Bab 84. DI TODONG PULUHAN SENJATA API “Untuk apa teriak-teriak, tak ada gunanya kamu berteriak sampai tenggorokannya kering. Semua satpam lemahmu sudah saya habisi dan tidak bisa mendengar teriakanmu!” Wahyudi berkata dengan datar, wajahnya menunjukkan ekspresi menghina kearah Yitno. Wahyudi sama sekali tidak memandang kearah Darko dan yang lainnya, dia sudah tahu kalau tiga orang ini berasal dari perusahaan Investasi Cahaya Timur Group yang sedang menawarkan kerjasama. Darko juga belum bergerak, dia tetap duduk diam tanpa bersuara. Darko juga memberi isyarat ke Trimo untuk terus pura-pura tidak melihat Wahyudi dan anak buahnya. Trimo dan bawahannya segera melanjutkan memeriksa dokumen di depannya tanpa memperdulikan Wahyudi. Sementara itu Yitno tampak sangat terkejut mendengar perkataan Wahyudi, kalau benar seluruh satpam sudah di lumpuhkan Wahyudi, maka dia sudah tidak bisa melakukan apapun. “Apa yang kamu lakukan dengan para Satpam?!” “Ha ha ha ha tid
Bab 85. MENCENGANGKAN Kemudian Darko memutar tubuh Wahyudi menghadap kearah anak buahnya. Seketika semua anak buahnya melihat ekspresi kesakitan di wajahnya. Sepasang mata Wahyudi mendelik dan memerah karena otaknya kekurangan oksigen. Wajahnya menghitam seakan nyawanya tidak akan lama lagi. “Kalian sudah melihat wajah orang ini, apa kalian ingin melihat leher orang ini patah?”Suara Darko sangat dingin, seakan suara yang dikeluarkannya berasal dari neraka. Semua anak buah Wahyudi seketika gemetar menahan marah bercampur rasa ngeri melihat Bossnya akan segera mati di tangan Darko. “Saya hitung sampai tiga, kalau kalian tidak meletakkan semua senjata di depan saya. Maka… nyawa Boss kamu akan melayang..” “Satu… du…”Baru juga menghitung belum sampai dua, semua orang sudah melemparkan senjata api di tangannya ke hadapan Darko. Di hadapan Darko seketika ada gunungan senjata api dan tongkat besi yang menumpuk. Direktur Yitno,Trimo dan asistennya menatap denga
Bab 86. PEMBANTAIAN BESAR-BESARAN Tubuh Darko berkelebat bagai cahaya melayangkan tinjunya ke arah ratusan preman yang berjaga di dalam dan luar perusahaan PT Marconi. Sekali pukul tubuh para preman yang hanya menguasai sedikit ilmu beladiri langsung melayang dan pingsan dengan dada cekung, wajah hancur dan tangan serta kaki yang patah. Hanya dalam hitungan menit ratusan preman yang awalnya sangat galak dan mendominasi, kini tergeletak tak berdaya. Trimo dan asistennya sampai tak bisa bernafas melihat kehebatan Darko saat membantai para preman ini. Kecepatan yang di perlihatkan Darko sangatlah menakjubkan, mereka berdua seakan sedang melihat adegan film superhero di film action. Setelah membereskan semua preman, Darko segera melambai ke arah Trimo untuk melanjutkan perjalanannya ke tempat parkir. “Ayo kita kembali, brandal-brandal tak berguna ini sudah saya beri pelajaran.” Trimo dan asistennya tampak gugup saat Darko menyuruhnya pergi. Mereka
Bab 87. ES DAWET AYU BANJARNEGARA “Hei, apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu tahu harga pakaian ini? Kalau sampai kotor atau rusak, apa kamu bisa menanggungnya?” Pelayan wanita ini sangat marah dan langsung mendorong bahu Darko agar menjauh dari pakaian mahal ini. Tentu saja Darko sangat terkejut ketika tiba-tiba ada orang yang mendorong tubuhnya. Dengan reflek tangannya mengibas, seketika tubuh pelayan wanita ini terbang bagai daun kering sejauh sepuluh meter. Marketing wanita ini langsung shock begitu tubuhnya melayang sesaat sebelum tangannya menyentuh bahu Darko. “Aaaa….!!”Jeritan melengking mengiringi tubuh marketing wanita ini yang terbang melintasi etalase pakaian. Tubuhnya terbang setinggi tiga meter di atas lantai dan jatuh dengan keras menghantam deretan pakaian yang tertata di bawahnya. Semua pengunjung SuperMall dan para karyawan SuperMall ini menoleh ke arah sumber suara. Mereka sangat terkejut melihat ada orang yang terbang begitu saja mele
Bab 88. MALAIKAT TAK BERSAYAP Sepanjang perjalanan sopir taksi tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Darko yang sudah mengganti kerusakan gerobak es Dawet Ayu Banjarnegara yang ditabraknya. Ternyata asal Es Dawet Ayu Banjarnegara dari kabupaten Banjarnegara yang merupakan kota kecil di provinsi Tengah. Setelah mendengar ucapan terimakasih dan cerita sopir Taksi, Darko kembali memandang ke luar jendela taksi untuk mengamati situasi di kota Silangit ini. Tanpa terasa hari sudah mulai gelap, setelah seharian keliling kota Silangit. Darko membayar ongkos taksi dengan segepok uang kertas seratus ribuan. “Ini ongkosnya.” “Tuan, ini terlalu banyak.” “Sudah ambil saja, saya berterimakasih sudah di ajak keliling kota Silangit.”Setelah membayar ongkos taksi, Darko berjalan ke arah lobby hotel bintang lima sesuai saran sopir taksi. Sopir taksi meneteskan airmata sambil menciumi uang dari Darko. Sebenarnya ongkos taksinya kurang dari tiga juta rupia
Bab 89. CASSIE Setelah merasa puas memeriksa isi cincin spiritualnya, Darko segera memejamkan matanya dan tak lama kemudian sudah tertidur pulas. Tok tok tok… Keesokan paginya, baru juga membuka mata. Pintu kamarnya sudah ada yang mengetuknya dari luar. Ternyata Darko tidurnya sangat nyenyak hingga bangun kesiangan. “Siapa yang pagi-pagi membuat berisik mengganggu tidurku saja?”Dengan rasa malas, Darko bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri pintu kamar hotel tempat dia menginap. “Siang kak, tidurnya sepertinya sangat nyenyak?”Ternyata yang mengetuk pintunya adalah Bambang, dia sudah berdiri di depan pintu selama dua jam menunggu Darko bangun. Akan tetapi kesabarannya sudah habis, sehingga dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar tempat Darko menginap. “Kamu ya Mbang? Ada apa, pagi-pagi ngebangunin aku?”Dengan mata yang masih memerah sebagai tanda baru saja bangun, Darko bertanya kepada Bambang dengan ekspresi malas. “Maaf kak, say
Bab 90. SNIPER “Perkenalkan, kami adalah pengawal keluarga Martapura di kota Silangit, sedangkan nona Cassie adalah cucu tunggal dari tuan Niko Martapura bin Abbas Martapura. Mendengar perkataan pria paruh baya, secara sama Darko tahu bahwa ini adalah masalah keluarga. Awalnya dia memang ingin membantu Cassie, akan tetapi setelah mendengar perkataan pria paruh baya ini dia pun berubah pikirannya. Darko memandang Cassie sambil mengangkat bahunya, sebagai tanda kalau dia tidak bisa membantunya. Cassie yang melihat sikap Darko yang tidak ingin menolongnya, wajahnya segera menjadi suram, kemudian dia berkata sambil berteriak dengan emosi. “Mereka ini berbohong, meskipun mereka pengawal keluargaku akan tetapi mereka sama sekali tidak di bawah perintah kakekku!” Mendengar perkataan Cassie, kening Darko berkerut. Dia menatap pria paruh baya dan keempat rekannya dengan tatapan penuh selidik. “Apa benar, apa yang dikatakan Cassie?”Pria paruh baya ini tidak
Bab 91. KABUR Sementara itu sebelumnya Darko sudah menggandeng Cassie untuk meninggalkan warung bubur ayam, ketika kelima orang yang ingin membawa pergi Cassie sedang kesakitan. Setelah meninggalkan warung bubur ayam, Darko membawa Cassie menaiki mobil yang dikemudikan Bambang. Sedari tadi Bambang memang sengaja tidak mengikuti Darko ke warung bubur ayam, dia tetapi stand by menunggu di dalam mobil dengan mesin masih menyala. Maklumlah, Bambang sejak awal sudah sarapan sehingga tidak menemani Darko membeli bubur ayam. “Jalan.”Darko memerintahkan Bambang untuk segera meninggalkan tempat ini, begitu dia masuk kedalam mobil bersama Cassie. Sementara itu Cassie tampak terkejut saat masuk kedalam mobil yang dikemudikan Bambang. Perasaan takut serta curiga seketika mendatanginya. Dengan curi-curi pandang, Cassie menatap kearah Darko dan Bambang secara bergantian. Cassie terasa bimbang, dia berpikir, ‘Kenapa dia mengikuti pemuda yang baru dikenalnya ini?’
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia