Bab 222. SALAH MASUK “Apakah kamu Raka yang memerintahkan orang untuk merusak website Cahaya Timur Group?”Darko berkata sambil terus melangkah mendekati Raka. Ketika mendengar perkataan Darko, barulah Raka tahu siapa orang yang berada di depannya. “Ha ha ha ha… ternyata kamu orang suruhan perusahaan dari Nusantara itu. Untuk apa kamu kemari? Apakah kamu disuruh tuan mu untuk menyerahkan upeti sebagai tanda menyerah? Saya tidak perlu upeti dari kalian, lebih baik kalian segera pergi dari negara Maxwel. Jangan pernah coba-coba untuk membuka bisnis investasi di negara Maxwel ini.” Darko sama sekali tidak peduli dengan ocehan Raka, setelah memastikan kalau pria di depannya adalah Raka, tiba-tiba aura di dalam ruangan menjadi sangat padat serta dingin. Raka sampai gelagapan seakan dia sedang tenggelam di dalam laut dan mulai kesulitan untuk menghirup udara segar. Aura ini tentu saja adalah aura membunuh yang dipancarkan oleh Darko. Raka tampak kesakitan, kedua ta
Bab 223. SIMPANAN TANTE KAYA “Kamu ini dari mana saja? Sudah tahu ibu sedang bersama Angeline, kenapa kamu malah menghilang?” “Saya hanya tidak ingin mengganggu ibu ngobrol dengan Angeline saja, jadi saya jalan-jalan di luar.”Darko beralasan untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari ibunya. “Ya sudah, ibu akan pulang dulu. Kamu jaga Angeline dengan baik, jangan pergi-pergi yang tak jelas.” “Oh iya, ini ada kartu Bank untuk hadiah pernikahan kamu. Ibu rasa uang di dalam kartu ini cukup untuk kamu membeli kebutuhan wanita.”Widyawati langsung mengeluarkan Kartu Bank dari tas kecil yang di bawanya dan langsung menyerahkan kepada Angeline. Tentu saja Widyawati memberikan Kartu Bank ini untuk Angeline, karena dia tahu kalau Kartu Bank milik Darko saldonya sangatlah banyak jadi tidak perlu di beri uang lagi. Angeline awalnya menolak pemberian Widyawati, akan tetapi Rossa segera menerima Kartu Bank itu dan mengucapkan terimakasih. Meskipun Rossa tidak tahu seb
Bab 224. MIMISAN Malam ini Darko di paksa menginap di Rumah Sakit menjaga Angeline, karena Rossa dan Abimanyu sudah pulang ke Apartemen sambil membawa Kartu Bank pemberian Widyawati. Tepat tengah malam ketika Angeline sudah terlelap dalam tidurnya dan perawat yang berjaga selesai patroli memeriksa setiap ruang perawatan. Darko memandang wajah cantik Angeline sambil bergumam. “Kamu benar-benar wanita yang baik, setelah ujian yang saya berikan kepadamu berakhir. Maka saya berjanji akan membuat hidupmu selalu dalam kebahagiaan.” Perlahan Darko memegang gips yang membungkus tangan Angeline. Darko sudah tahu kalau tulang tangan Angeline sudah pulih sejak dia memberi Pil Peremajaan. Malam ini Darko berniat menghancurkan gips yang membungkus tangan dan kaki Angeline. Darko merasa kasihan kalau Angeline setiap hari berbaring bagaikan orang mati yang tidak bisa pergi kemana-mana. Saat tangan Darko memegang gips yang membungkus tangan Angeline, perlahan Da
Bab 225. TERPAKU MELIHAT KEMOLEKAN TUBUH ANGELINE Para perawat segera membersihkan tempat tidur Angeline yang di penuhi bubuk gips yang sudah menjadi tepung. Sementara di kamar semua orang sedang sibuk membersihkan kamar Angeline, meskipun belum waktunya dibersihkan, karena sebenarnya tugas membersihkan kamar adalah tugas Cleaning Service Rumah Sakit. Setelah tempat tidurnya bersih dan rapi, Angeline tidak langsung tidur lagi, akan tetapi dia duduk di sofa menunggu Darko keluar dari kamar mandi. Tiga puluh menit berlalu, Angeline sangat kesal ketika Darko tidak juga kunjung keluar dari kamar mandi. Tok… tok… tok… “Kak Darko… kamu sedang apa di dalam? Cepat keluar gantian, saya juga mau ke kamar mandi!” “Iya tunggu sebentar.”Darko yang sedang tiduran di dalam bathup air hangat segera terbangun, setelah menjawab teriakan Angeline. Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, Darko keluar sambil tersenyum kepada Angeline sambil merapikan rambutnya yang masih
