Bab 88. AURA KEMATIAN “Tuan silahkan duduk.”Loreng mempersilahkan Darko untuk duduk di kursi yang ada di samping singgasana kerajaan yang terbuat dari emas dengan batu zamrud menghiasi sekeliling kursi singgasana itu. Kursi yang diduduki Darko sangatlah besar tanpa sandaran tubuh, kursi ini seperti sebuah meja yang berukuran besar. Sebenarnya hal ini sangatlah wajar, karena cara duduk jin harimau selayaknya hewan yang rebahan di atas tanah, tidak mungkin seekor harimau duduk seperti manusia yang duduk sambil menyandarkan punggungnya. Setelah Darko duduk di kursinya, Loreng segera memerintah kepada panglima perangnya untuk memanggil semua petinggi kerajaan Jin Harimau. “Panglima, panggil semua petinggi kerajaan.’ “Siap.” Tak lama kemudian puluhan petinggi kerajaan datang ke balairung tempat Raja berada. Sosok-sosok kekar dengan baju besi serta topi baja layaknya seorang panglima perang dengan senjata ditangan datang satu persatu dengan langkah
Bab 89. PINTU TELEPORTASI Loreng juga ikut mengucurkan keringat dingin begitu mengetahui kekuatan Darko yang sebenarnya. Sebelumnya dia sudah merasakan sendiri kekuatan Darko, saat mereka pertama kali bertemu. Sekali lagi dia bisa melihat kekuatan Darko yang belum sepenuhnya di keluarkan, seketika itu juga dia merasa takluk. Setelah Darko menarik kembali aura kematian yang sebelumnya di pancarkan, semua Jin langsung bisa bernafas dengan lega. Sementara itu para Jin harimau yang sudah pingsan segera dibawa pergi oleh prajurit yang dipanggil Loreng untuk dibawa ke ruang perawatan. “Mulai sekarang kalian adalah bawahanku, nantinya jika saya membutuhkan tenaga kalian, maka kalian harus segera siap.” “Baik.”Darko tinggal di kerajaan Jin Harimau hanya beberapa menit saja, dia tidak perlu berkeliling pulau untuk menikmati pemandangan di pulau misterius tempat kerajaan Jin harimau berada. Setelah berkenalan dengan para bawahan Loreng, Darko berpamit
Bab 90. BATU ROH Mendengar perkataan Loreng, Darko segera menoleh ke arah tumpukan batu yang berwarna hitam mengkilat seakan batu ini sudah di gosok dengan halus serta dilapisi melamin. Seketika Darko sangat tertarik dengan batu Roh yang baru saja disebutkan Loreng, perlahan dia berjalan ke tumpukan batu yang menggunung setinggi sepuluh meter. Dengan rasa penasaran Darko segera mengambil sepotong batu yang ada di dekatnya. “Batu Roh? Aneh, kenapa batu ini disebut batu Roh?” gumam Darko dalam hatinya setelah mengangkat sebongkah batu untuk memeriksanya. Tiba-tiba saja Darko merasakan sebuah perasaan segar yang aneh serta sejuk memasuki tubuhnya melalui telapak tangan yang sedang memegang batu Roh. “Aneh, kenapa dari batu ini ada energi yang sangat dingin tapi membuat perasaan menjadi segar?” Otak Darko bekerja dengan cepat setelah merasakan keanehan dari batu Roh yang di pegangnya. Tanpa sadar Darko melakukan kultivasi ringan sambil berdiri dengan
Bab 91. TIM PENYELAMAT Loreng tampak ragu untuk mengatakan seberbahaya apa tempat dimana batu Roh berada. Melihat keragu-raguan di wajah Loreng, Darko hanya menatapnya dengan tatapan dingin yang membuat Loreng menjadi tidak berdaya. Akhirnya setelah menghela nafas beberapa kali, Loreng segera berkata dan menceritakan bahaya yang akan dihadapi jika mereka memasuki tempat dimana batu Roh ini berada. “Tuan, perlu tuan Darko tahu. Kalau di tempat batu Roh ini berada di jaga sekumpulan makhluk spiritual yang sangat kuat, bahkan kita juga mengorbankan beberapa prajurit kita saat mengambil batu Roh ini.” “Makhluk spiritual? Makhluk spiritual seperti apa? Bukankah kalian bangsa Jin juga termasuk makhluk spiritual yang kuat?” “Bangsa kami memang bangsa Jin yang kuat, akan tetapi makhluk yang menjaga batu Roh ini lebih kuat daripada kita. Batu Roh yang terkumpul di tempat ini juga merupakan warisan dari Raja kami terdahulu.” Begitu mendengar perkataan Loreng, bu
