Bab 48. UANG UNTUK MEMBAYAR NYAWA Setelah menghela nafas dengan berat, tuan Sugiarto segera memanggil pelayan kepercayaannya yang lain. “Derrick, ambilkan tas kerjaku.” “Baik tuan.”Setelah menjawab perintah tuan Sugiarto, pelayan segera pergi meninggalkan kamar tuan Sugiarto menuju kamar kerjanya. Tak lama kemudian Derrick sudah kembali dengan membawa tas kerja di tangannya. Setelah menerima tas kerjanya, tuan Sugiarto segera mengambil sebuah kartu Bank berwarna hitam yang ada simbol diamond di atasnya dan menyerahkan ke Darko. “Tuan dokter, hanya ini yang bisa saya berikan. Semoga tuan dokter bisa bermurah hati menerimanya.” Semua orang nampak terpana melihat kartu Bank yang diberikan tuan Sugiarto kepada Darko. Mereka tahu betapa banyaknya uang yang tersimpan di dalam kartu hitam itu. Tuan Sugiarto memang sengaja memberikan kartu Bank miliknya kepada Darko, alasannya ada dua. Yang pertama sebagai ucapan terima kasih atas pertolongannya, yang
Bab 49. PRAMUDYA STEEL Setelah turun dari mobil Angeline, Darko berdiri di halte bus menunggu mobil yang dikemudikan Angeline pergi meninggalkannya. Sesaat setelah mobil Angeline pergi, datang sebuah bus Kota yang berhenti untuk menurunkan penumpang. Darko segera menaiki bus yang berhenti di depannya dan duduk di bagian belakang bus yang cukup padat dengan penumpangnya. Bus kota melanjutkan perjalanannya sesuai rute, sementara Darko duduk didekat jendela memperhatikan lalu lalang lalu lintas di luar bus dengan datar. Darko sama sekali tidak memperdulikan keadaan di dalam bus hingga akhirnya bus kota berhenti di pemberhentian terakhir dan masuk ke terminal bus Kota Mandiraja. Pengemudi bus kota berteriak mengingatkan para penumpang kalau tujuan bus sudah berakhir, penumpang diharuskan keluar dari bus. Turun dari bus, sepasang mata Darko menatap sekeliling terminal dengan seksama. Banyak penumpang yang sedang duduk di kursi tunggu sambil memegang ponsel di
Bab 50. WANITA GILA “Perusahaan ini merupakan salah satu dari perusahaan milik tuan Sugiarto.”Mendengar jawaban Boss Yatin, wajah Darko langsung berubah. Ternyata pabrik baja yang begitu besar merupakan salah satu perusahaan milik tuan Sugiarto. “Apa dokter mau melihat-lihat ke dalam pabrik?”Boss Yatin kembali berkata setelah melihat perubahan di wajah Darko. Mendengar tawaran Boss Yatin segera saja dia menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bagaimanapun dia tidak punya kegiatan sehingga melihat-lihat keadaan pabrik baja milik tuan Sugiarto tentu bisa mengisi waktu luangnya. Wajah kedua satpam itu yang sebelumnya menghardik menjadi jelek, mereka tidak menyangka kalau pemuda yang di ejeknya malahan di sambut Boss Yatin dengan sikap yang begitu hormat.; Tanda tanya besar terlukis di wajah mereka, Dalam hati bertanya-tanya siapakah pemuda di depannya ini? Tubuh mereka berdua bergetar dan menundukkan wajahnya dengan gugup. Tentu saja mereka takut ketidak sopanan seb
Bab 51. SATU TRILIUN Penumpang mobil mewah ini terlihat sangat senang melihat Darko yang sedang duduk di tepi jalan sambil melemparkan uang kertas sepuluh ribuan sebanyak sepuluh lembar. “Ambil uang itu untuk beli makan, kalau mau mengemis duduk di tempat ramai. Jangan duduk di tempat sepi seperti ini. Untung kamu bertemu dengan kami, ha ha ha ha….!” Darko menatap kearah orang yang sedang berteriak kepadanya, seketika mukanya menjadi jelek. Darko sangat mengenal orang yang ada di mobil mewah sambil mengejeknya. Ternyata orang itu adalah Rinto Wibisono pamannya Angeline, Rinto duduk di kursi belakang dan kaca pintunya terbuka. Sementara di sampingnya ada seorang wanita cantik yang menemaninya. Setelah tahu siapa orang yang mengejek sambil melemparkan uang kertas sepuluh ribuan kearahnya, Darko segera berdiri dan mengambil semua uang itu yang berserakan. Kemudian uang itu dia kepal menjadi bola kemudian dilemparkan kembali ke arah Rinto dan tepat mengena