Bab 226. ANGELINE PULANG Bahkan direktur Rumah Sakit juga terkejut, sehingga saat ini mereka mendatangi kamar rawat inap Angeline. Begitu melihat Angeline sedang duduk di sofa sambil makan cemilan yang ada di atas meja. “Nona Angeline… anda benar-benar sudah sembuh?”Dokter Irawan bertanya dengan ekspresi dipenuhi keterkejutan menghiasi wajahnya. Angeline juga mengenali dokter Irawan sebagai dokter yang merawatnya. “Pak dokter, saya merasa sudah sehat. Oh iya hari ini saya berniat untuk keluar dari Rumah Sakit.” “Kalau nona Angeline sudah benar-benar sembuh, pasti kami akan mengijinkannya.” “Tapi sebelum nona keluar dari Rumah Sakit, kami harus memeriksa keadaan anda.” “Apakah anda benar-benar sudah sembuh, atau perlu perawatan lebih lanjut.”Dokter Irawan tersenyum setelah menjawab perkataan Angeline. “Tolong nona Angeline berbaring di tempat tidur terlebih dahulu, agar kami bisa memeriksa keadaan anda.”Tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya, Angelin
Bab 227. MELAKSANAKAN MISI Rossa tidak langsung membalas salam tiga perwira yang menyapanya. Benak Rossa segera dipenuhi kejadian beberapa waktu yang lalu, ketika ada tiga orang tentara seperti mereka yang menjemput Darko. Melihat Rossa diam saja tanpa berkata apa-apa, salah seorang Jendral segera menyapa lagi. “Nyonya, hallo… apakah kami bisa bertemu dengan tuan Darko.” Jendral Warrant berkata setelah sebelumnya tersenyum ramah kearah Rossa. Bagaimanapun juga di hadapan mereka adalah mertua Jendral Besar Darko, sehingga mereka tidak berani bersikap tidak sopan. Seketika Rossa tersadar dari lamunannya. “Eh.. maaf, mari silahkan masuk. Darko ada di dalam.”Segera Rossa memberi jalan kepada ketiga Jendral ini untuk masuk, mata Rossa juga melihat ada sepuluh prajurit bersenjata lengkap di belakang mereka. Akan tetapi sepuluh prajurit ini tentu saja tidak ikut masuk, akan tetapi berdiri dengan tegak di luar pintu apartemen. “Darko… kemari, ada orang me
Bab 227. INFORMASI BAGUS Setelah turun dari mobil yang mengantarnya Darko menoleh kekanan dan kekiri seperti sedang mencari sesuatu. Pada saat dia seperti orang bingung, tak jauh darinya lewat sebuah taksi, segera saja Darko melambaikan tangannya. “Tolong antarkan saya ke hotel terdekat.”Darko segera mengutarakan tujuannya kepada sopir taksi, setelah dia duduk di kursi belakang. Taksi Pun segera meninggalkan tempat Darko berada sebelumnya membelah malam. Provinsi Tunggoro wilayahnya sebenarnya sangat luas, akan tetapi wilayahnya enam puluh persen masih berupa hutan, sehingga jumlah penduduknya tidak terlalu banyak. Akhirnya taksi yang ditumpangi Darko memasuki halaman sebuah hotel berlantai dua. Tampaknya hotel ini adalah hotel terdekat, setelah membayar ongkos taksi, Darko segera check in di hotel ini. Saat Check in, Darko menggunakan tanda pengenal samaran yang biasa digunakan dalam menjalankan misi intelijen. Dengan menggunakan tanda pengenal sa
Bab 229. CAMPING Darko sama sekali tidak peduli dengan keheranan pemilik toko sepeda motor, ketika dia langsung menerima harga yang ditawarkannya. Entah karena menyesal memberi harga yang terlalu murah atau alasan lain, yang jelas pemilik toko dan Agus heran dengan apa yang dilakukan Darko dalam membeli sepeda motor. Setelah membayar dan menerima surat-surat sepeda motornya, Darko segera pergi. Tak lupa Darko memberi uang tips untuk Agus yang membuat calo terminal yang berwajah garang ini tak bisa berkata-kata. “Tolong di terima ini ada sedikit uang untuk tanda terimakasih saya.” Sebelum Agus sempat mengucapkan terimakasih, Darko sudah menghidupkan sepeda motor trailnya dan pergi meninggalkan toko sepeda motor bekas di iringi suara deru mesinnya. Darko sangat senang bisa membeli sepeda motor untuk menjalankan misinya kali ini. Darko mampir ke stasiun bahan bakar untuk mengisi tangki sepeda motornya hingga penuh. Brum….Deru sepeda motor trail membe
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia