Bukan hanya Sulivan yang mendapatkan serangan. Mereka yang bersembunyi di balik mobil juga mendapatkan serangan.Adama yang berada di mobil terbalik, pria itu berusaha keluar dari dalam mobil dengan tubuh berlumuran darah. Ia bersusah payah merangkak sebelum mobil meledak.Suara peluru senapan mesin terus terdengar, bawahan Adama hanya bisa sembunyi dan sesekali melesatkan tembakan.Salah satu bawahan Adama melihat dirinya masih selamat dan langsung memberikan perintah, "selamatkan Tuan Adama, lindungi dia!"Mereka pun mengangguk mengerti dan langsung melindungi Adama yang sedang berusaha keluar dari mobil.Suara sahut-sahutan tembakan terdengar ketika bawahan Adama mulai menunjukkan diri dan melepaskan tembakan, sayangnya posisi musuh lebih aman, sehingga bawahan Adama tidak bisa menembak mereka dengan tepat.Sulivan yang sedang bersembunyi melihat Adama dan bawahannya yang sedang di berondong tembakan, pria tua itu langsung melesat ke arah orang-orang yang menembaki Adama.SwuzzGera
Pengguna titik Meridian dan Aura merupakan beberapa keluarga yang masuk dalam jajaran teknik beladiri kuno. Keduanya merupakan sama-sama kemampuan yang hampir tidak bisa di dapatkan oleh manusia sembarangan. Karena perlu kerja keras dan pelatihan super ketat untuk memiliki kekuatan seperti itu.Sulivan dan keluarganya sudah turun temurun menggunakan teknik tersebut, mereka terus mewariskan kekuatan pada garis keturunan selanjutnya. Sebab itulah teknik mereka tidak lekang oleh waktu, walaupun ada sedikit perubahan dalam penggunaan nya, seperti Martin yang bisa menggunakan pembukaan titik Meridian dengan cara yang berbeda.Pengguna aura juga sama saja, mereka yang dapat memanipulasi aura di tubuhnya bisa di pastikan telah mengalami pelatihan ekstrim. Akan tetapi tongkat kekuatan mereka berbeda sesuai dengan lamanya mereka berlatih.Pertarungan Sulivan dan sosok pengguna kemampuan aura contohnya, kekuatan mereka berdua terlihat timpang cukup jauh.Sosok pengguna aura masih menatap Sulivan
Martin memikirkan cara bagaimana dia bisa bertemu dengan Riquelme, ia tidak ingin masalah masa lalunya berlarut-larut seperti sekarang. Jikalau Riquelme bisa dia bunuh, setidaknya dendam yang selama ini bergelayut di hatinya akan menghilang.Ketika Martin sedang memikirkan masalah Riquelme, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia pun segera mengangkatnya."Ada apa Jimy?" tanya Martin langsung.Jimy terdengar menghela napas di seberang telepon. "Tuan, ada yang aneh dengan Zarko, dia seolah tidak mau bekerjasama dengan kita. Apa tidak apa-apa seperti ini?""Bukankah biasanya juga seperti itu? Dia hanya bekerja dengan anak buahnya?" Martin balik bertanya."Tapi Tuan, jika Zarko bergerak sendiri, untuk apa kita ikut dengannya?" keluh Jimy.Martin terkekeh geli mendengar Jimy mengeluh. "Kalian jalankan saja seperti rencana awal, jangan pedulikan Zarko. Apa kamu mengerti?" "Baiklah Tuan," jawab Jimy tidak berdaya.Martin menutup panggilan tersebut, ia menghela napas berat, menatap ponselnya. Memi
Adrian sebenarnya sangat marah dengan sikap Zarko. Namun, jika di pikir lagi Zarko memang ada benarnya, terlepas dari dia meninggalkan kediaman Luther setelah Martin menghilang, hanya Zarko dan bawahannya yang tidak pernah berhubungan dengan keluarga Luther lainnya bahkan bersentuhan dengan para bawahan baru pada saat keluarga Luther di pegang Danil.Faktanya Zarko seolah sudah tahu kalau di antara keluarga Tuannya, ada yang berhianat. Karena alasan itu juga pria tersebut meninggalkan Mansion Luther.Adrian duduk kembali sambil memijat pangkal hidungnya. "Bajingan itu memang sangat menyebalkan!" gerutunya kesal."Sudahlah ... kalian tidak perlu bertengkar seperti ini, fokus saja dengan misi dan Zarko juga tidak bermaksud buruk, walaupun aku juga kesal dengan sikapnya," ucap Jimy tidak berdaya.Adrian menatap pria gempal yang menjadi rekannya tersebut. Perkataan Jimy memang ada benarnya, terlepas dari sikap Zarko yang keterlaluan, kenyataannya dialah yang paling mementingkan misi dari t
Benar dugaan Adama, kalau salah satu dari kelompok tersebut sudah hampir terbunuh semua. Seorang penembak jitu yang ikut dalam misi tersebut langsung bersiap.Adama, Sulivan dan yang lainnya juga bergegas pergi ke lokasi transaksi untuk membersihkan semua yang ada di sana."Jangan terlewatkan satu pun, habisi merek la semua!" perintah Adama.Mereka semua menganggukkan kepala mengerti dan bergegas ke tempat transaksi.Sementara itu orang-orang Riquelme yang tersisa bermaksud untuk segera meninggalkan tempat tersebut setelah membunuh bawahan Haris."Ambil uangnya, kita segera pergi dari sini!" perintah pemimpin kelompok bergegas ke mobilnya.Baru saja pemimpin kelompok melangkah, sebuah tembakan sniper langsung menembus kepalanya. Pria itu ambruk ke tanah seketika, jelas saja para bawahannya terkejut, mereka langsung bersembunyi."Brengsek, kenapa mereka masih ada?" gumam salah satu bawahan Riquelme sambil bersembunyi memegangi pistol di tangannya.Para bawahan Riquelme yang tersisa teta
Sesuai dugaan Martin ketika rencananya berjalan dengan lancar. Para bawahan Haris langsung mengincar Riquelme, bahkan mereka yang ada di Breza tanpa ragu menyerang markas pria tersebut.Beberapa hari berlalu terjadi gejolak besar di Breza. Peperangan antara kelompok Mafia dan para bawahan Haris membuat wilayah markas Haris hancur berantakan. Namun, Riquelme tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali, ia seolah lenyap di telan Bumi.***Malam hari di kediaman Martin berada, Zarko, Adrian dan Jimy sudah pulang kembali ke Souland setelah misi mereka membunuh Haris berhasil.Mereka semua sengaja Martin undang ke rumah, untuk memberikannya hadiah secara langsung dan merayakan keberhasilan halaman belakang rumah."Kerja bagus buat kalian bertiga," ucap Martin sambil mengangkat gelas anggur yang ada dihadapannya."Terima kasih atas pujiannya Tuan," jawab mereka bertiga serempak sambil mengangkat gelasnya juga dan bersulang.Martin berbicara kembali setelah menyesap anggur di gelasnya. "Be
Konflik antara bawahan Riquelme dan Haris di Breza tetap berlanjut, membuat wilayah kekuasaan Riquelme tersebut menjadi tempat yang mengerikan.Bangunan hancur, mayat bergeletakan dimana-mana membuat tempat tersebut layaknya medan perang.Pihak keamanan Breza mengungsikan warga sekitar wilayah tersebut agar mereka tidak menjadi korban bentrokan dua kubu tersebut.Sementara di Vlasir, Hamed secara perlahan mencuci otak para bawahan Haris agar mereka mau mengikutinya, mengingat di Vlasir nama Hamed cukup terkenal di dunia bawah, walaupun selama ini tertutupi kekuasan Haris.***Sedangkan di tempat Martin berada, pria itu mengajak Jessica pergi jalan-jalan. Karena ia sudah cukup lama tidak mengajak sang Istri bersenang-senang."Tumben sekali kamu mau pergi denganku?" tanya Jessica yang duduk di samping sang Suami.Martin yang sedang menyetir tersenyum. "Selama ini aku terlalu sibuk, sampai lupa denganmu. Sekarang waktunya untuk menggantinya."Jessica balas tersenyum. "Terima kasih sayang.
Sementara Martin sedang berhadapan dengan orang yang di kira Riquelme.Di tempat Jessica berada seorang pria muncul di belakang Istri Martin tersebut. Pria itu langsung membekap mulut Jessica dengan sapu tangan.Sontak saja Jessica yang sedang menutup mata menikmati sejuknya udara di sana terkejut, ia mencoba berontak dari pria itu. Namun, usahanya sia-sia, wanita itu pun perlahan-lahan memejamkan matanya efek obat tidur yang ada di sapu tangan.Pria itu langsung menutupi wajah Jessica dengan topi dan membawanya pergi dari sana, tanpa membuat curiga orang-orang yang sedang berada di sana.Martin menoleh ke arah sang Istri, ia melihat wanitanya tersebut di bawa oleh seseorang. Sontak saja dia langsung berteriak."Jessica!" seru Martin yang akan langsung mengejar pria yang membawa Istrinya tersebut. Namun, sosok yang di sangkarnya Riquelme tiba-tiba melesat ke arahnya dan langsung menghantam kepala belakang Martin.Martin terhuyung ke samping, pria yang mengahnatamnya tidak tinggal diam
Setelah Adama sampai di Narika, pria itu langsung melakukan penangkapan terhadap Patricia. Mengatasnamakan keamanan Narika atas transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu, membuat Patricia pun tidak bisa berkilah lagi.Patricia berhasil ditangkap oleh Adama di bantu keamanan Narika, menggunakan bukti-bukti transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu.Bahkan beberapa orang yang bekerjasama dengannya juga ikut terseret masuk kedalam jeruji besi.Di ruang interogasi, terlihat Adama sedang duduk dihadapan Patricia yang sudah mengenakan pakaian tahanan."Katakan padaku, apa saja yang kamu ketahui tentang Martin Luther?" tanya Adama.Patricia hanya diam, menatap tajam Adama, tanpa berbicara sepatah kata pun.Adama menghela napas panjang. "Kakakmu bukanlah orang yang baik, seharusnya kamu hidup lebih baik darinya, tidak perlu meneruskan usahanya, tetap sembunyi di Vlasir."Patricia masih tetap diam, ia tidak berbicara sama sekali, hanya memperhatikan Adama dengan seksama.Adama memijat pangkal
Adama sebenarnya tidak ingin melibatkan Martin terlebih dahulu. Akan tetapi Patricia berhubungan dengan Leonardo dan yang lebih penting wanita itu sedang mengincar Jessica, sehingga ia pikir kalau Martin harus tahu tentang masalah tersebut."Kamu tidak perlu datang ke Narika, aku cuma memberitahumu. Setelah bukti-bukti terkumpul, akan aku seret wanita itu kehadapan kamu," ucap Adama mencoba menenangkan Martin.Martin menghela napas. "Selama ini aku sudah merepotkan kalian, tidak enak jika diriku tetap diam dan masalah ini juga berhubungan dengan Istriku, Adama.""Ck, kau baru saja kembali, anak dan Istrimu masih merindukan kamu, serahkan semuanya pada kami," ujar Adama.Adama mengangguk pelan sembari tersenyum agar Martin percaya padanya dan tidak memikirkan masalah tersebut.Martin memijat pangkal hidungnya, lantas buka suara. "Baiklah ... selesaikan dengan cepat Adama, aku tidak ingin Istriku kenapa-napa.""Siap Bos!" jawab Adama sembari hormat.Martin terkekeh geli melihat tingkah A
"Kenapa bengong, tidak mau?" tegur si gadis.Matias seketika langsung tersadar, mengambil kopi kaleng pemberian gadis tersebut. "Terima kasih."Gadis itu mengangguk pelan, ia duduk disebelah Ivan sambil menenggak minuman kaleng yang ada ditangannya.Matias terlihat gugup, ia mencuri-curi pandang ke arah di gadis sambil mengusap-usap minuman kaleng yang dipegangnya."Seila Rosemary Weil, itu namaku," ucap si gadis tiba-tiba."Eh ... a-aku Mati ....""Matias Luther, aku sudah tahu," sela Seila ketika Matias belum selesai berbicara.Matias hanya tersenyum kecut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, karena saking gugupnya. Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan gadis tapi segugup itu, padahal kalau disekolah ia tidak pernah seperti itu.Seila menoleh menatap Matias, ia memperhatikan Matias yang sedang menundukkan kepalanya sambil menggenggam minuman kaleng yang ia berikan."Kamu tidak suka kopi?" tanya Seila."Su-suka!" jawab Matias langsung membuka kopi kaleng ditangannya dan menenggaknya."
Orang yang datang tersebut ternyata anak dan cucu Profesor Erikson, mereka memang sering menjemput pria tua itu, jika Martin tidak mengundangnya.Anak dan Cucu Profesor Erikson terkejut saat melihat wajah Martin yang terlihat buruk rupa, bahkan gadis yang usianya sama dengan Matias sampai bersembunyi di balik tubuh sang Ayah, padahal tadi sangat bersemangat."Ayah, siapa mereka?" tanya anak profesor Erikson penasaran."Orang yang selalu Ayah bicarakan, dialah yang selama ini meminta bantuan Ayah. Martin, kenalkan mereka anak dan cucuku," ucap Profesor Erikson."Astaga, jadi benar ada orang yang terluka parah masih hidup," celetuk cucu profesor Erikson.Ayah gadis itu langsung memelototi sang anak, sehingga si gadis langsung menutup mulutnya sambil sedikit membungkukkan badan.Martin mengulas sebuah senyum, ia mengulurkan tangannya. "Maaf selama ini telah merepotkan Ayah anda, saya Martin Luther, mereka anak dan Istriku."Anak Profesor Erikson menyambut uluran tangan Martin, balas terse
Martin, Istri dan anaknya pulang ke Mansion, kedatangan mereka di sambut Celine, Adama dan Norman yang memang sudah menunggu mereka.Adama dan Norman memang langsung terbang ke Souland setelah mendengar Martin telah kembali."Martin!" Adama langsung menghambur memeluknya.Martin balas memeluk sambil tersenyum. Norman yang melihat wajah Martin separuh buruk rupa membuatnya sedih, ia tidak pernah menyangka kalau keponakannya menjadi seperti itu.Adama melepaskan pelukannya. "Kondisi kamu, kenapa seperti ini?""Aku tidak apa, asalkan kalian sudah mengenaliku itu lebih dari cukup," jawab Martin lembut.Adama menghela napas, melihat kondisi saudaranya seperti itu, jelas saja membuatnya sedih, ia yakin kalau Martin telah melewati masa sulit."Lama tidak bertemu Paman," sapa Martin, memeluk Norman yang sudah terlihat semakin tua.Norman balas memeluk Martin, sedikit menepuk-nepuk punggungnya. "Syukurlah kamu baik-baik saja."Martin melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap Norman dan Adama,
Matias tidak mempermasalahkan Ibunya mengencani siapa pun, tetapi yang membuat ia bingung kenapa tiba-tiba, ditambah pria yang dikencani buruk rupa.Melihat Matias yang menatapnya dengan seksama. Martin menyadari kalau putranya tersebut mengenali dirinya saat pertama kali bertemu di gunung Soul."Kita bertemu lagi," ucap Martin sambil tersenyum."Astaga ... jadi benar itu kau Paman!" Matias terlihat terkejut, kemudian bertanya, "Paman mengenal Ibuku?""Tunggu dulu, kalian sudah saling kenal?" sela Jessica diantara Suami dan Putranya.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi kami pernah bertemu satu kali, saat anak kita bolos sekolah ke gunung Soul.""Astaga ...." Jessica menutup mulutnya tidak percaya, ternyata ada sebuah kebetulan seperti itu bukan hanya di film-film saja.Matias mengernyitkan dahi ketika Paman buruk rupa itu menganggapnya sebagai anak. Ia menatap sang Ibu yang tampak sangat tergila-gila dengan sosok tersebut, terlihat dari sorot matanya.Pemuda itu ingin bertanya
Jessica tidak merasa sama sekali kalau Suaminya buruk rupa, ia masih memperlakukannya sama seperti dulu, ketika ia masih sangat tampan.Mereka berdua keluar dari Mansion Luther. Martin dan Jessica sedikit terkejut ketika melihat semua bawahannya berbaris di halaman Mansion. Adrian, Zarko, Jimy, Ivan dan Sulivan berdiri paling depan memimpin mereka semua."Selamat datang kembali Tuan!" sapa semua bawahan Martin serempak sambil membungkukkan badan.Martin merasa terharu melihat mereka semua masih menghargainya, padahal ia sudah berprasangka buruk kepada mereka semua dan tidak berani memunculkan wajah buruk rupanya.Jessica merangkul lengan sang Suami, Martin menoleh menatap sang Istri, terlihat Jessica tersenyum padanya sambil menganggukkan kepala.Martin meminta para bawahannya untuk berdiri tegap kembali, mereka semua pun langsung berdiri tegap siap mendengarkan apa yang akan pemimpinnya katakan."Terima kasih untuk kalian semua yang sudah menjaga keluargaku dengan baik ... dan maaf, s
Semua orang yang ada di sana tercengang, mereka semua tidak menyangka kalau Istri Tuannya tidak merasa jijik sama sekali dengan kondisi wajah Martin.Celine yang tertegun segera tersadar, ia memberikan kode kepada semua pengawal penjaga Mansion agar pergi meninggalkan tempat tersebut.Mereka semua pun bergegas pergi sesuai dengan kode yang Celine berikan agar tidak mengganggu pertemuan kembali Tuan mereka.Celine tersenyum ketika ikut keluar dengan para penjaga Mansion. Ia juga merasa lega melihat Martin yang ternyata masih hidup.Martin membalas kecupan Jessica, ia memeluk wanita yang telah ditinggalkannya tersebut selama belasan tahun lamanya, ia memeluk tubuhnya dengan erat.Keduanya melepaskan cumbuan mereka, terlihat Jessica memegang kedua pipi Martin. "Selama ini ... kamu pasti menderita sendirian," ucapnya lembut.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, kalian lah yang lebih menderita dariku, maaf."Air mata mereka berdua tidak terbendung lagi, keduanya kembali berpelukan melepa
Zarko dan Adrian sampai di pantai Heracles, di mana Jimy mengatakan terlihat di salah satu CCTV jalan dekat dengan pantai.Mereka berdua turun dari mobil mendongak menatap CCTV yang ada di sebuah tiang pinggir jalan."Zarko, apa kamu yakin kemungkinan beliau ada di sini?" tanya Adrian sambil menatap tepi pantai yang tampak sangat sepi."Jangan banyak bertanya, kita cari jejaknya!" tegur Zarko yang langsung berlari ke arah CCTV menyorot.Adrian berdecak kesal, pasalnya jika Zarko sudah bergerak, pria itu tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan terpenuhi.Mereka berdua pun menyusuri pantai Heracles sepanjang malam. Namun, keduanya tidak menemukan apa pun di sana."Ah ... aku lelah." Adrian ambruk di pantai, telentang menatap langit yang mulai cerah.Zarko menghela napas, ia juga berhenti dan duduk di sebelah rekannya tersebut sambil mengacak-acak rambutnya. Karena tidak berhasil menemukan apa pun di sana."Tuan, di mana kamu sebenarnya?" gumam Zarko.Adrian menoleh mendengar reka