Bab 52. IKUT ANTRI PELAMAR KERJA Darko tidak memperdulikan keanehan ini, dia langsung pergi ke dapur begitu masuk ke apartemen dan sibuk memasak untuk makan malam mereka sekeluarga. Malamnya Darko melihat wajah istrinya sangat aneh sebelum tidur, tidak biasanya Angeline wajahnya terlihat penuh tekanan saat pulang kerumah. Biasanya meski seberat apapun tekanan di tempat kerja, dia akan berwajah cerah setelah sampai ke rumah. “Apa ada masalah di tempat kerja?” Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang mengagetkan Angeline yang sedang membaringkan tubuhnya. “Untuk apa tanya-tanya, urusi saja urusanmu sendiri!” Angeline berkata dengan ketus setelah mendengar perkataan Darko, dia sama sekali tidak bersikap ramah dengannya. Darko yang mendengar nada suara istrinya begitu ketus akhirnya terdiam dan tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Percuma saja mengajak bicara Angeline kalau jawabannya begitu ketus. “Hari ini kamu pergi kemana saja? Apa kamu keluyu
Bab 53. PRESDIR Satu persatu antrian pelamar kerja memasuki gedung perusahaan PT Bintang Utama. Para pelamar sangat antusias untuk di terima bekerja di perusahaan ini. Apalagi mereka sangat mengenal perusahaan Real estate dan Transportasi yang sudah sangat tua di kota Mandiraja. Karena Darko berpakaian sederhana, sehingga semua pelamar menganggapnya sebagai bagian dari mereka. Beberapa pelamar terlihat sangat sombong dengan pakaian kerja yang cukup bagus. Sementara itu pelamar kerja yang berpakaian sederhana seperti Darko terlihat lebih ramah. Mereka menyapa dan mengajak ngobrol Darko, membuat Darko menjadi terhibur bertemu dengan orang-orang dari kalangan pekerja. Akhirnya tiba giliran Darko untuk masuk ke ruang HRD. Satpam yang bertugas mengatur antrian sama sekali tidak menanyakan CV maupun surat lamaran kerja Darko. Di perusahaan yang baru di akuisisinya memang sedang membutuhkan banyak karyawan baru yang akan mengisi berbagai posisi dari tingk
Bab 54. BERCINTA DI KAMAR MANDI Pelayan ini semakin bingung dan bertanya-tanya, setelah melihat sikap ketiga pria yang memakai pakaian kerja profesional berjalan di belakang Darko dan terlihat sangat menghormatinya. Mereka berempat kembali ke perusahaan Bintang Utama, kali ini Darko ingin melihat-lihat seluruh lingkungan perusahaan. Salah seorang karyawan menemani Darko berkeliling di perusahaan, sementara kedua karyawan HRD melanjutkan sesi wawancara. Darko datang ke bengkel bagian belakang perusahaan, di hadapannya berjejer puluhan truk dan bus yang sudah cukup berumur. Darko sampai geleng-geleng kepala melihat kondisi kendaraan ini, bagaimana perusahaan tidak akan mengalami pailit kalau truk dan busnya sudah tua dan modelnya juga ketinggalan jaman. Darko berjalan mendekat kearah truk dan bus yang teronggok di garasi bagian belakang. Saat sedang berjalan masuk kebagian belakang dia terkejut ketika telinganya mendengar suara desahan wanita dari
Bab 55. PENJAHAT CABUL “Hallo sayang, maaf aku diluar kota.” “Di luar kota? Apa yang kamu lakukan?”Angeline bertanya dengan rasa curiga, karena tidak biasanya Darko pergi keluar kota selama mereka menikah. ‘Apakah Darko kembali ke militer dan tidak merasa kerasan tinggal bersamanya?’ Tanda tanya besar berkecamuk di pikiran Angeline yang menduga-duga sendiri. Kemudian terdengar suara Darko yang meminta maaf padanya. “Maaf saya ketiduran di pantai, untung kamu menelepon jadi tidurnya tidak sampai pagi.” “Kamu ini, cepat pulang! Ibu dan ayah menunggu masakan yang di buat kamu.”Setelah memerintahkan Darko untuk segera pulang, panggilan ditutup oleh Angeline yang merasa kesal dengannya. Darko garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal setelah mendengar perkataan istrinya, dia bingung dengan wanita. ‘Apakah mereka menyuruhnya pulang hanya untuk memasak, apakah mereka tidak mengkhawatirkan keselamatannya?’ Darko tertawa sendiri memikirkan hal ini. Setela
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia