Bab 211. PULANG KERUMAH ORANG TUA ANGKATNYA Keesokan paginya negara Bronco gempar mendapatkan kabar markas mereka yang ada di perbatasan sudah rata dengan tanah, tanpa satu orangpun prajurit yang masih selamat. Sementara itu Darko yang sudah menyelesaikan misi rahasia yang diminta Kaisar sudah menghilang dari markas militer di perbatasan. Sebelum mengaktifkan formasi teleportasi, Darko terlebih dahulu sudah menentukan tujuan yang akan didatangi. Bukannya kembali ke kota Mandiraja untuk merawat Angeline, Darko malahan kembali ke Ibukota kekaisaran Nusantara. Akan tetapi dia tidak mendatangi kementerian pertahanan maupun ke Istana negara untuk melaporkan kepada kaisar kalau tugasnya sudah dilaksanakan. Melainkan pulang ke rumah orang tua angkatnya. Sebelum pulang ke rumah orang tua angkatnya, Darko pergi ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum untuk mandi dan mengganti pakaian militer yang dikenakan. Tentunya setiap kali muncul dari formasi teleportasi, Da
Bab 2012. DILARANG MERENDAH DAN BERSIKAP SEDERHANA “Darko, kamu ini malu-maluin kita sebagai orang tuanya saja.” “Cepat ganti pakaianmu, itu pakaian sudah terlalu kecil untuk tubuhmu dan modelnya juga sudah ketinggalan Zaman.”Widyawati memerintahkan Darko untuk melepaskan pakaian yang sedang dikenakan, karena pakaian itu adalah pakaian saat dia belum bergabung dengan militer. “Tapi, pakaian ini masih bagus dipakai? Kenapa harus di ganti?”Darko tampak enggan mengganti pakaian yang dikenakannya, bukannya dia tidak mau akan tetapi dia hanya mempunyai pakaian yang biasa dipakai orang-orang kelas menengah kebawah. “Sudahlah, nurut saja apa kata ibu tidak salahnya kan?”Akhirnya dengan perasaan enggan, Darko kembali lagi ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Sementara itu George hanya tersenyum bahagia melihat tingkah ibu dan anak ini. Suasana seperti ini sudah menghilang sejak Darko bergabung dengan militer. Kini suasana ramai omelan istrinya dan Darko kembali meng
Bab 2013. ANAK MAMI Karimun membungkuk dengan penuh hormat di hadapan Widyawati Mangkusadewo sebelum melaporkan tugasnya sudah dikerjakan. “Bawa semua pakaian itu ke kamar tuan muda, biar tuan muda memakai pakaian itu.” “Baik nyonya.”Sementara itu Darko tersenyum kecut begitu tahu kalau Karimun sudah membawakan pakaian untuk dirinya. Sebagai kepala pelayan di keluarga Mangkusadewo, tentu saja dia sangat mengenal bentuk tubuh dan ukuran pakaian Darko. Karimun sejak dulu selalu menemani Darko pergi ke desainer untuk mengukur pakaiannya. Sehingga dia sangat mengenal perkembangan tubuh Darko setiap kali usianya bertambah. Setelah semua pakaian yang dibawa Karimun dan anak buahnya dibawa masuk ke kamarnya. Widyawati langsung menatap kearah Darko, seakan sedang memerintahkannya untuk segera mengganti pakaiannya. Darko juga tahu apa yang diinginkan ibunya, dia segera pergi ke kamarnya sebelum ibunya memerintahkan. Di kamarnya, Darko membuka semua t
Bab 214. UNDANGAN KAISAR Setelah kaisar Prabu Rohmadi Jayanegara duduk di tempat duduknya, kepala pelayan kerajaan segera memerintahkan semua orang untuk duduk di tempatnya masing-masing sesuai dengan meja yang sudah disiapkan. Semua orang duduk dengan tenang sambil menatap kearah Kaisar, tanpa sedikitpun berani mengeluarkan suara. “Saya ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua ke perjamuan ini.” “Perjamuan ini saya adakan sebagai rasa syukur atas kemenangan yang dilakukan tentara kita di perbatasan.” “Atas jasa Panglima perang kita yang sangat kuat, akhirnya beban pikiran semua prajurit di perbatasan bisa diselesaikan dengan sangat memuaskan.” “Mari kita bersulang untuk kejayaan negara kita!” “Mari kita bersulang untuk panglima perang kita yang tangguh!”Seketika semua orang bersulang kearah kaisar yang sedang mengangkat gelasnya ke arah mereka. Sementara itu Darko tampak menundukkan wajahnya, dia sama sekali tidak berani menatap langsung ke arah