Bab 92. KOMPENSASI Dengan suka cita dan rasa syukur, semua orang di angkut helikopter tim penyelamat demikian juga dengan Pilot dan pramugari yang menaiki pesawat yang jatuh ini. Yang tersisa di pulau kosong ini hanya Tim KNKT yang bertugas untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat dengan penumpang dua ratus lima puluh orang ini. Tim KNKT tampak keheranan melihat kondisi pesawat yang hanya mengalami sedikit kerusakan, padahal pesawat ini jatuh dari ketinggian sepuluh ribu feet. “Aneh, kenapa pesawat ini hanya mengalami kerusakan ringan?” “Betul sekali, lihat, kaca kokpit juga masih utuh. Hanya sayapnya saja yang retak setelah menghantam pepohonan di pulau ini.” “Benar-benar ajaib, siapa pilot yang memimpin penerbangan ini?”Semua orang sangat mengagumi keahlian pilot yang bisa mendaratkan pesawat terbang ini dengan seluruh penumpang dalam keadaan selamat. Tentu saja mereka sama sekali tidak tahu, kalau pendaratan darurat dari pesawat ini adalah campu
Bab 93. MENGUNJUNGI IBU KANDUNGNYA Darko hanya tinggal satu malam di hotel yang disediakan maskapai Garuda Airways, keesokan paginya Darko pergi ke kota Parigi dengan menaiki kereta cepat. Saat di kereta cepat secara kebetulan Darko duduk bersebelahan dengan seorang wanita cantik dengan rambut pirang yang mengenakan kacamata, membuat kecantikan wanita berambut pirang ini menjadi semakin menarik. Awalnya Darko hanya berdiam diri saja setelah duduk di kursinya, bagaimanapun juga dia memang bukan pria mata keranjang yang suka menggoda wanita cantik setiap kali bertemu. Perjalanan kereta cepat dari pusat kota Wanadadi menuju kota Parigi yang jaraknya empat ratus kilometer bisa ditempuh dalam waktu dua jam. Akan tetapi tanpa di duga wanita cantik yang duduk di sampingnya tiba-tiba menyapanya dengan ramah. “Hallo, sepertinya anda bukan warga negara Samanta? Apakah anda datang ke negara ini untuk wisata?” Wanita cantik berambut pirang ini memecahkan kebisuan
Bab 94. SIKAP SANTUN SEORANG ANAK “Iya bu, tolong katakan pada satpam yang berjaga di pintu gerbang untuk membuka pintunya.” “Eh, kamu ada di pintu gerbang mana?” “Di pintu gerbang rumah ibu.” “Di rumah ibu? Baik, sebentar. Ibu akan menyuruh satpam untuk membuka pintu gerbang.”Setelah menyanggupi untuk menyuruh satpam membuka pintu gerbang, Siti langsung mematikan panggilan telepon dan segera menelpon kapten satpam yang berjaga di pintu gerbang. “Boss…”Kapten satpam yang menerima panggilan telepon dari Siti Hardiyanti Rukmana langsung menekan tombol jawab dan menyapa. “Kapten Rudy, cepat buka pintu gerbangnya! Apa kamu tidak menghormati tuan mudamu?” “Tuan muda?”Kapten Rudy mengulangi perkataan Siti Hardiyanti Rukmana dengan suara penuh dengan kebingungan. Sepengetahuan kapten Rudy, Boss mereka tidak mempunyai suami apalagi mempunyai anak, jadi sekarang dia tampak bingung mendengar pengakuannya. “Iya cepat buka pintu gerbangnya! Pemuda yang ad
Bab 95. RASA HARU Setelah masuk kedalam Villa, Siti Hardiyanti Rukmana membawa Darko ke ruang keluarga dan duduk di sofa berwarna hitam yang terbuat dari bahan kulit sapi kualitas premium. “Duduklah di dekat ibu, coba kamu ceritakan kabar keluarga di Nusantara.”Dengan antusias Siti Hardiyanti Rukmana langsung menanyakan keadaan keluarga Darko di Nusantara. Darko tidak langsung menceritakan keadaan keluarganya di negara Nusantara, dia malahan menatap wajah ibu kandungnya dengan tatapan aneh. Kedatangannya ke negara Samanta ini tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang terjadi pada ibunya bukannya untuk menceritakan kabar dirinya. Akan tetapi setelah melihat keingintahuan ibunya tentang kabar dirinya, maka dia untuk sementara melupakan keinginan untuk menanyakan keadaan perusahaan Purnama Diamond yang mengalami kemunduran dalam beberapa tahun kebelakang. Setelah menghela nafas sebentar, Darko segera mulai menceritakan keadaan dirinya. “Ibu, seperti