romli.Mendengar perkataan Roni, perempuan itu semakin tidak terkontrol. Ia malah berteriak-teriak tidak karuan, sehingga membuat para tetanggaku datang untuk melihat perdebatan ini. Aku pun berbisik kepada Reno, supaya ia menelepon Bapaknya dan memberitahu Mas Romli, kalau ada istrinya sedang membuat rusuh."Bu Reni, ini a

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 60

    "Risma, nanti Mas jelaskan semuanya, kenapa Wati bisa ada di sini ya. Sekarang kita masuk dulu yuk, ada teman Mas juga di dalam. Ia yang merupakan pemilik rumah ini," ajak Roni.Neng Risma pun ikut masuk, padahal Sepertinya ia mau pergi. Mungkin ia merasa penasaran, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pas masuk ke rumah, ternyata masih ada perabotan rumah walaupun sudah tidak lengkap. Tapi paling tidak rumahnya tidak terlalu kosong saat akan ditempati, sebab keluarga Wati hanya membawa koper saja.Ruangannya juga luamayan luas, ruang tamu saja sekitar tiga kali empat meter, sedangkan kamar masing empat meter persegi. Kamarnya juga ada tiga, jadi keluarga Wati bisa leluasa menempati rumah ini, wakaupun tidak semegah dan semewah rumah mereka sebelumnya. Tetapi rumah ini juga lebih besar, jika dibanding dengan rumahku."Roni, kebetulan rumah ini selalu dibersihkan setiap hari, jadi sudah bisa langsung ditempati ya rumahnya," ungkap pemilik rumah yang aku tidak tahu namanya siapa."Oh i

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 59

    Aku pun menengok ke arah suara tersebut dan begitu kagetnya aku, saat melihat ternyata yang memanggil Roni adalah Neng Risma. Ia berjalan menuju ke arah kami."Neng Risma, kamu ada di sini?" tanyaku."Iya, Bu, barusan aku lewat sini dan melihat ada mobil Mas Roni, makanya aku samperin," sahut Neng Risma, kemudian ia balik bertanya padaku, "oh iya, Bu, ngapain kalian ada di sini?"Baru saja aku mau menjawab pertanyaan Neng Risma, Wati malah keluar sambil memanggil Roni. Aku melihat raut muka Neng Risma langsung berubah drastis, tadinya ia begitu sumringah. Tapi saat ia melihat Wati keluar, sambil memanggil Roni. Neng Risma langsung terdiam, serta wajahnya berubah muram.Roni pun sepertinya kikuk, saat keadaan begini. Ia ketahuan oleh Neng Risma sedang bersama Wati, walau niatnya hanya sekedar menolong. Tapi pikiran Neng Risma mungkin berbeda persepsi, saat melihat Wati bisa bersama mantan istrinya. Karena aku juga pasti berpikir hal yang sama, jika melihat kekasih kita bisa bersama ma

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 58

    "Aku dan keluargaku telah tertipu, Bu. Mungkin semua ini terjadi sebagai teguran, terutama untukku karena selama ini aku selalu menghina dan merendahkan Ibu dan juga keluarga Ibu. Kini kami sudah tidak punya apa-apa lagi, semuanya habis seketika hingga tak bersisa. Rumah, perusahaan Papa dan semua aset sudah di sita oleh pihak Bank. Kami sekarang jatuh miskin, Bu," terang Wati."Innalilahi ... kok bisa sih, Wati, memangnya kenapa? Kenapa semuanya disita pihak Bank?" tanyaku lagi.Wati pun menjelaskan semuanya, jika ia dan keluarganya telah tertipu oleh Bapak dari janin yang sedang dikandungnya yang bernama Faisal. Ternyata pria yang kini telah berstatus suaminya Wati itu seorang penipu kelas kakap. Ia sudah sering menipu orang-orang kaya dan bukan cuma Wati dan keluarganya yang menjadi korban. Tapi ternyata juga sudah banyak perempuan yang menjadi korban Faisal tersebut. Bahkan diantara mereka, katanya rata-rata sudah pernah ditiduri oleh Faisal.Tapi hanya Wati yang sampai hamil da

DMCA.com Protection Status