Bab 215. KEAJAIBAN “Dokter, apakah wajah saya bisa kembali seperti semula lagi?”Angeline berkata sambil menatap wajah dokter Irawan dengan tatapan penuh dengan harapan. Angeline belum tahu kalau wajahnya sudah kembali mulus seperti sebelum terjadi kecelakaan. Bahkan kulit wajahnya pada saat ini lebih halus dan lebih lembut daripada kulit wajahnya sebelum terjadi kecelakaan. Dokter Irawan dan perawat yang membantunya melepas kain kasa yang menutupi wajah Angeline, adalah orang pertama yang sangat terkejut. Di kain kasa yang mereka lepas sudah berubah kecoklatan. Bahkan benang jahit yang sebelumnya digunakan untuk menjahit luka sobek di wajah Angeline juga sudah terlepas dengan sendirinya, serta menempel di kain kasa yang berubah menjadi kecoklatan. “Ini benar-benar mukjizat. Ini benar-benar ajaib.”Dokter Irawan bukannya menjawab kekhawatiran Angeline, dia malah terheran-heran sendiri melihat wajah Angeline benar-benar berubah menjadi sangat mulus dan sangat
Bab 216. ANGELINE VIDEO CALL DENGAN ORANG TUA DARKO Akhirnya tanpa daya Darko menuruti permintaan ibunya. Akan tetapi alih-alih memakai ponsel ibunya untuk menelepon Angeline, Darko malah menggunakan ponselnya sendiri. Widyawati sama sekali tidak peduli Darko tidak memakai ponselnya untuk menelepon Angeline. Baginya yang penting Darko mau menelepon Angeline sang menantu yang sangat dirindukan. Drrt… drrt… drrt…Saat ini di kamar VVIP Rumah Sakit Umum Daerah kota Mandiraja, ponsel Angeline yang ada di dekat tempat tidurnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Untungnya ponsel Angelina yang ada di dalam tas, tidak hancur pada saat kecelakaan itu sehingga pada saat ini masih bisa digunakan. Oleh dokter, ponsel dan tas Angeline diamankan dan langsung diserahkan ke Rossa setelah tahu kalau Rossa adalah orang tuanya. “Bu, tolong ambilkan ponsel Angeline.”Rossa segera mengambilkan ponsel Angeline yang ada di meja kecil dekat tempat tidur Rumah Sakit.
Bab 217. WIDYAWATI MENJENGUK ANGELINE Widyawati segera menolak saran yang diberikan Angeline. Sebagai seorang wanita dan lebih utamanya sebagai ibu mertua, tentu saja Widyawati langsung terketuk hatinya mengetahui menantunya sedang sakit. “Bu, saya benar-benar baik-baik saja. Ibu tidak perlu menjengukku. Ibu kota sangatlah jauh, saya tidak ingin merepotkan ibu.” “Angeline, apa yang kamu katakan? Biar orang tua Darko menjengukmu. Ibu juga ingin bertemu dengan orang tua Darko, seperti apa mereka. Apakah seperti Darko yang miskin.” Terdengar suara Rossa dari samping Angeline, seketika membuat ekspresi wajah Widyawati langsung berubah. Angeline yang mendengar perkataan Rossa yang sinis, membuatnya merasa bersalah dengan Widyawati. Sementara itu Widyawati yang mendengar perkataan Rossa langsung tahu, seperti apa sifat mertua Darko. Barulah dia memahami kenapa Darko selalu berpakaian sederhana saat di rumah mertuanya. Ternyata Darko ingin melihat sifat
Bab 218. PELUKAN HARU Kedatangan Darko bersama Widyawati menarik perhatian pengunjung Rumah Sakit. Yang menarik perhatian semua orang bukan dengan sosok Darko yang sudah berpenampilan sederhana lagi. “Lihat siapa wanita kaya yang sedang berjalan itu, kamu kalian kenal?” “Saya baru melihatnya, apa dia salah satu konglomerat di kota Mandiraja ini?” “Saya rasa bukan, saya sangat tahu siapa saja konglomerat yang ada di kota Mandiraja. Mungkin wanita itu dari luar kota.”Para pengunjung yang melihat Widyawati saling berkomentar. Akan tetapi sosok Widyawati yang sangat elegan dan berkharisma. Meskipun pakaian yang dikenakan Widyawati pada saat ini tidak terlihat mewah, bahkan cenderung sederhana. Akan tetapi sesederhananya pakaian yang dikenakan Widyawati merupakan hasil rancangan desainer nasional yang harganya ratusan juta rupiah. Sementara kedatangan mereka membuat beberapa pengunjung Rumah Sakit langsung menyingkir. Memberi jalan seakan yang sedang b
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia