Bab 108. MURID PEMBOHONG Setelah bangun, Darko langsung cuci muka dan berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Meskipun Darko bukan seorang muslim yang sangat soleh, akan tetapi kewajiban menjalankan sholat lima waktu tidak pernah ketinggalan sejak dia kecil dididik orang tua angkatnya George Mangkusadewo. Setelah itu Darko memakai satu set pakaian olahraga dengan celana panjang training dan kaos lengan pendek berwarna biru yang diambil dari cincin spiritualnya yang seperti pabrik segala macam kebutuhan hidup manusia. “Tolong buka kan pintu gerbangnya.”Penjaga keamanan yang sedang terkantuk-kantuk di pos keamanan terheran-heran melihat tuan muda mereka sudah bangun dengan pakaian olahraga tepat di depan mereka. Tentu saja petugas keamanan yang sedang terkantuk-kantuk merasa malu karena tidur saat sedang bertugas menjaga keamanan Mansion keluarga Purnama. “Tuan muda, maaf saya tidak tahu kalau tuan muda datang kesini.” “Tidak apa-apa, cepatlah buka pint
Bab 109. KEDATANGAN CEO BAWONO “Kalau begitu kamu memang sedang berbohong kepadaku, atau…..?Tiba-tiba Margaretha berhenti berbicara dan memandangi sosok Darko dari kepala hingga ujung kaki seperti sedang menilai sebuah barang. Darko melihat tatapan Margaretha yang terasa aneh, tampak balik memandang Margaretha dengan tatapan bingung. “Betul… sepertinya dugaanku tidak salah. Kamu tinggal di komplek Villa mewah itu karena sedang bekerja di sana. Betulkan, tebakanku?” “Bekerja? Oh Iya betul sekali, saya memang bekerja di salah satu Villa yang ada di komplek itu.”Darko yang berpikir cepat langsung tanggap dengan maksud pertanyaan Margaretha, dengan tebakan itu maka dia tidak harus membuat kebohongan lagi. Sepertinya alasan bekerja di komplek mewah itu adalah alasan yang paling tepat. Mendengar pengakuan Darko, Margaretha langsung tersenyum cerah. Dia segera akrab setelah tahu kalau Darko bekerja di tempat yang tidak jauh dengan apartemennya. “Ngomong-ngom
Bab 110. LIMA MILIAR DOLAR Mendengar perkataan Darko, CEO Bawono dan semua orang langsung menoleh ke arahnya. Tentu saja CEO Bawono langsung mengiyakan permintaan Darko, hanya saja dia tidak berani langsung duduk di sofa di dekat Darko. “Betul sekali apa kata anak saya, silahkan CEO Bawono istirahat sebentar sambil menunggu semua orang datang di ruang rapat.”Presdir Siti langsung menimpali perkataan Darko, begitu melihat gelagat kalau CEO Bawono merasa segan untuk duduk di sofa. Karena hal inilah, Presdir Siti langsung menyebutkan secara langsung kalau Darko adalah anaknya. Meskipun CEO Bawono sudah tahu siapa Darko sebenarnya, dia tetap ragu untuk duduk di dekat Darko, sehingga Darko langsung menyuruhnya. “Sudahlah kamu duduk saja di dekat saya, kita ini berteman jadi untuk apa sungkan-sungkan. Lagian saya yang membutuhkan bantuan kamu untuk membantu perusahaan ibuku.” Mendengar perkataan Darko, CEO Bawono langsung duduk di sofa dengan keringat din
Bab 111. BIMBANG Blar…!Jantung semua orang seakan meledak begitu mendengar perkataan CEO Bawono, kalau Cahaya Timur Group akan menyuntikan investasi ke Purnama Diamond sebesar lima miliar dolar. Uang sejumlah lima miliar dolar berarti bisa digunakan untuk membeli saham perusahaan sebesar empat puluh persennya. Demikian juga dengan Presdir Siti, dia sangat terkejut begitu mendengar perkataan CEO Bawono. Selain terkejut dia juga terheran-heran melihat CEO Bawono menyetujui begitu saja perkataan Darko tanpa berpikir untuk kedua kalinya lagi. “Pak CEO Bawono, apakah perkataan anda tidak salah?”Presdir Siti langsung menyahuti perkataan CEO Bawono setelah keterkejutannya menghilang. CEO Bawono langsung tersenyum begitu mendengar perkataan Presdir Siti, sudut mata CEO Bawono sekilas terlihat melihat kearah Darko yang sedang duduk dengan santai sambil menatapnya. Melihat Darko tanpa berekspresi, CEO Bawono melanjutkan perkataannya. “Saya rasa apa ya
Bab 112. DIPANDANG RENDAH Dengan perkembangan yang begitu menjanjikan, mana mungkin mereka rela untuk memberikan dua persen saham milik mereka, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan mereka. Presdir Siti yang melihat keengganan mereka, akhirnya hanya bisa menghela nafas berat. “CEO Bawono, bukannya kami menolak dana investasi yang perusahaan anda berikan kepada kami. Tapi perusahaan ini juga dimiliki enam orang pemilik saham yang lainnya. Dalam hal ini saya hanya bisa memberikan dua puluh persen saham milik saya untuk menggantikan investasi yang anda berikan. Dan saya rasa dua miliar dolar sudah cukup untuk memulihkan operasional perusahaan untuk saat ini.” Suara Presdir Siti cukup tegas, membuat keenam direksi pemegang saham hanya bisa menundukkan kepalanya saja dengan rasa malu membayang di wajah mereka. Sementara itu CEO Bawono langsung menoleh kearah Darko untuk menunggu keputusannya. CEO Bawono tidak bisa langsung memberi keputusan, karena s
Bab 113. ANGELINE TERGANGGU JIWANYA “Bu, saya punya orang yang bisa memasok bahan baku perhiasan untuk perusahaan. Ibu tinggal katakan berapa kebutuhan yang dibutuhkan.”Sebenarnya apa yang dikatakan Darko tiada maksud untuk menyombongkan diri, maupun berusaha mencari muka. Akan tetapi bagi semua orang yang ada di ruang rapat, apa yang dikatakan Darko hanya sedang membual saja. Berbeda dengan Presdir Siti, ekspresi wajah Siti langsung cerah begitu mendengar perkataan Darko. Presdir Siti tahu, kalau orang tua angkat Darko merupakan keluarga bangsawan dari Nusantara yang sangat terhormat. Dengan nama dan kekuatan yang dimiliki keluarga Mangkusadewo, masalah untuk mendapatkan bahan baku emas, berlian dan permata sangatlah mudah. Karena hal inilah wajah Presdir Siti tampak cerah, kemudian dia berkata sambil menatap ke arah Darko. “Anakku, kali ini ibu harus merepotkan kamu.” “Ibu jangan khawatir, saya pasti tidak akan mengecewakan ibu.”Akhirnya r
Bab 114. FAIZI MENGHILANG “Tuan muda, kita langsung pulang atau mau pergi perusahaan?”Kapten Yitno bertanya kepada Faizi yang sudah duduk di kursi depan sebelah kursi pengemudi, sepulang dari sekolah. Kapten Yitno yang diberi tanggung jawab untuk menjaga Faizi selama Darko pergi ke negara Samanta, sangatlah waspada akan keamanan Boss mudanya. Meskipun bertugas untuk menjaga keamanan Faizi, kapten Yitno juga tidak berani memaksa keinginan tuan mudanya jika ingin pergi bermain setelah pulang sekolah. “Kita main ke perusahaan ayah saja dulu pak Yitno, Faizi ingin main di sana.” “Oke, kita langsung ke perusahaan saja.”Sebenarnya apa yang dilakukan Faizi adalah sebuah kebiasaan setelah ikut dengan Darko, setiap pulang sekolah selalu pergi ke perusahaan Cahaya Timur Group untuk bertemu dengan ayahnya. Kini ayahnya sudah pergi selama dua hari ke negara Samanta, meskipun begitu Faizi tidak ingin langsung pulang ke rumahnya yang merupakan Villa yang mewah d
Bab 115. FAIZI MEMBUAT KEPANIKAN Di saat semua orang di perusahaan sedang panik mencari keberadaan Faizi, anak yang sedang mereka cari malahan sedang asik bermain di atap gedung dan berlarian mengelilingi taman bunga yang ada di atas atap. “Benar-benar menyenangkan bermain di atas sini, kenapa ayah tidak pernah menunjukan tempat seindah ini kepadaku?”Faizi berkata sendiri sambil terus berlarian mengelilingi rumpun bunga yang ada di atas atap gedung setinggi tiga puluh lantai ini. “Manajer Slamet, cepat kamu cari tahu siapa yang sudah menemukan keberadaan tuan muda Faizi.”Bambang yang sedang panik langsung menelepon Slamet yang merupakan orang kepercayaan Darko di militer serta di Cahaya Timur Group, sambil terus berjalan di setiap lorong dan ruangan yang ada di gedung ini. Slamet segera menghubungi pusat informasi Cahaya Timur Group untuk langsung melaporkan kepadanya keberadaan Faizi jika ada yang melihatnya setelah mendapatkan perintah dari Bambang. Sement