Bab 216. ANGELINE VIDEO CALL DENGAN ORANG TUA DARKO Akhirnya tanpa daya Darko menuruti permintaan ibunya. Akan tetapi alih-alih memakai ponsel ibunya untuk menelepon Angeline, Darko malah menggunakan ponselnya sendiri. Widyawati sama sekali tidak peduli Darko tidak memakai ponselnya untuk menelepon Angeline. Baginya yang penting Darko mau menelepon Angeline sang menantu yang sangat dirindukan. Drrt… drrt… drrt…Saat ini di kamar VVIP Rumah Sakit Umum Daerah kota Mandiraja, ponsel Angeline yang ada di dekat tempat tidurnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Untungnya ponsel Angelina yang ada di dalam tas, tidak hancur pada saat kecelakaan itu sehingga pada saat ini masih bisa digunakan. Oleh dokter, ponsel dan tas Angeline diamankan dan langsung diserahkan ke Rossa setelah tahu kalau Rossa adalah orang tuanya. “Bu, tolong ambilkan ponsel Angeline.”Rossa segera mengambilkan ponsel Angeline yang ada di meja kecil dekat tempat tidur Rumah Sakit.
Bab 217. WIDYAWATI MENJENGUK ANGELINE Widyawati segera menolak saran yang diberikan Angeline. Sebagai seorang wanita dan lebih utamanya sebagai ibu mertua, tentu saja Widyawati langsung terketuk hatinya mengetahui menantunya sedang sakit. “Bu, saya benar-benar baik-baik saja. Ibu tidak perlu menjengukku. Ibu kota sangatlah jauh, saya tidak ingin merepotkan ibu.” “Angeline, apa yang kamu katakan? Biar orang tua Darko menjengukmu. Ibu juga ingin bertemu dengan orang tua Darko, seperti apa mereka. Apakah seperti Darko yang miskin.” Terdengar suara Rossa dari samping Angeline, seketika membuat ekspresi wajah Widyawati langsung berubah. Angeline yang mendengar perkataan Rossa yang sinis, membuatnya merasa bersalah dengan Widyawati. Sementara itu Widyawati yang mendengar perkataan Rossa langsung tahu, seperti apa sifat mertua Darko. Barulah dia memahami kenapa Darko selalu berpakaian sederhana saat di rumah mertuanya. Ternyata Darko ingin melihat sifat
Bab 218. PELUKAN HARU Kedatangan Darko bersama Widyawati menarik perhatian pengunjung Rumah Sakit. Yang menarik perhatian semua orang bukan dengan sosok Darko yang sudah berpenampilan sederhana lagi. “Lihat siapa wanita kaya yang sedang berjalan itu, kamu kalian kenal?” “Saya baru melihatnya, apa dia salah satu konglomerat di kota Mandiraja ini?” “Saya rasa bukan, saya sangat tahu siapa saja konglomerat yang ada di kota Mandiraja. Mungkin wanita itu dari luar kota.”Para pengunjung yang melihat Widyawati saling berkomentar. Akan tetapi sosok Widyawati yang sangat elegan dan berkharisma. Meskipun pakaian yang dikenakan Widyawati pada saat ini tidak terlihat mewah, bahkan cenderung sederhana. Akan tetapi sesederhananya pakaian yang dikenakan Widyawati merupakan hasil rancangan desainer nasional yang harganya ratusan juta rupiah. Sementara kedatangan mereka membuat beberapa pengunjung Rumah Sakit langsung menyingkir. Memberi jalan seakan yang sedang b
Bab 219. SEKRETARIS KIM Darko segera menyadari apa yang dilakukannya, dengan cepat dia menarik aura membunuhnya. Untungnya Darko tidak benar-benar sedang mengeluarkan aura membunuh untuk menghabisi musuh, sehingga orang awam tidak sampai terluka dalam. Setelah menarik aura membunuhnya, Darko mencari toilet pria. Begitu memasuki toilet pria dan tidak melihat ada orang lain di dalam toilet, Darko segera mengaktifkan formasi Teleportasi. Dalam sekejap Darko sudah kembali di negara Maxwel, lebih tepatnya di ruang rahasia kantornya. Kemunculan Darko yang tiba-tiba sudah ada di dalam perusahaan, membuat para karyawan keheranan. Apalagi mereka juga belum pernah melihat Darko sebelumnya. “Kamu siapa? Kenapa ada di kantor Presiden Komisaris?”Sekretaris Kim atau lebih lengkapnya Kimberly yang kebetulan sedang keluar dari kantor CEO tanpa sengaja berpapasan dengan Darko yang baru saja keluar dari pintu Preskom. “Saya, kamu tidak tahu saya?” “Memangnya kamu s
Bab 220. HACKER “Kamu ini, untungnya tidak membuat masalah yang keterlaluan. Ingatlah lain kali untuk memberi hormat kepada tuan Darko.” CEO Rafli langsung masuk ke kantor Presiden komisaris tanpa menghiraukan sekretaris Kim yang sedang berdiri linglung. Sekali lagi dia merasa bingung dengan perkataan CEO Rafli. Akhirnya setelah terdiam untuk beberapa waktu, sekretaris Kim melangkah pergi dari lorong menuju kantornya. Di kantor Presiden Komisaris, Bambang dan yang lainnya tampak khusuk memandang kearah Darko yang sedang memeriksa website perusahaan yang terserang hacker hingga mengunci. Semua orang tidak tahu kalau sebelumnya, Darko merupakan mahasiswa yang Jenius saat di Universitas. Kemampuannya dalam mengoperasikan pemrograman komputer merupakan keahlian Darko saat menjadi mahasiswa. Jadi meskipun dia tidak bersentuhan dengan komputer untuk waktu yang lama setelah bergabung dengan militer. Kemampuannya sama sekali tidak menghilang meskipun sudah l
Bab 221. BAGAI KUCING MEMPERMAINKAN MANGSANYA Darko tidak langsung menambah kekuatan pada kaki yang sedang menginjak kaki John Lennon. Akan tetapi dia menatapnya dengan tatapan penuh dengan ejekan. Bagi John Lennon situasi ini malahan lebih mendebarkan daripada kakinya langsung di injak dan di tanya oleh Darko. Keringat dingin langsung membasahi tubuhnya, saat membayangkan kaki yang satunya juga akan dipatahkan oleh Darko. Apa yang dilakukan Darko ibarat seekor kucing yang baru saja menangkap mangsanya. Akan tetapi mangsanya alih-alih langsung dimakan, tikus itu malah di buat mainan terlebih dahulu. Setelah mempermainkan mental John Lennon, barulah dengan perlahan kaki yang sedang berada di atas kaki John Lennon mulai di tambah tenaganya. “Mau katakan atau kaki ini saya hancurkan juga.” Sebenarnya Darko bisa langsung menggunakan teknik peluluh jiwa untuk membuat John Lennon mengakui, siapa orang yang sudah membayarnya untuk meretas website perusahaan
Bab 222. SALAH MASUK “Apakah kamu Raka yang memerintahkan orang untuk merusak website Cahaya Timur Group?”Darko berkata sambil terus melangkah mendekati Raka. Ketika mendengar perkataan Darko, barulah Raka tahu siapa orang yang berada di depannya. “Ha ha ha ha… ternyata kamu orang suruhan perusahaan dari Nusantara itu. Untuk apa kamu kemari? Apakah kamu disuruh tuan mu untuk menyerahkan upeti sebagai tanda menyerah? Saya tidak perlu upeti dari kalian, lebih baik kalian segera pergi dari negara Maxwel. Jangan pernah coba-coba untuk membuka bisnis investasi di negara Maxwel ini.” Darko sama sekali tidak peduli dengan ocehan Raka, setelah memastikan kalau pria di depannya adalah Raka, tiba-tiba aura di dalam ruangan menjadi sangat padat serta dingin. Raka sampai gelagapan seakan dia sedang tenggelam di dalam laut dan mulai kesulitan untuk menghirup udara segar. Aura ini tentu saja adalah aura membunuh yang dipancarkan oleh Darko. Raka tampak kesakitan, kedua ta
Bab 223. SIMPANAN TANTE KAYA “Kamu ini dari mana saja? Sudah tahu ibu sedang bersama Angeline, kenapa kamu malah menghilang?” “Saya hanya tidak ingin mengganggu ibu ngobrol dengan Angeline saja, jadi saya jalan-jalan di luar.”Darko beralasan untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari ibunya. “Ya sudah, ibu akan pulang dulu. Kamu jaga Angeline dengan baik, jangan pergi-pergi yang tak jelas.” “Oh iya, ini ada kartu Bank untuk hadiah pernikahan kamu. Ibu rasa uang di dalam kartu ini cukup untuk kamu membeli kebutuhan wanita.”Widyawati langsung mengeluarkan Kartu Bank dari tas kecil yang di bawanya dan langsung menyerahkan kepada Angeline. Tentu saja Widyawati memberikan Kartu Bank ini untuk Angeline, karena dia tahu kalau Kartu Bank milik Darko saldonya sangatlah banyak jadi tidak perlu di beri uang lagi. Angeline awalnya menolak pemberian Widyawati, akan tetapi Rossa segera menerima Kartu Bank itu dan mengucapkan terimakasih. Meskipun Rossa tidak tahu seb
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia